Nama

2.6K 437 90
                                    

Sebelum membaca alangkah baiknya kita berdoa terlebih dahulu,

"Ya Allah, semoga yang sider diberi kemudahan dan kelancaran dalam menekan tombol vote. Semoga tangan nya gak pongpet saking susah nya neken tombol vote., Mudahkanlah urusan hidup mereka agar tidak membuat author barbar ini malah tamatin dadakan book nya dan semoga mereka gak di datengin Jaena buat diajak baku hantam,
Aamiin"





















































Selamat membaca!!

...

Dengan perlahan, Jineul membuka kedua matanya dan sedikit mengeryit saat cahaya terang langsung menyapa penglihatannya.  Ia mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan penglihatannya yang mulanya sangat buram itu.

hal yang pertama kali ia lihat adalah wajah khawatir Seonho yang tepat berada beberapa centi di depan wajahnya. Untuk beberapa detik, mereka saling berpandangan sebelum akhirnya Seonho menoleh ke arah lain.

"BIBIIII JINEUL UDAH SILUMANNN" teriak nya membuat Mina yang tengah mengganti bunga dalam vas menoleh. "Jineul udah sadar nak?"

Jineul mengangguk menjawab pertanyaan Mina, ia mencoba untuk duduk dan sedikit meringis saat bagian bawah tubuhnya terasa linu. Ah, Jineul hampir lupa jika ia sudah melahirkan si kembar tadi pagi.

"Mas Yuko mana?" Kalimat pertama yang keluar dari mulut Jineul membuat Mina terkekeh. "dia lagi sama ayah juga Eunsang lihat si kembar"

"Udah di adzanin Bun?"

"Sudah seperti nya"

"Gimana rasanya nak?" Ucap Mina lembut, tangannya tergerak untuk merapihkan rambut Jineul yang sedikit basah karena keringat.

"Sakit Bun, maafin Jineul kalau selama ini selalu nyusahin bunda, perjuangan melahirkan itu susah, tadi aja aku kepikiran bunda terus dan kalau udah lahiran mau minta maaf" cerita Jineul.

"Gapapa, bunda khawatir banget tadi. Yuko pas keluar rambut berantakan, banyak cakaran, nangis lagi. Mana tadi pada nangis berjamaah lagi"

"Iya kah?"

"Iyah, lihat Yuko nangis, Eunsang ikutan nangis. Eh, Jae sama Sungjin juga nangis saking khawatir nya. Mereka ngira Yuko nangis tuh kamu kenapa-kenapa. Padahal Yuko nangis katanya lega sama gak tega lihat kamu kayak gitu..-"

Jineul tersenyum, masih terlalu lemas hanya untuk merespon cerita yang Mina katakan. Padahal ia ingin tertawa membayangkan suami dan kedua kakak tertuanya menangis bersamaan. Tapi, jika ia tertawa, rasa sakit jahitan yang di bawah akan terasa dan itu adalah hal yang paling Jineul hindari.

"Berapa jahitan nak?"

"Katanya 7 bun" jawab Jineul sambil meringis.

"Yaudah, kamu istirahat aja ya? Bunda mau panggil para Abang mu dulu"

"Emangnya mereka kemana bun? Lebih baik jangan deh Bun, aku masih butuh ketenangan ini"

"Jae tadi anter Jimin buat periksa, soalnya tadi Jimin pingsan. Sisanya cari makanan, biasa, mereka kan kalau ke rumah sakit malah wisata kuliner"

Jineul kembali tersenyum, dan Mina memaklumi mengapa si bungsu tampak lebih banyak diam.

"Hoho dikacangin guys" keluh Seonho yang kini sedang memakan apel yang seharusnya dimakan oleh Jineul.

"Ohiya, kenapa hoho gak ikut wisata kuliner?" Tanya Jineul agar Seonho tidak merajuk. Bahaya kalau Seonho marah, sesajen nya 10 cup bubble tea.

"Lagi puasa"

[✓] Ayah Siaga + Day6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang