Trauma

841 105 2
                                    

Kini seulgi sudah berada diruangan jimin, walau tempatnya tersekat oleh kaca tetap saja jimin bisa melihat semua aktifitas yg seulgi lakukan.
Seulgi bingung apa yg harus ia lakukan, pasalnya ia belum benar-benar mengerti tugas seorang sekretaris, yg ia tau tugas sekretaris hanya menyiapkan kebutuhan dan jadwal kegiatan atasan.

Seulgi Pov
"Apa yg harus aku kerjakan hufftt" hela nafasku yg berdiam diri tidak jelas
"Apa aku tanya saja ya padanya, mungkin saja ada yg bisa aku bantu" batinku
Kini aku berjalan menuju pintu yg menyekat antara ruanganku dan ruangnya.

Tok..tok..tok..
Beberapa kali aku mengetuk pintunya masih tidak ada balasan dari dalam, dengan terpaksa dan sedikit ragu aku membuka knop pintu tsb dan yg kulihat bukan jimin yg sedang berkutat dengan berkas-berkasnya melainkan tengah tertidur disofa.

Author Pov
Seulgi kini mendekat ke arah jimin, dengan langkah ragunya. Dia membangunkan jimin dengan menggoyangkan lengan kekar jimin dengan lembut, lama seulgi mencoba membangunkan jimin tetapi tidak ada tanda tanda jimin terbangun. Seulgi yg mulai kesal bingung harus melakukan apa lagi, dan tiba tiba seulgi mendengar suara lirih jimin dengan keringat dikeningnya. Seulgi menyerngitkan keningnya heran saat melihat jimin yg tidur tidak tenang atau mungkin sedang mimpi buruk.

"Pak jimin...?"
"Pak jimin...??"
Seulgi terus memanggil jimin sambil menepuk lengan jimin tetapi tetap tidak merespon bahkan kini jimin terlihat semakin gelisah dengan kepala yg digeleng gelengkan dan bergumam.
"Aku mohon jangan lakukan itu.." ucap jimin sangat lirih dengan mata yg masih terpejam
"Aku mohon... hikss" kini air mata jimin lolos keluar menggenangkan dipipinya.
Seulgi yg melihat itu terkejut, pasalnya ia biasanya melihat jimin yg selalu tersenyum dan ramah tapi tidak dengan saat ini, dia melihat sosok jimin yg rapuh dan dengan keberanian seulgi menghapus air mata jimin dengan ibu jarinya yg lembut. Seulgi merasa iba melihat itu dengan segala seribu pertanyaan yg ada dipikirannya mengenai jimin yg sepertinya mempunyai masalah.
Saat tangan lembut seulgi menghapus air mata dipipi jimin, tiba tiba sebuah tangan memegang tangan kanannya yg masih berada dipipi jimin. Dan benar saja kini jimin terbangun dan menatap seulgi dengan tatapan sendu sedangkan seulgi yg terkejut dengan mata yg melebar.
"Seulgi.." lirih jimin saat mengetahui seulgi sudah berada tepat dihadapan wajahnya dengan posisinya berjongkok. Seketika jimin menarik tangan kanan seulgi dan memeluknya erat, dan seulgi tentu saja semakin terkejut dengan pergerakan jimin yg cepat saat menariknya.

"Pak jimin" ucap seulgi sembari mendorong pundak jimin agar terlepas dari pelukannya, tapi jimin malah menahan tubuh seulgi agar tetap dalam rengkuhannya dan memeluk semakin erat.

"Biarkan seperti ini sebentar, jangan tinggalkan aku. Aku sangat takut seulgi-ya" ucap jimin yg masih setia memeluk seulgi erat dan menaruh kepalanya dipundak seulgi

Tubuh seulgi benar-benar menegang seketika, ditambah saat jimin memanggil namanya seperti itu.
Seulgi tidak tahu harus bagaimana, jujur saja seulgi tidak pernah bersentuhan dengan laki-laki kecuali keluarga, saudara dan sahabatnya.
Dengan keraguan seulgi menepuk-nepuk pelan pundak jimin guna memberi ketenangan.

Sudah sekitar satu menit berlalu tetapi posisi mereka tetap masih berpelukan, hingga jimin melepas pelukannya dan menatap lekat mata seulgi.
"Terima kasih seulgi, dan maaf dengan perilaku ku yg tiba-tiba memelukmu" ucap jimin yg kini sudah terlihat tenang

"Iya.. tidak apa-apa pak" sahut seulgi yg bingung harus menjawab apalagi, tidak mungkin kan dia marah saat kondisi yg jimin yg tadi terlihat menyedihkan.

"Ada apa kamu kesini, ada yg ingin kamu tanyakan?" Tanya jimin mendongakkan kepalanya yg kini seulgi sudah berdiri sedikit jauh.

"Emm.. saya tadi ingin menanyakan apa anda butuh bantuan, karna saya masih belum begitu tau jadwal dan kebutuhan anda pak"

"Oh, yasudah kali begitu buatkan saya teh saja"
Ucap jimin dengan sedikit senyuman yg tercetak dipipinya.

"Apa hanya itu pak?" Jawab seulgi bingung, karna yg dimaksud seulgi meminta bantuan adalah dengan membantu pekerjaan jimin.

"Iya untuk saat ini hanya itu, aku akan meminta bantuan sekretaris ayahku untuk mengajarimu.

"Baiklah kali begitu pak, saya permisi" pamit seulgi

Seulgi keluar dari ruangan jimin dan menuju ke pantry untuk membuat teh untuk bosnya itu. Tak butuh waktu lama, seulgi sudah membawa satu gelas teh keruangan jimin dan meletakkan dimeja kerja jimin.

"Terima kasih" ucap jimin jimin sembari mencicipi teh buatan seulgi
"Wahh ternyata teh buatanmu sangat pas tidak terlalu manis juga tidak terlalu hambar"

"Terima kasih atas pujiannya pak" ucap seulgi mengembangkan senyumnya saat dirinya disanjung.
"Kalo begitu saya permisi"

Seulgi keluar dari ruangan jimin dan sudah berada diruangan kerjanya. Sedangkan jimin masih memikirkan mimpinya tadi, bukan lagi mimpi tapi itu trauma masa kecil jimin yg selalu menghantui pikirannya saat tertidur.

"Kenapa dia selalu saja datang, kapan trauma ini akan hilang" ucap jimin dengan kedua tangan yg memegang kepalanya.

—-tbc—-

First Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang