12 IPS 3

18 1 0
                                    


"Pertemuan kita penuh dengan drama yang tak sudah, kuharap kedepannya kau suka."

[RANDI MAHARDIKA]


"Duh, ini tangga kok kayak gak ada ujungnya! Kaki udah pegel, tuhan." Aku merengek disetiap kali kakiku menaiki undakan tangga baru, sesekali aku melengokkan kepalaku kebawah melihat seberepa jauh aku melangkah. Nyatanya, jika dilihat dari atas, aku hanya baru menaiki lima belas undakan anak tangga! Wow, ternyata aku lebih hebat dalam hal mengeluh. "Bentar lagi pasti ni kaki auto putus" Aku menghela nafas, menghentak-hentakkan kaki dan tak sengaja menginjak tali sepatu yang menyebabkanku jatuh terjerembab mencium anak tangga. Sedangkan buku yang tadinya dalam dekapan berhamburan entah kemana.

"Adooy..." Seseorang mengaduh kesakitan mendahuluiku, aku segera bangkit membenahi sekilas pakaian yang berantakan lalu mendatangi arah sumber suara tersebut.

"Lo, gak apa apa,kan?" tanyaku memastikan, melihat buku berserakan disekitarnya dan memar diwajah, dapat kusimpulkan bahwa salah satu buku mengenai lelaki bertubuh jakun ini.

"Lo gak lihat?! Muka gue memar, sakit bego!" Dia menunjuk pelipis dan pipinya, "Lo, jalan mata dipake dong!" Dia masih belum puas mencerca, rasanya ingin kubuang kelautan lepas. Merusak pendengaran saja!

"Gue udah liat, makanya gue tanya" Aku merunduk mengumpulkan buku yang berserakan dilantai, saat tanganku hendak meraih buku merah bermotif beruang, kakinya menginjak dengan sengaja. "Gila, ini orang ngajak berantem?" Batinku kesal

"Eh, gue lagi ngomong sama lo! Lo tau tatakrama nggak?"

Aku mendongak, "Lo pikir, lo itu presiden?" Jawabku kesal lalu menarik paksa buku yang di injaknya sehingga dia terjungkal kebelakang. "Dih, cowok kok lemah?" Aku melihat sekilas wajahnya yang merah padam sebelum benar-benar pergi.

"Awas aja lo! Ketemu gue jadiin sate." Teriaknya

"Dasar psikopat" Batinku, buru-buru aku menyusuri koridor anak ips yang cukup asing bagi anak mipa sepertiku, mataku dengan jeli memperhatikan setiap ruang kelas ips. Kenapa tidak ada penanda kelas? Gila, apa aku harus memasuki setiap kelas dan menanyakan, ini kelas 12 IPS 3? Sumpah, berasa lagi diprank tau, gak!

Aku terduduk lemas dibangku koridor, benar-benar menyerah. Nyawaku seperti berceceran disepanjang jalan menuju tempat ini! "Kalau tau gini, lebih baik gak usah sekolah aja sekalian." Aku meradang jengah menatap langit-langit koridor

"Kamu, saya tunggu diruangan. Taunya malah duduk santai disini." Suara bariton tanpa nada itu mengagetkanku.

"Eh, bapak, saya gak lagi santai pak. Tapi, lagi mikir" Aku menghela nafas, kakiku kram.

"Kenapa?" Tanya pak frans menyadari perubahan raut wajahku

"Kram, pak" Aku memijat pelan kaki kiriku, pasti ini karena aku mengkayuh sepeda tadi lalu dilanjut dengan berlari-lari dikoridor dan tangga.

Pak Frans melirik tumpukan buku disebelah kananku kemudian berdehem, "Belum diantar?"

"Ya Allah, pak, bapak lihat gimana?" Aku tak habis pikir dengan pola pikir guru yang satu ini, padahal jelas-jelas tumpukan buku itu ada didepan matanya! Sayangnya kata itu harus kutelan bulat-bulat sebelum meluncur keluar tak terkendali, bisa-bisa aku dihukum menyapu seluruh sekolah dan seisinya, bisa mati mendadak aku. "Belum pak"

"Kenapa belum diantarkan?" Tanyanya lagi

Aku setengah memicingkan mata, ini beneran pak Frans, bukan sih? Kenapa banyak tanya seperti wartawan. "Gak tau letak kelasnya dimana pak."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 04, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I'm ProblemsWhere stories live. Discover now