four out of Ten

6.3K 816 42
                                    

Seoul 2025

"Mau kamu kasih nama siapa?"

"Mas maunya kasih nama apa?"

"Ya sesuka kamu aja"

"Yaudah aku yang kasih nama ya, mas jangan nyesel ntar"

"Iyaa sayangku cintaku mamanya anak-anakku"

"Cih"

Ten tertawa pelan saat sang istri mendecih akan gombalannya. Niatnya hanya bercanda tapi Lisa memberi respon yang sangat menggemaskan. Kedua matanya tak bisa melepas pandangan dari sang istri yang mengelus lembut makhluk mungil dipelukannya, gemas. Ia tidak tahu mana yang lebih menggemaskan, yang memeluk atau yang dipeluk.

"Duh bisa diabetes mas kalo tiap hari liat yang manis begini"

"Cih, sana ngegombal sama ibu ibu jamu"

"Duh padahal kan gombal tandanya cinta"

"Maaf tidak menerima gombalan dan cinta, tapi transfer minimal 2 juta masih dapat diterima"

Tawa Ten pecah, "Duh gemesin banget sumpah pengen aku gigit!"

"Berisik mas ah!"

Ten kicep. Lisa akhir akhir ini menjadi jauh lebih sensitif. Bawaan bayi mungkin, Ten dan segala jenis kebucinannya bisa apa? Cuma mampu diem atau ngangguk doang padahal jelas-jelas dia gak salah. Tapi kadang ya emang tingkah Ten aja yang bikin emosi Lisa naik ke ubun-ubun.

"Jadi udah tau mau kasih nama siapa?"

"Mas yakin gak mau? Gak nyesel? Kesempatan gak datang dua kali loh!"

"Enggaa"

"Yaudah kalo gitu aku yang namain"

"Siapa?"

"Michaelangelo"

"Pftttt" Ten berusaha menahan tawanya saat mendengar nama yang dicetuskan oleh sang istri, "ribet amat nama kucing"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Pftttt" Ten berusaha menahan tawanya saat mendengar nama yang dicetuskan oleh sang istri, "ribet amat nama kucing"

"Heh itu bagus ya!"

"Iya sayang bagus iyaaa"

Lisa mengelus pelan bulu kucing itu, ia dan Ten baru pulang dari pet shop beberapa waktu yang lalu dengan membawa gumpalan bola bulu yang sedang berada dipelukannya saat ini.

Ten bergerak untuk pindah duduk kesamping istrinya, menarik lisa untuk masuk ke pelukannya. Ia mengelus rambut Lisa pelan, "dek--"

"--mas"

"Kamu duluan deh!"

Lisa mendengus kesal, "mas duluan aja"

"Kamu aja"

"Mas aja"

"Kamu aja duluan deekk"

"Cih, gini aja sampe tua"

Sepertinya mendecih adalah hobi baru nyonya Lisa leechaiyapornkul. Dan menertawakan decihan sang istri adalah hobi baru Ten. Bucin cih.

"Sini liat mas"

"Apa?"

Lisa mendongakkan kepala untuk menatap sang suami, sedikit terlejut saat Ten mencium pelan keningnya.

Cup! Satu ciuman mendarat dikeningnya, "untuk kamu yang sabar ngehadepin aku"

Cup! Satu ciuman ditiap kelopak mata, "maaf buat tiap air mata yang kamu jatuhin karena aku"

Cup! Satu ciuman diujung hidung lisa, "aku gak punya alasan, tapi hidung kamu cantik"

"YAELAH MAS UDAH TERHARU INI"

"Hehehe"

Ten mengusap pelan pipi Lisa yang semakin berisi, menatap Lisa dengan penuh sayang.

Ia mengecup pelan bibir Lisa, "ini karena aku cinta kamu"

Ia mengecupnya sekali lagi, "ini karena kamu itu istriku"

Ia mengecupnya lagi, "ini karena kamu mau aja aku modusin begini hiya hiya hiyaaa"

Lisa sebenarnya sudah sadar dari awal kalau ada yang gak beres saat Ten tiba-tiba menjadi sangat manis. Yang berputar dibenaknya adalah antara Ten mau ngaku dia punya selingkuhan atau Ten baru periksa ke dokter kalo umur dia udah gak lama lagi.

Tapi Lisa gak kepikiran kalo suaminya se absurd ini. Harus sabar memang menjalani kehidupan sebagai seorang istri Chittapon leechaiyapornkul yang nyebelin banget ini.

Lisa tersenyum menanggapi gurauan sang suami. Kontras dengan senyuman Lisa, Ten justru mendadak terdiam. Bukan ini respon yang ia inginkan dari Lisa saat ia bergurau. Lisa diam itu hanya saat ia sedang marah, ngambek, atau ada maunya. Dan Ten tidak mengerti diam Lisa kali ini ada maksud apa.

Ten menggaruk kepalanya dengan canggung, "hehehe--becanda mas kelewatan ya?"

Senyuman diwajah Lisa tak kunjung pudar, "Enggak kok. Sini lutut mas"

"Hah?"

Ten tidak mengerti dengan respon yang diberikan Lisa. Ia sudah menyiapkan diri untuk menerima cacian dan makian dari sang istri. Tapi kenapa Lisa malah mau pegang lututnya?

Ten memutar arah duduknya menghadap Lisa dan mendekatkan lututnya ke sang istri.

"Buat apa?"

"Mau kugetok sekali, kasian anak-anakku kalo otak bapaknya didengkul kaya kamu" Lisa meninju lutut Ten dengan sepenuh tenaga.

"We-weh! Jangan pake tenaga beneran dong dek sakit ini!"

Lisa menepuk kedua tangannya lalu mengelus perut buncitnya, "sabar ya nak, papa kalian emang agak sinting"



Ten Out of TenWhere stories live. Discover now