2 : Honour

3.8K 324 3
                                    

Merasa tidak aman, setelah melewati malam mengerikan aku pulang kerumah orang tuaku tanpa sepengetahuan Jimin.

Aku tidak bisa berhadapan dengannya, aku takut. Dia mulai bertingkah aneh padaku, dan aku semakin tidak menyukainya.
Aku akan mengakhiri pernikahan ku dengan Jimin secara perlahan dan bertahap.

"Ayah. Aku ingin bercerai." Pernyataan yang mendadak cukup membuat orang tua rentan itu mendelik tidak percaya meragukan rungunya.
"Ku rasa aku salah membuat keputusan. Aku tidak bisa mencintai Jimin."

"Jadi ini semua karena cinta? Apa kau masih mencintai Jun lelaki berengsek yang kau pertahankan sejak dulu?"

Selalu saja Jun. Aku hanya inginkan ketenangan itu saja.


"Tidak. Aku sudah melupakan Jun, hanya saja aku tidak merasa nyaman berada disisi Jimin." Bohongku dengan tegas." Lagi pula Jimin juga sama sepertiku, dia tidak pernah mengharapkan pernikahan ini berlangsung lama."

Aku bisa mendengar ayah menghela napas lelah.

"Nyaman? Tentu saja kau belum bisa merasakan nyaman, pernikahan kalian baru berusia satu bulan mina-yah, dan kau tidak pernah mencoba untuk akur dengan Jimin, dia pria yang baik pilihan ayah tepat nak."

Ya, benar. Aku bukan anak ayahku lihatlah, bagaimana dia menyanjung Jimin seolah pria itu malaikat bumi.

Baru saja aku ingin membuka mulut untuk melayangkan bantahan selanjutnya, seseorang malah mengintrupsi.
Wanita paruh baya itu meletakkan secangkir teh hangat di hadapanku seraya tersenyum jahat.

"Mina-yah kenapa kau selalu membuat keributan seperti ini? Lihatlah ayahmu dia sudah cukup lelah mengurusimu, kapan kau bisa bersikap dewasa nak?" Bicaranya seperti seorang ibu. Cih! Nyatanya dia cuma seorang penyihir yang berhasil menyingkirkan ibu kandungku dari keluarga Jung. Aku membencinya, sungguh.

"Bisa tidak Bibi berhenti mencampuri urusanku?"

"Mina. Ibu cuma mengatakan yang sesungguhnya dan kau harusnya sadar seberapa merepotkan dirimu saat ini."

Dahiku berkerut.
"Aku tidak pernah merepotkan Bibi seumur hidupku, jadi tolong jangan bertingkah seperti kau lah ibuku," ucapanku berubah kasar. Dia memancing emosiku terlebih dulu.

"Mina jaga bicaramu." Tekan Ayah dalam nada suaranya.

Emosiku meledak.

"Kalian benar-benar egois! Apa kau benar Ayahku? Kau bisa menikahi wanita manapun yang kau cintai! Sedangkan aku tak kau berikan kebebasan memilih siapapun yang ku inginkan!" Aku kehilangan kendali.

Ibu tiriku tercengang mendengar gertakan kurang ajar yang ku lontarkan.

"Mina ... " Ayah meremas sisi sofa yang ia duduki saat ini dengan begitu keras. " masuk kekamar sekarang, sebelum Ayah memukulmu."

Aku menatap nyalang kearah mereka berdua. Dadaku sesak, kelopak mataku memanas dalam sekejap.

"Dengarkan baik-baik Mina-yah. Selamanya kau tidak ku perbolehkan berpisah dari Jimin, tanpa dukungan keluarga Jimin perusahaan Ayah bisa hancur dalam sehari kau tau itu?!"

Sebuah kenyataan lagi merobek hatiku dengan keras. Ya, aku cuma di peralat Ayah demi kepentingan juga mengangkat derajatnya.

***

Aku mengunci diri didalam kamar tidurku, menjadikan selimut sebagai pelindung dari semua kedinginan yang di berikan oleh orang-orang di sekeliling. Dalam kesunyian ini, pikiranku hanya tertuju pada Jun. Dia selalu tau kapan waktu tepat untuk menghiburku, memberiku senyum atau dekapan hangat seolah bersiap melawan dunia bersamaku.

Little Trace (END)Where stories live. Discover now