02: An Awkward Interaction

440 74 3
                                    

Naya memastikan pandangannya kembali. Alisnya terangkat sebelah. Benar saja, Dandy memang sedang melihat lurus tepat ke arahnya. Tetapi tak lama kemudian Dandy sudah mengalihkan pandangannya ke depan.

"Dek, dengar gak?" Suara Rizky terdengar, laki-laki gempal itu gemas karena yang dipanggil tak sadar keadaan.

Fardian berjalan mendekat ke arah belakang kanan kelas. Lengan bajunya digulung cepat. Dia membungkukkan badan agar lebih jelas membaca name tag murid baru di depannya, "Muhammad Dandy?"

Yang dipanggil tetap duduk tenang di tempatnya, walaupun agak gugup juga karena jadi pusat perhatian. "Saya, Kak?"

"Iya lah, siapa lagi." Celetuk Rizky.

Mata Dandy mengerjap pelan, "Ada apa, Kak?" Tanyanya bingung. Perasaan dia tidak membuat kesalahan. Dia tambah bingung karena Dwiki menyenggol lengannya cukup keras.

Fardian mengelus dadanya sekaligus menghela napas pendek, berusaha sabar.

"Makanya jangan bengong. Untung gak kesurupan." Wahyu menyahut, "Ini loh teman kamu ada yang gak bisa habisin makanannya."

Dandy melirik perempuan yang ditunjuk Wahyu. Arahnya tepat pada meja yang Naya tempati. Makanan Naya tidak habis? Terus, hubungannya dengan dia apa?

"Ngapain masih diam? Sana bantuin temennya habisin." Rizky sudah gregetan di tempat karena adik kelasnya hanya plonga-plongo.

"Kok saya, Kak?" Dandy menatap ketiga kakak pembimbing yang tahu-tahu sudah berdiri berdampingan kembali di depan kelas.

Fardian mengelus dadanya. Lagi. Ingin berteriak saking gregetnya, tetapi peraturan yang sudah ditetapkan anggota OSIS salah satunya adalah tidak boleh ada pembentakan.

"Ya masa saya? Kasihan, nanti makanannya mubazir. Sudah sana cepetan bantuin."

Mendengar penuturan Fardian, Dandy mau tak mau patuh, "Iya Kak, siap."

Dandy menutup kotak bekalnya dan berdiri. Sebenarnya ada beberapa murid baru perempuan yang kagum dengan rupa wajah Dandy. Kulitnya putih bersih, rambut lurus berwarna legam dan postur tubuhnya pun tinggi tegap. Tampan, namun tetap kalah ketampanannya dibandingkan Wahyu yang lebih menarik atensi pecinta kakak kelas.

Naya gugup di tempat, seiring langkah kaki Dandy yang mendekati mejanya. Dia mulai mengetuk-mengetuk lututnya dengan jari telunjuk. Raut wajahnya menunjukkan seolah dia biasa saja dengan kehadiran Dandy, berkebalikan dari jantungnya yang berdebar. Untung saja Naya memilih tempat di dekat jendela, setidaknya ada Nurul yang memberikan sedikit jarak, bisa-bisa dia mati kutu.

Dandy berhenti di dekat meja Naya dan Nurul, lalu terdiam berusaha mencerna situasi. Dia memperhatikan kotak bekal Naya yang bersih.

Apanya yang belum habis sih?

"Kenalan dulu Dek sama temannya." Itu perintah Wahyu, ada sedikit nada meledek yang Dandy tangkap. Dasar, kakak pembimbing!

Dandy mengaduh dalam hati.

Udah kenal, gimana dong.

"H-hai? Aku Muhammad Dandy." Sapanya kaku, tangan kanannya terulur kaku pada Naya.

Seisi ruangan melempar tatapan bingung. Lah kok?

Fardian berjalan mendekat dengan langkah lebar. "Astaghfirullah! Yang makanannya gak habis yang ini! Kok malah ngajak kenalan yang disebelahnya!"

"Eh.." Dandy kikuk, dia menarik tangannya cepat. Ekor matanya melirik Nurul, perempuan itu menunduk, mungkin takut ditegur kakak kelas atau merasa tak enak pada Dandy. Aduh. Dandy jadi malu karena sedari awal malah salah fokus.

✔ when you're readyWhere stories live. Discover now