L E L A H

49 10 34
                                    

Bahasa Inggris, pelajaran yang sejak dari jaman main becek-becekan pake singlet dan kancut doang sudah menjadi favorit gue. Tapi kenapa harus jadi mata pelajaran terakhir di hari ini? Setengah dua siang, apa Bapak wakil kepala sekolah yang terhormat dan mengurusi jadwal pelajaran ini tidak memikirkan otak kami yang sudah mengepul sejak pagi?

Miss Amora yang mengajar juga masih terlihat bersemangat. Memang nampaknya cuma gue doang yang udah nggak semangat melanjutkan hari. Pikiran gue udah ke distract sama bayang-bayang kasur di kamar dan rebahan sepanjang sisa waktu sampai besok pagi. Padahal sadar habis pulang sekolah nanti masih harus melanjutkan rapat OSIS, kalo udah begini gue benar-benar butuh asupan bakso si Kumis.

Lab. Bahasa ini termasuk ruangan yang lebih dingin dibanding ruangan lain. Ya jelas karena memiliki monitor dan alat elektronik lainnya yang harus berada di suhu lebih dingin, sialnya buat gue beneran ngantuk dan semakin nggak semangat belajar.

"Sssstttt!" suara desis dari balik punggung, membuat gue menoleh ke belakang dan mendapati Gea, sahabat sekaligus teman sebangku di kelas, ya selain Lab. Bahasa ini karena sistemnya sesuai nomor urut absen.

Gue mengangkat alis tanda bertanya ketika bertemu tatap dengan cewe cantik itu, sementara gue masih bisa merasa setiap tarikan garis wajah merengut.

"Kenapa sih Ndut? Cemberut terus," tanya gadis cantik dengan kulit putih susu dan pipi bulat memerah.

"Laper, tapi udah nggak mau makan. Tapi laper, tapi ngantuk juga, tapi laper, tapi males," rentet gue gitu aja dengan bibir bawah maju beberapa senti.

"Nanti kita makan bakso Kumis. Makan dulu sebelum lanjut OSIS, tadi udah aku bilangin ke Kumis buat sisain untuk kita."

Demi Tuhan, rasanya mau loncat dan menerobos kaca pembatas terus peluk Gea erat-erat. Dia memang paling mengerti.

"I love you!" ucap gue dramatis dan hanya dibalas dengan kekehan renyah dari Gea, "kalo kamu belom punya pacar, udah aku pacarin beneran deh huhuhu makasih ya cabatku cayang," lanjut gue lagi tambah dramatis. Ya, memang Salsabil Anastasya selain tukang menggerutu juga tukang alay jadi ya harap maklum saja dengan tingkah absurd gue ini.

Setelah mendengar embusan angin kebahagiaan entah dari mana asalnya tapi gue jadi semangat lagi untuk lanjut memerhatikan pelajaran dari Miss Amora, tak lagi mengerut dan digantikan dengan sunggingan senyum.

'Drrrttt...drrrrttt...'

Gue membuka ponsel dan melihat satu notifikasi di sana.

LINE! You have a new message!
Kalong : Perhatiin miss amora tuh
Kalong : Lesu bener
Kalong : Es krimnya besok ya, gue harus balik

Nggak peduli lebih, gue cuma mendengus aja udah paham sama akal-akalan ini adek kelas satu, si tukang ngalong. Tanpa membalas pesan singkat itu, gue kembali memusatkan atensi ke depan kelas, ingat ini pelajaran favorit jadi harus fokus.












Bakso Kumis pake sandung lamur sama tulang muda, pakein kecap sama sambel yang banyak, saosnya juga, cuka sama jeruk nipis, terus pake goreng bakwan atau keroket. Ini pelajaran kapan sih beresnya?

 Ini pelajaran kapan sih beresnya?

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.
B I L AOnde histórias criam vida. Descubra agora