(Un)grateful Accident

2.7K 416 18
                                    

Winwin senang kalau lihat Dinda senang, apalagi teman dari kecilnya itu sedang patah hati belakangan ini, tapi dia sedikit takut dengan alasan di balik senyum Dinda saat ini. Dari sampai di kantin, bungsu Prakasita itu tidak berhenti memainkan ponsel nya. Beberapa kali sebuah senyum terulas di wajah ayu itu.

"Makan dulu" tegur Winwin sambil menyodorkan bakso pesanan Dinda. "Hehe, iya. Makasiiiih" jawab gadis berponi depan itu.

Beneran deh kayanya Winwin harus takut sama senengnya Dinda kali ini begitu sosok Barry datang menyusul mereka. Pemuda berkulit tan itu langsung duduk di sebelah Dinda setelah menyapa keduanya.

"Kamu makan bakso doang? Nggak pake nasi?" tanya Barry saat melihat porsi makanan gadis di sampingnya. "Ya iya lah mau pake nasi gimana kalo ibu nya nggak sediain?" jawab Dinda.

"Habis ini ada mata kuliah apalagi? Berapa lagi?"

"Dua. Filsafat sama listening"

Barry mendecak pelan. Pemuda itu mengedarkan pandang ke sekitar sebelum akhirnya jalan ke salah satu stan makanan. Winwin mengalihkan perhatiannya dengan kembali melahap makan siangnya, lagian kalau keburu dingin juga nggak enak itu soto daging.

"Ini dimakan juga" ujar Barry begitu kembali. Sebuah onigiri diletakkan tepat di samping mangkuk bakso Dinda. "Nggak ah. Kenyang" tolak gadis itu.

"Dinda, mata kuliah kamu nanti itu perlu tenaga ekstra buat mikir sama dengerin. Perlu fokus yang tinggi. Kalo cuma makan bakso, tenaga nya cuma bertahan satu jam. Setelah itu isinya ngantuk doang. Udah deh nggak usah ngeyel. Makan" omel Barry.

Dinda hanya mengangguk pasrah sambil terus menghabiskan bakso nya. Nggak tahu aja Winwin udah meliriknya sinis daritadi. Banyak yang harus Dinda jelaskan ke pemuda itu. Terlebih sikap Dinda berubah semenjak diajak Barry jalan tempo lalu.

"Lo nggak ada kuliah, kak?" tanya Winwin ke Barry. Pemuda bergingsul itu menggeleng, "Nggak ada. Ini aja baru kelar jaga gue makanya bisa sempet kesini. Nih, anak kecil tukang ngeyel ini kalo nggak diperhatiin makannya suka sembarangan"

"Lah lo tenang aja kali, apa guna gua jadi temen Dinda?" balas Winwin dingin. Membuat atmosfer diantara tiga manusia itu menjadi canggung. Barry berdehem sebentar, "Yaaaa iya ada lo, cuma gue mau pastiin sendiri Dinda makannya bener"

"Perhatian ya perhatian, tapi diinget nih sebelah lo masih ada pawangnya"

Muka Dinda udah merengut aja dengar omongan Winwin. Iya bener kok dia masih ada Jeffrian, tapi jangan bikin sakit hati orang lain juga. Barry juga nggak aneh-aneh ke dia, masih normal interaksi nya.

"Jelas inget lah! Kan Jeff sobat sendiri. Ya kali gue tikung" balas Barry santai.

Winwin membalas dengan anggukan sebelum akhirnya berdiri, "Nda, lo ke kelas mau sendirian apa sama gue? Apa dianter Barry sampe kursi?" tanya nya.

"Lo tuh!" tunjuk Dinda dengan garpu bakso nya. Mau marah tapi malu ada Barry. Nanti aja kalau gitu. "Kak, aku ke kelas duluan ya. Makasih onigiri nya!" ujar si bungsu.

"Semangat kelasnya, yaaa!" balas Barry.

Sampai di tangga, lengan Winwin dihadiahi cubitan-cubitan kecil dari Dinda. "Apa sihhHHHH?!!!" keluh nya. "Lo tuh yang kenapa! Jutek banget sama Kak Barry!" sungut Dinda.

"Lah? Siapa yang jutek?! Emang gue ngomongnya ngeyel ke dia? Pake urat? Nggak kan?"

"Ya tapi tetep aja, Wiiiiiin. Lo tuh kaya lagi musuhin Kak Barry jadinya!"

"Kan. Belain sana belain si Barry daripada temen sendiri! Lagian gue ngomong juga penuh dengan kebenaran ya, Janna Adinda Prakasita. Lupa lo ama Jeffrian?"

Bang Jeff 2.0Where stories live. Discover now