Bagian 2

8 0 0
                                    

"Kamu kemarin kenapa nggak hadir sun, sakit kah?" pertanyaan langsung muncul dari guru les ku yang sudah aku anggap sebagai ibuku. Benar saja dia langsung menanyakan alasan bolos ku kemarin.

"ah, saya lagi males belajar bu, jadi kemarin saya main sama teman disekolah." Tak bisa rasanya kalau harus berbohong, aku memang tidak pandai dalam berbohong jadinya percuma saja kalau tidak mengatakan yang sebenarnya.

"Kamu ini, sebentar lagi itu mau ujian masa iya kamu mau malas belajar! Yasudah, keluarkan bukumu, kita bahas soal-soal lagi." Omelan khas nya sudah biasa aku dengarkan. Bu ily memang menggemaskan ketika mengomel.

"bilang aja lo main sama pacar kan?" kata putra berbisik, salah satu murid yang paling resek. Dia memang hobi membuat kegaduhan disini

"kepo banget hidup lo, nggak ada kerjaan?" kataku sambil memalingkan mata malas berdebat dengan manusia yang nggak jelas.

"husssssss, jangan berisik dong, kalau mau berisik mending nggak usah belajar, ganggu aja." Taufik salah satu murid yang paling pintar merasa terganggu dengan obrolan kami.

Soal demi soal sudah dikerjakan, hampir 2 jam lebih mengerjakan soal biadab ini. Ketika kelas sudah hampir selesai, tiba-tiba rizki datang dengan santainya mengatakan kalau dia telat,

"kemana aja kamu jam segini baru dateng, nggak niat les mending nggak usah dateng aja sekalian, nggak liat ini kelas udah mau selesai? Nggak liat juga ini udah jam berapa? Hah!" bu ily melotot sambil menjewer telinga rizki.

"hehe, saya abis futsal bu, tapi kan yang penting saya tetep dateng kan bu." Kata rizki sambil tersenyum.

"manis." Kataku dalam hati sambil menunduk menahan senyum.

Mungkin yang membuat aku masih bertahan ditempat ini adalah dia, rizki. Sedikit menyebalkan tapi entah kenapa hati kalau melihat dia suka nggak karuan, deg-degan kalau ngobrol. Nggak tau juga kenapa, mungkin aku suka. Tapi hanya saja, aku nggak berani bilang pada siapapun. Takutnya kami menjauh.

" sun, kamu kenapa senyum-senyum gitu? Nggak gila kan?" ana menyadarkan aku dari lamunan.

"hah, enggak kok na, aku gapapa hehe."

"kamu itu tadi perasaan cemberut kenapa pas rizki dateng kamu senyum-senyum?" sialnya ana menanyakan hal itu seperti menginterogasi. "hehe, bercanda kok sun."

Lega. Aku balas tersenyum lalu berpamitan langsung pulang.

"sun tunggu dong, pulang bareng ya kamu naik angkot kan?" tanya ana sambil memegangi tanganku menahan pergi.

Aku hanya menganggukan kepala, lalu kami berdua pulang bersama. Diperjalanan banyak hal yang kami bicarakan tentunya tentang ujian,lalu kegiatan sekolah.

"huft kalo inget kejadian tadi, aku suka kesel sama rizki, dia nggak bisa menghargai bu ily banget, masa iya alasan dia telat gara-gara futsal, emang dia nggak bisa apa bedain sebentar lagi mau ujian masa lebih milih futsal. Udah gitu malah senyam senyum sok manis lagi didepan bu ily, dasar anak gadungan." Celotehan ana persis seperti ibu-ibu sedang mengomel. Nyerocos nggak berhenti-henti.

"ya namanya juga laki-laki na, ya wajarlah kalo dia lebih milih hobinya, mungkin aja dia lagi stres kan. Lagian juga senyumnya manis kok." Kataku menatap ana dan kata terakhir berhasil membuatku salah tingkah, iya keceplosan.

"HAH?! " mata ana mebelakak kaget mendengar ucapanku,

Sial dalam hatiku, kenapa juga mulut ini bisa keceplosan padahal aku selalu berhasil meyembunyikan kekaguman ku pada rizki, tapi kenapa kali ini mulut kurang ajar sekali.

"eh aku udah sampe, duluan ya na, byee!" kataku kepada ana sambil meninggalkan ana diangkot yang masih terbengong mendengar ucapanku mengatakan rizki manis.

"semoga saja besok nggak jadi masalah." Doaku dalam hati, melihat ekspresi ana membuatku khawatir akan terjadinya besok, kira-kira ana akan seperti apa besok.

Besoknya setelah pulang sekolah, seperti biasa langsung menuju ke tempat les. Tapi aneh rasanya, kenapa kekhawatiran ku nggak berhenti-henti dari semalam. Aku harus pasang muka kayak gimana, kalau saja ana sudah bilang pada yang lain bagaimana aku memberi alasannya.

.

.

.

"sunyiiiiii.... tunggu ibu sun, tolong bisa bantu ibu bawa sebagian belanjaan ibu nggak?" dari jauh bu ily memanggilku dengan membawa kantong plastik putih yang banyak ditangannya. Spontan aku langsung menghampiri dan langsung membantunya. Hari ini aku datang telat ketempat les dikarenakan ada sedikit macet diperjalanan tadi, otomatis pasti aku akan bertemu bu ily, dia memang suka berbelanja kebutuhan rumah tangganya ketika sudah memberi soal-soal kepada muridnya untuk dikerjakan lalu ditinggalkan untuk berbelanja, menghemat waktu katanya.

"sun, tadi dikelas ibu dengar dari ana, katanya kamu bilang rizki manis ya.. ciee akhirnya bakal ada yang cinlok, kamu suka dia?" bu ily membuka obrolan yang spontan membuatku kaget berhenti berjalan. Sambil menenangkan diri dan mencari alasan.

"memangnya kalau saya bilang seseorang manis itu tandanya suka bu? Kalau saya bilang ibu manis berarti saya juga suka sama ibu dong." Elak ku disertai dengan jalan yang semakin cepat agar pembicaraannya tidak kemana-mana.

"Ya nggak juga sih, Cuma ya tadi pas ana bilang gitu rizki senyum-senyum nggak jelas gitu atau jangan-jangan emang dia suka kamu juga ya?" kata bu ily sambil berfikir lalu menyipitkan mata kepadaku

"iihh ibu kan saya nggak bilang saya suka dia buuuu, jangan buat gosip donggg" kataku sambil memelas agar tidak jadi salah paham lebih tepatnya tidak ketauan kalau diam-diam sunyi menyembunyikan perasaan pada rizki. Dari pada harus meladeni bu ily mengobrol hal itu lebih baik lari saja supaya cepat sampai kelas.

"sun, tumben bawa belanjaan banyak banget?" tanya ana sesampainya aku dipintu depan kelas. Otomatis membuat anak-anak yang lain menoleh ke arah ku. Termasuk rizki, mata kita bertemu. Sial,kenapa juga harus melihat ke dia. Dan sialnya lagi kenapa juga hati mendadak deg-degan gini.

Brakkkk

"awwww..." tiba-tiba dari belakang ada yang menabrak otomatis membuatku jatuh dan meringis kesakitan, siapa lagi kalau bukan bu ily

" haduhhhh sunnn....kamu kenapa diem didepan gitu sih jadi nabrak kan, ibu kan lagi buru-buru udah berat banget ini belanjaannya."

Tiba-tiba rizki terbangun dari duduknya dan langsung melangkahkan kearah kami berdua yang terjatuh,

"sini,gue bantu bangun."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 07, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PADAMWhere stories live. Discover now