🐨 12 🐨

1.5K 224 12
                                    

Dua hari sebelum pertunjukkan, IN meminta ditemani Hyunjin untuk pulang ke rumah.

Yaa, dia ingin meminta restu kepada ibunya. Biar bagaimanapun ibu tetaplah ibu.

Sesampainya dirumah mereka di sambut oleh kakaknya IN.

"Jeonginaaa" seru kakak IN sembari memeluk tubuh adiknya itu.

"Kau kemana saja huh?" tanyanya melepaskan kerinduan.

IN tidak menjawab dengan ekspresi datar, sedangkan Hyunjin berdiri diam di samping IN.

Mendengar kebisingan, Ibu IN keluar dengan wajah seperti biasa.

"Kenapa kau kembali? Sudah puas bermain diluar? Dasar anak nakal." omel Ibunya ketus.

"Ibu, kau tidak boleh berkata seperti itu." Kakak IN melepaskan pelukkannya dan menatap ibunya sedikit kesal.

"Dasar anak susah diatur, egois, tidak mau mendengarkan omongan ibu. Mau jadi apa kamu? Pergi sana!" sentak Ibunya kasar.

"Ibu!!!" Kakak IN tidak terima.

IN kembali teringat saat ibunya memanggilnya dan tidak ingin dirinya pergi. Lantas, kenapa sekarang ibunya semakin benci kepadanya?

"Jeonginaa, jangan masukkan hati ucapan ibu. Dia setiap hari mencarimu, bahkan dia tidak bisa tidur." jelas Kakaknya agar IN tidak tersakiti.

"Ibu melahirkanmu terasa seperti hukuman. Kau adalah kutukkan untuk ibu." sentak Ibunya.

" CUKUP ! " teriak IN tidak tahan.

Hyunjin memegang tangan IN. Dia tidak bisa ikut bicara karena ini masalah pribadi keluarga mereka. Hyunjin hanya bisa menguatkan IN dengan memegang tangannya.

"Jika aku adalah kutukkan, kenapa kau tidak membunuh atau membuangku saja hah?" sentak IN hingga telinganya merah, bahkan ia menyebut ibunya dengan sebutan 'kau'.

"Kau berani membentak ibumu sekarang?" tanya Ibunya dengan berkecak pinggang.

"Ibu? Aku jadi tidak yakin kau ini ibu kandungku." jawab IN dengan mata nanar. Satu tetesan air mata jatuh ke pipinya.

Plakkkkk

Ibunya menampar dengan sangat keras.

"Ibu, jangan menyakiti adikku." seru Kakak IN membela adiknya.

IN sesenggukan menangis dan kepalanya menyandar di bahu Hyunjin. Yang bisa Hyunjin lakukan hanya mengusap-usap punggung IN agar anak itu tenang.

"Jaga ucapanmu!" sentak ibunya sambil menunjuk IN dengan jari telunjuknya.

"Ibu, hentikan!" Kakak IN memegang tangan ibunya.

"Gara-gara kamu kita jadi hidup miskin."

"Ibu sudah hentikan." potong Kakak IN.

"Saat kau kecil kau sakit-sakitan, keluar masuk rumah sakit bahkan kau pernah operasi beberapa kali. Ibu sampai menjual seluruh harta ayahmu demi kau hidup normal. Apa kau fikir itu akan kulakukan jika aku tak menyayangimu huh?" sentak ibunya dengan suara serak.

"Ibu.."

Kakak IN masih berusaha meredam amarah ibunya.

IN sesenggukan menangis. Jadi selama ini ia sangat merepotkan keluarganya.

"Tapi kau tidak perlu membanding-bandingkanku dengan hyung. Aku sakit hati." seru IN dengan tangisannya.

"Apa kau tidak tahu betapa menderitanya kakakmu saat kau lahir?" tanya ibunya yang kini mulai menangis.

Road Not Taken | Straykids ☑Where stories live. Discover now