"Ada apa Hen?" Tanyaku, sengaja aku membawa Hendery ke taman belakang gedung kuliah 1.
"Cuma mau nantangin diri aja." Jawabnya.
Mendengar jawabannya yang abstrak itu membuatku bingung.
"Nantangin diri sama hati, Ingin tahu reaksi perasaan aku saat ketemu kamu lagi." Jelasnya.
"Terus sekarang gimana?"
"Gak sesuai ekspektasi aku."
"Maksudnya?"
"Aku kira aku udah bisa biasa dan nggak sakit hati lagi setelah ketemu kamu, tapi ternyata ada lubang lain di sisi sakit hati yang lain."
Aku menunduk, ingin menyetujui penjelasan Hendery. Tapi yang ada aku akan turut larut dalam sakit lagi.
"Kamu hanya kurang waktu saja, percayalah waktu akan jadi obat sakit hati."
"Kamu sendiri gimana?"
"Untuk sekarang? Atau sebelum kamu datang?"
"Keduanya."
"Jawabannya sama sepertimu." Lalu kamu saling menatap, seakan isyarat rindu itu kami lontarkan.
Senyumanmu yang indah bagaikan candu
Ingin trus ku lihat walau dari jauh
Skarang aku pun sadari semua hanya mimpiku
Yang berkhayalah kan bisa bersamamu..Lagu itu terus terputar secara otomatis di dalam otakku, di dalam Bus Trans Jogja yang kunaiki tadi tepat memutarnya.
Sekarang aku sedang berada di Malioboro, suasana sore bersama senja katanya malioboro lebih terlihat gagah dan teduh rasanya. Benar sekali, rasanya memang berbeda setelah terakhir berada disini.
"Mbak! Duduk situ." Tarik Enjun agar aku duduk di sebuah kursi panjang disana.
"Enjun baikkan? Enjun tahu mbak abis ketemu sama mas Hen dan mbak jadi mellow lagi. Itu alasan Enjun ngajak mbak kesini biar menghibur." Celotehnya sambil membuka laptop yang ia keluarkan dari tas ransel.
"Oh ya? Mbak nggak Mellow, biasa aja." Bohongku.
"Mbak, aku kenal sama mbak udah lama banget. Mata mbak gelisah, tatapannya juga sendu dari tadi."
"Pinter banget, ngedukun sana deh."
"Ahahaha,,, mana boleh, Syirik namanya."
Ku angguki, untuk merespon perkataannya.
"Senyumanmu yang indah bagaikan candu. Ingin trus ku lihat walau dari jauh. Sekarang aku pun sadari semua hanya mimpiku. Yang berkhayalah kan bisa bersamamu." Enjun bersenandung di sampingku dengan lagi-lagi lirik itu.
Aku jadi merasa benar-benar jadi tokoh di cerita lagu itu, aku benar benar berada di masa aku lebih bahagia berhalu untuk bersama dia. Senyuman dia yang membuat bibirku ikut tersenyum. Cara tertawanya yang memperlihatkan dia benar-benar bahagia, tingkah jail dia. Ya semua yang ada di dia.
Jangan tanya, aku sedang dan lagi-lagi mengatakan tentang Hendery.
"Mbak!"
"Hm?"
"Mas Dejun baik kok, dia juga baik kayak mas Hen. Mungkin akan lebih mudah mbak buat move on. Sebenarnya Enjun kemarin lihat mas Hen sama cewek gandengan di KFC depan Mirota kampus."
Aku yang sejak tadi menatap keatas langit yang berwarna oranye indah langsung menatap manik Enjun yang juga menatapku.
"Mbak gak papa?" Tanyanya, aku mengangguk lalu kupaksakan untuk tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
(END) Hay Hendery
Fanfiction"Baby take my hand." "...." "Kok diem?" "Emang kenapa?" "Ya lanjutinlah." "Apanya?" "Baby take my hand." "Kok malah megang tangan?" "Katanya suruh take my hand." "Nyanyinya lanjutin." "Gak tahu, aku gak tahu lagunya." "Yaudah, gak jadi nyanyi. Gak m...