My Dear

3.7K 263 56
                                    

Aku sudah menghubungi Tommy untuk mengatakan bahwa aku akan menikahi keponakannya. Tommy tertawa mendengarnya. Dia merasa tidak percaya bahwa perasaanku tetap tidak berubah. Aku tidak pernah bisa mengusir rasa itu, walaupun begitu banyak wanita cantik yang mengejarku.

" Aku hanya mau Livia, Tom. Please.." Ucapku meyakinkan sahabatku itu.

" Asal kau serius dan tidak pernah menyakitinya. Aku begitu menyayangi keponakanku itu." Ucap Tommy dengan suara yang begitu serius.

" Apakah penantianku menunggunya selama ini belum juga membuatmu percaya, Tom?" Tanyaku sinis. Tommy tertawa.

" Apakah keponakanku itu mau menerima lelaki tua sepertimu?" Tanya Tommy lagi dengan tawa.

Aku mendengus kesal. Aku tahu Tommy bercanda, tapi aku tetap kesal mendengarnya.

" Aku rasa dia mau. Dia tidak menolak ciumanku." Jawabku tenang.

Aku jadi membayangkan bibir manis yang begitu menarik untuk kucium. Aku tersenyum kecut. Rasa rindu yang teramat sangat kini menghampiriku.

" Anthony, hei. Melamun ya, jangan bilang kau sedang memikirkan keponakanku. Aku tidak mau kau menidurinya sebelum menikahinya. Kau dengar itu."

Ucapan Tommy membuatku tergelak. Aku menggelengkan kepalaku, berusaha mengusir pikiran yang terpampang di dalam bayanganku. Sebenarnya pikiran yang seperti apa yang Tommy katakanlah yang sekarang ini asik menari nari di kepalaku.

" Baiklah Tom, aku akan menikahi Livia. Tapi tolong jauhkan si brengsek penjual gadis remaja itu. Dia kekasih keponakanmu. Eng, sudah putus sih, kalau menurut Livia. Tapi aku yakin, dia tidak akan melepaskan Livia begitu saja." Ucapku serius.

" Daniel. Tenang saja An, aku yang akan mengurusinya. Kau jaga Livia. Jangan sampai menjadikanku seorang pembunuh karena Livia menangis."

Aku tertawa menanggapi ucapan Tommy. Sedikit lucu sebenarnya dengan ancamannya itu. Aku tahu siapa Tommy, dia memang sadis tapi tidak akan mungkin melakukan hal itu kepadaku.

" You know me so well, Brother." Ucapku meyakinkannya.

" Yes, of course." Ucap Tommy tenang.

" Okay, aku akan segera menemuimu dan kita akan membicarakan persiapan pernikahan. Kau urusi segala sesuatunya." Ucapku tenang.

" Enak saja, urusi sendiri." Ujarnya ketus. Aku terkekeh.

" Sudah ya, aku akan menjemput kekasihku yang manja itu. Telat sedikit saja bisa panjang urusannya." Ucapku sambil membawa langkahku keluar ruangan.

" Kekasihmu itu keponakanku, jerk." Ucapnya sambil mendengus kesal. Aku kembali terkekeh.

" Baiklah Om, aku tutup ya." Ucapku sambil memutus pembicaraan.

Aku tahu, pasti Tommy akan mencak mencak di seberang sana, karena kupanggil Om. Aku jadi tersenyum sendiri membayangkannya.

" Heh, Om Om mesum. Kenapa senyum senyum sendiri."

Suara Angela mengagetkanku. Dia menatapku galak. Aku mengangkat alisku sambil menatapnya. Dia mencebik. Aku tergelak.

" Aku bukan Om Om mesum. Aku Hot Uncle." Ucapku asal sambil terkekeh.

" Dasar gila." Dengus Angela.

" Yeah, aku tergila gila gadis kecil itu. Bibirnya begitu manis dan aku akan menikahinya, segera." Ucapku tenang.

Angela menatapku. Wanita yang selalu bermake up tebal dan berpakaian minim ini mendesis. Aku tertawa menatapnya.

" Tolong carikan Wedding Organizer yang bagus dan bisa bekerja cepat. Aku tidak mau menunggu lama untuk memilikinya." Ucapku yang dibalas tatapan tidak percaya oleh Angela.

" Aku serius, Angela. Aku akan menikahi gadis kecilku itu. Aku tidak akan bisa hidup tanpanya. Aku begitu mencintainya." Ucapku meyakinkan Angela yang seolah menatapku penuh selidik.

" Aahh, baiklah. Aku hanya tidak percaya. Kau mencintai gadis kecil keponakan sahabatmu sendiri. Usia kalian terpaut lumayan jauh." Ucap Angela dengan sinar mata tidak mampu kumengerti.

" Usia kami hanya berbeda tujuh tahun saja. Tidak terlalu jauh. Hanya saja dulu aku berhasil menyelesaikan sekolah lebih awal dari temanku jadi aku bisa berbarengan dengan Om nya itu." Ucapku sambil mengulas senyum. Angela menatapku tanpa kata.

" Anthony, kau sudah terlambat menjemputku. Aku sampai harus menyusulmu ke sini. Eh, ternyata malah asik ngobrol sama tante ini."

Suara nyaring itu membuat keduanya mengalihkan tatapan mereka. Livia berdiri di sana, di depan pintu lift yang barusan terbuka kemudian tertutup lagi. Wajahnya terlihat kesal.

" Gawat." Gumam Anthony sambil tergesa menghampirinya.

" Aku sudah mau pergi, sayang. Tapi Uncle mu itu menghubungi. Dia lama sekali bicaranya. Dia.."

" Jangan mengalihkan kesalahan pada Uncle ku." Potongnya dengan tangan yang terlipat di dadanya.

Aku segera merengkuh tubuh itu lalu menciumi kepalanya.

" Kami membicarakan rencana pernikahan kita dan aku meminta Angela untung mencarikan Wedding Organizer yang bagus dan bisa bekerja cepat. Aku tidak bisa menunggu terlalu lama."

Ucapanku membuat gadis kecilku terjengit. Dia menatapku. Tangannya mencengkram kuat lenganku. Aku tersenyum lalu mencium bibirnya, agak lama. Kemudian menggenggam tangannya dan membawanya memasuki lift menuju ke lantai dasar. Sekilas sebelum pintu lift tertutup aku menatap kilatan mata Angela yang sepertinya kesal. Aku tidak peduli.

My Little Girl ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang