16

1.4K 148 24
                                    

gini nih aku..

kalo FF yg mo menjelang ending itu sekali updet lsg nge BOOM gais, mon maap yak kalo keganggu ama notis" yorobun💓

spesial yg ga kebiasa liat dia jadi ciwi ciwi.. cius editin namjun kadang ada feel" gmna gtu wkwkwk

 cius editin namjun kadang ada feel" gmna gtu wkwkwk

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

.





.





.

Satu minggu.

Cuma satu minggu perpanjangan waktu yang diberikan Christian bagi adiknya untuk berfikir.

Menimang keras di antara terus tinggal di Fransisco menunggu tanpa kepastian, ataupun pergi melarikan diri dari luka kenyataan.

Inikah akhir pernikahan yang dia jalani selama 5 tahun ?

Ditinggal dalam kondisi sehat bukan karena maut yang memisahkan?

Mana janji yang katanya akan berjuang seumur hidup semati? Bulshit.

Entah, selama satu bulan Jimin terus mengevaluasi diri. Ada apa yang salah dengan dirinya sampai Min Yoongi tidak betah dengannya?

Hah.

Mungkin disini Park Jimin lah seorang figur yang gagal menjadi seorang Min Jimin. Dia gagal menyandang gelar besar yang diberikan mertuanya.

Jimin duduk termenung di kursi goyang, melamunkan banyak hal sementara bayi kecilnya menyusu lapar di puting kiri.

"Mama.." cicit Naeun pelan sekali.

Wanita itu masih belum kembali kesadarannya.

Mama bawel yang biasa menegurnya main HP semalaman, mama baik yang mau mendengarnya berkeluh kesah.

Mama garang yang mengajarinya banyak hal kini sirna.

Tergantikan oleh Park Jimin yang putus asa. WAJAR, seorang wanita rela bertahan demi pria kurang ajar karena apa? Anak.

Anak kecil itu memeluk bahu Jimin erat, menumpahkan tangis.

"Ini semua bukan salah mama,"

Dingin dan mengusik. Hawa panas dari bibir kering Jimin terbuka.

"Naeun-ah.." Parau sekali. Mata merah berkaca-kaca milik Jimin menyayat hati.

"K-kamu.. sudah makan belum, nak?" Lirih dan bergetar sekali, astaga. Sejak si--sialan Min Yoongi kabur, dia menelantarkan putri sulungnya.

Tidak.

Demi Tuhan, Naeun menyayangi Jimin segenap hati seperti ibu kandungnya. Walau fakta tragisnya anak kecil ini sedarah dan mustinya sepihak dengan si cantik rambut hijau itu.

"Papa pergi bukan karena mama,--" digigitnya erat bibir bawah, menelan ludah berat sambil memegangi satu tongkat kayu yang ia temui di sela tivi untuk alat bantu tuna netra berjalan.

U T O P I A | YOONTAEDonde viven las historias. Descúbrelo ahora