19 - Jealously

28.2K 1.5K 19
                                    

"Aku harus ke lantai atas. Kau ingin menunggu disini atau ikut denganku ke lantai atas?" tanya Nick pada Ashley yang sedari tadi sibuk memandang tiap sudut perusahaan yang mereka masuki. Dan entah kenapa Nick hanya merasa itu sangat lucu. Ashley seperti sangat antusias melihat bagian dalam suatu perusahaan. Dia bilang selama ini selalu kesulitan mendeskripsikan tempat seperti perusahaan karena belum pernah memasukinya.

"Oh! Aku akan menunggu disini saja" ujar Ashley. Nick mengangguk kemudian berjalan ke arah lift yang akan membawanya ke lantai atas "Aku tidak akan lama"

Ashley bergumam dalam keterkagumannya "Apakah semua perusahaan memiliki design yang indah seperti ini?" Atau hanya kebetulan mereka mendatangi perusahaan yang bagus.

Selama ini yang ada dibayangannya tentang perusahaan hanyalah sebuah gedung dengan beberapa ruang untuk karyawannya bekerja. Tapi yang ia lihat saat ini sih.. jauh dari bayangannya. Lebih seperti hotel, dengan receptionist di pintu masuk, cafe di sisi timur, lounge di sisi selatan, bahkan tersedia mesin kopi otomatis. Apakah mungkin mereka juga memiliki gym dan lapangan golf? Ashley penasaran soal itu. Oke, entah itu terlalu luar biasa atau memang Ashley yang terlalu melebih-lebihkan.

Beberapa rombongan pria berjas hitam melewatinya sembari berdiskusi. Bahkan mereka masih bekerja ketika matahari sudah hampir tenggelam. Apakah Nick juga akan bekerja keras seperti itu kelak?

Hey, apa yang sedang Ashley bayangkan.

"Ashley!?" Suara berat seorang pria menyadarkan Ashley dari lamunannya. Ia mengedarkan pandangannya mencari asal suara dari orang yang memanggilnya.

Deg.

Deg.

Jantungnya hampir saja copot ketika melihat siapa yang memanggilnya.

Pria itu. Pria dari masa lalunya. Pria yang berperan besar dalam kehidupan SMA nya. Pria yang dulu selalu ia rindukan.

Cinta pertamanya..

"Bryan?" gumam Ashley menyebutkan nama pria itu.

Pria itu mendekatinya setelah memastikan bahwa orang yang ia lihat adalah benar Ashley "Sudah lama sekali. Apa kabar Ash?"

"Ya.. aku baik. Bagaimana denganmu?" tanya Ashley

Bryan mengangguk "Aku baik.. sebelum kau memutuskan untuk pergi" ia tersenyum hambar

"Maaf karena pergi begitu saja" ujar Ashley menunduk

"Kau belum juga berubah" Bryan terkekeh "selalu saja merendah dan meminta maaf meskipun itu bukan salahmu" pria itu mengusap puncak kepala Ashley.

"Aku melihat novelmu di toko buku. Selamat. Akhirnya kau menjadi penulis, Ash" ujar Bryan tersenyum

Ashley mendongak untuk menatapnya. Ia merindukan senyuman hangat milik Bryan "Terima kasih. Aku tidak akan sukses dengan novelku jika bukan karena kau"

"Aku dengar kau mengambil jurusan sastra?" tanya Bryan. Ia tidak ingin bilang bahwa ia sempat mencari wanita itu dan bertemu Sena. Sena mungkin punya alasan kuat untuk tidak membiarkannya bertemu Ashley.

"Iya. Aku pikir hanya itu yang bisa kulakukan" ujar Ashley tersenyum

"Aku sangat tidak menduga kita bisa bertemu disini. Apakah kau bekerja disini?" tanya Bryan tampak penasaran

Ashley menggeleng "Tidak. Aku tidak bekerja. Aku kemari hanya menemani seseorang" ucapnya

Bryan tampak penasaran "Siapa?"

"Ah itu-" Ashley tampak ragu menjawab hingga sebuah tangan tiba-tiba menyela di antara mereka berdua.

"Pacarnya. Perkenalkan, Nicholas Aaron" Secara tiba-tiba Nick datang dan menjulurkan tangan kanannya. Tangan kirinya secara sigap merangkul pundak Ashley. Seakan menunjukkan kepemilikannya pada wanita di sampingnya itu.

Pleasure MeWhere stories live. Discover now