17: Rindu

2.4K 136 0
                                    

"Rindu ini seperti angin, tidak dapat terlihat namun dapat dirasakan.. Dan kini rinduku seperti angin kencang yang tak tertahankan lagi.."

"Kenapa waktu rasanya lama banget sih!" Keluh Rara sembari menghitung tanggal yang ada di dinding kamarnya. Terhitung hari ini, sudah genap dua bulan Rara tidak melihat Raflan.

"Kamu apa kabar Raf?" Rara bergumam pelan. Raflan belum pernah menghubunginya sama sekali. Ia hanya tahu kabar mengenai Raflan dari Hanifah dan Fadli.

Rara segera duduk di pinggir kasurnya, meraih hp yang ada di dekat bantal dan membuka gallery pada ponselnya itu.

Rara memandang fotonya bersama Raflan, lebih tepatnya satu-satunya foto Rara bersama Raflan dan juga teman-temannya saat kegiatan bazar waktu itu.

"Lucu ya, ternyata aku baru sadar kalo cuma foto ini yang aku punya." Rara tertawa miris.

"Aku gak ngerti, meski kamu udah bersikap kaya gini sama aku, kamu tetap gak bisa hilang dari pikiran aku Raf." Rara mengusap layar handphonenya dengan ibu jari persis di foto Raflan.

"Ra, kamu dihubungin gak sama Raflan?" mendengar pertanyaan Fadli, Rara hanya menggelengkan kepala.

"Kemarin dia whatsapp aku, dia bilang untuk kasih tau kamu kalo dia baik-baik aja disana. Terus aku bilang, buat hubungin kamu aja langsung." Fadli berucap sembari mengaduk batagor yang ada di hadapannya.

"Abis itu dia gak bales lagi. Aku coba video call gak diangkat." Fadli kembali bersuara.

"Yaelah, paling juga dia malu video call'an begitu Fad. Kan lo tau sendiri, sohib lo mah diajak foto aja jarang mau wahaha.." Hanifah merespon setelah menyantap mie ayam miliknya.

"Kamu kenapa diem aja de? Kalo ada yang mau ditanyain soal Raflan tanya aja ke Fadli." Hanifah yang baru saja memperhatikan gelagat Rara kembali angkat bicara.

"Iya Ra. Si Raflan lumayan sering kok ngabarin. Ya dua atau tiga hari sekali tiap malem kita chat whatsapp." Fadli menjelaskan, setelahnya ia menyuap batagor dengan lahap.

"Gak ada Ka. Lagipula kalo dia baik-baik aja itu udah cukup buat aku tau. Kan aku gak ada hak buat tau lebih banyak." Rara berucap pelan, roti abon dihadapannya masih belum tersentuh oleh si empunya.

Fadli buru-buru menelan batagor dalam mulutnya.

"Jangan gitu dong Ra. Sikapnya Raflan waktu itu gak usah kamu ambil hati. Dia pasti gak ada maksud buat begitu." Fadli merespon ucapan Rara.

"Fadli bener Ra, justru selama Raflan gak ada kamu harus buktiin kalo kamu juga bisa tetep fokus urusan sekolah, meski sembari mikirin dia juga. Hehehe.." Nia yang duduk di sebelah Fadli ikut menimpali.

"Fadli sama Nia bener Ra. Kamu jangan patah semangat gitu. Tau gak, Viona pernah bilang ke aku, kalo dia yakin bahwa Raflan suatu saat nanti bakal sadar apa yang harusnya dia perjuangin. Yaitu kamu!" Hanifah mencoba memberi semangat kepada Rara.

"Iya Ra, buktiin ke Raflan, kalo kamu pantas buat diperjuangin. Kak Dion yakin sih, Raflan disana juga pasti sebenernya kangen sama kamu. Cuma pasti dia gengsi aja. Hahaha.." ucapan Dion sukses membuat yang lain ikut tertawa, kecuali Rara yang mulai terhanyut dalam pikirannya.

Couple Ring [Complete]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora