Patient

685 60 4
                                    

Seokjin masih duduk diruang tunggu hari itu. Ia mengunjungi Rumah Sakit Umum untuk memeriksa keadaannya yang sudah satu minggu tidak membaik. Badannya panas, Kepalanya juga pusing rasanya seluruh ruangan yang ia tempuh berputar tanpa arah. Sejak Registrasi hingga menunggu gilirannya masuk, ia hanya dibantu oleh perawat yang secara suka rela memberinya kursi roda dan membantu seokjin pergi mengurus administrasinya. Sialnya lagi, ia urutan terakhir pengunjung dokter umum itu.

Sudah satu jam lebih sejak ia menunggu para pasien yang silih bergantian masuk ke ruangan dokter yang katanya paling jenius diantara dokter lainnya yang berada di kota Gwacheon. Di pintu ruangan itu tertulis nama dokter jenius itu bernama Dr. Kim Namjoon. Seokjin membayangkan seperti apa sih dokter namjoon itu? Dokter senior dengan perawakan kakek-kakek yang hanya memeriksa detak jantung dan langsung bisa mendiagnosis penyakit pasiennya? Atau Dokter muda yang baru lulus kuliah kedokteran dan baru bekerja di rumah sakit? Entahlah, memikirkannya hanya membuat kepala Seokjin makin dilanda pusing.

Satu pasien terakhir keluar dan akhirnya seokjin masuk ke ruangan dokter itu. Ruangan bernuansa putih dengan poster organ tubuh dsn kampanye kesehatan menghiasi ruangan putih yang penuh dengan Bau obat dan alkohol itu. Dokter Namjoon duduk di belakang meja dokternya dan tersenyum melihat pasien terakhirnya itu, terlihat pucat tapi... imut.

Seokjin melirik dokter yang tersenyum ke arahnya, Senyumnya yang membuat lesung pipi si dokter itu timbul membuat seokjin tengsin setengah mampus. Seokjin sedikit menundukan kepala lalu duduk di kursi pasien. Ia menatap dokter namjoon dengan seksama, Dokter itu masih muda. Rambutnya yang berwarna coklat, wajahnya yang tampan dengan kacamata bacanya yang membuat dokter itu terkesan keren membuat Seokjin salah tingkah.

"Tuan Seokjin?" kata dokter itu memecah lamunan seokjin yang terlalu fokus memandang wajah Namjoon. Seokjin langsung bergidik dan menatap namjoon, "ah iya dokter, maaf" balasnya.

"Jadi.. apa keluhannya?" tanya dokter itu sambil memegang kertas diagnosa penyakit seokjin. Seokjin mengerjap mengedipkan mata beberapa kali dengan cepat lalu mengambil nafas dalam-dalam, "a-anu dokter. Saya sudah sakit sejak seminggu yang lalu dan kepala saya rasanya terus berputar tanpa sebab. lidah saya juga mati rasa tak bisa merasakan makanan apapun" kata seokjin menjelaskan keluhan penyakit yang dideritanya.

Sang dokter hanya mengangguk-angguk sambil menuliskan semua keluhan Seokjin di kertas itu lalu terdiam sebentar, "umurnya 27tahun?" tanya dokter itu. Seokjin mengangguk lemah. Namjoon membulatkan mulutnya lalu menatap Seokjin,

"wah, hyungku ternyata" dokter itu terkekeh kecil dan membuat seokjin membelalakan matanya, "h-hyung?" tanya seokjin memastikan. Dokter itu mengangguk lalu mengulurkan tangannya, "Hai! aku dokter Namjoon. usiaku 25 Tahun" jawabnya sambil tersenyum lebar. Seokjin membalas uluran tangan Namjoon dan berjabat dengannya.

"Dokter tidak bercanda kan? maksudku maaf lancang, tapi apakah benar kau ini dokter jenius yang selalu dibicarakan orang-orang itu? 25 tahun yang benar saja dokter kim namjoon-nim" Seokjin sedikit memicingkan mata kanannya, ragu dengan perkataan Dokter muda yang ada di depannya. Namjoon tertawa lalu ia memandang Seokjin.

"hyung, kau pasien terakhir kan?" tanya namjoon dengan santai. Seokjin mengangguk.

"berarti aku bisa santai mengobrol dulu kalau begitu" santainya lalu melepas jas dokternya. Seokjin menatap dokter muda itu dengan heran,

"Sebenarnya umurku 26 tahun. tapi 3bulan lagi, haha. Aku tak mengerti kenapa orang-orang memanggilku jenius, tapi aku merasa spesial jadinya. apalagi jika hyung yang memanggilku seperti itu" lanjut namjoon sambil tersenyum mengangkat sebelah alisnya. Wajah Seokjin memerah lalu menunduk malu.

Namjoon merasakan ada aura canggung diantara keduanya dan lebih memilih untuk memilih memeriksa keadaan seokjin terlebih dahulu. "Baiklah, dimulai dari tensi darah ya" kata namjoon sambil menyiapkan alat tensinya. Ia memasang stetoskopnya di telinga. Seokjin mengulurkan tangannya di meja kerja Namjoon lalu sedikit menggulung kaosnya yang panjang. Namjoon memasang alat pompaan ke lengan Seokjin lalu menaruh stetoskopnya di lengan Seokjin sambil memeriksa tinggi darah Seokjin. disitulah pertama kalinya Namjoon menyentuh tubuh Seokjin.

Namjoon memompa alat pengukur itu dan fokus di jarum-jarum yang naik ketika ia memompa alat tensi itu. Tak lama ia melepaskan alat itu lalu tersenyum sambil menyiapkan pulpen untuk menuliskan tinggi tensi Seokjin.

"120/90, tidak buruk" katanya tersenyum. Seokjin diam sambil menatap dokter muda itu menulis tensi darahnya tak berkutik apapun. Namjoon menatap seokjin lagi, "Sekarang kita periksa detak jantungnya" kata Namjoon.

"Do-dokter, apa aku harus berbaring?" tanya seokjin sambil menatap kasur pasien. Namjoon mengangkat kedua alisnya, "jika hyung tidak kuat duduk seperti ini, berbaring disana juga tak apa-apa. mau aku bantu?" tanya dokter itu.

Seokjin segera menggelengkan kepalanya lalu tersenyum kecil, "tidak dokter aku disini saja" jawabnya lalu membuka zipper jaketnya untuk memudahkan namjoon memeriksa detak jantungnya. Namjoon memerintahkan Seokjin untuk tarik nafas dan buang selagi dia memeriksa detak jantung Seokjin sambil mengangguk-angguk paham dengan kondisi seokjin.

"Hyung, detak jantungnya cepat sekali." kata namjoon dengan ekspresi bingung. Seokjin mengerjap, "e-eh? masa sih?" tanyanya panik.

"wah kalau begini ceritanya harus dirawat inap nih, bagaimana?" angguk namjoon dengan yakin sambil memegang dagunya. Seokjin makin panik lalu menatap namjoon dengan tatapan takut, "dirawat? apa detak jantungku buruk sekali? aku harus dirawat dimana?" tanya Seokjin.

"hm dirawat di ruang kerja dokter jenius ini, bonusnya dikasih kasih sayang juga lho! gimana? mau kan? Jin hyung?" kata Namjoon sambil tersenyum lebar. "E-Eh?" Seokjin diam tak berkata apapun, telinganya memerah dan ia menundukan kepalanya. Sungguh dokter muda itu keterlaluan, sudah mengambil hati pasien lemah hanya karena perkataannya yang manis. ditambah, lesung pipi yang sejak awal dilihat membuat pasien bernama kim Seokjin itu meleleh tak berbentuk.

"Dokter Namjoon bodoh" gumamnya sambil tersenyum malu-malu di tundukan kepalanya.

HEIRATE Where stories live. Discover now