08. Sebenarnya, aku takut

1.5K 249 5
                                    

.

Aku menatap orang yang baru saja membuka pintu kamar dengan membawa mangkok berisi mie ayam.

"Ini tadi pesanannya, ibu negara"

Aku terkekeh mendengar panggilannya.

"Udah lama nggak denger panggilan ibu negara" celetukku sambil menerima mangkok itu, sebelum menyantapnya.

"Jadi inget masa sma ya? Udah banyak berubah tadi aku lihat" ucap kak Seungwoo.

"Yaiyalah, kak. Udah tujuh tahun"

Kak Seungwoo mengangguk sambil mengelus surai hitamku. "Masih sama rasanya?"

"Masih, tambah enak malah"

"Ya baguslah" ujarnya sambil duduk disampingku setelah melepas jas dan dasinya.

Aku sibuk melahap mie ayam lalu menoleh menatap kak Seungwoo yang lagi sandaran sambil merem.

"Lagi cape atau ada masalah di kantor?" tanyaku sambil mengusap bahunya pelan.

Kak Seungwoo tersenyum menatapku, "Cape. Hari ini padat banget jadwalnya"

"Kasian, kakak suami kecapean" ujarku kemudian menyendokkan mie dan mengulurkan ke arahnya.

Kak Seungwoo mengerutkan kening menatapku.

"Sini aku suapin sesendok mie penuh cinta buat kakak" ujarku sambil tertawa geli dengan ucapanku sendiri.

Kak Seungwoo ikut tertawa sebelum menerima suapanku. "Kerasa banget kok cintanya"

"Emang gimana rasanya?"

"Tidak bisa dideskripsikan" jawabnya sambil mengusak rambutku.

Aku tertawa sambil memukul pelan bahunya, "Dangdut banget, kak"

Kak Seungwoo tersenyum, "Kan cuman sama kamu"

Aku mengangguk. Situasi langsung hening saat aku kembali sibuk melahap mie dan kak Seungwoo yang kembali senderan sambil merem.

"Kakak suami," panggilku pelan sambil memeluk lengannya, seperti tidak memberi kesempatan dia buat istirahat sebentar.

Aku menghela nafas kasar, sebenarnya ada hal yang ingin ku ceritakan pada kak Seungwoo saat ini.

"Iya?"

Aku semakin mengeratkan pelukanku dilengannya. Enggan membalas, tapi memilih menunduk dan diam.

"Ada apa, dek?" tanya kak Seungwoo sambil menangkup pipiku, membuatku bisa menatap kedua matanya.

Aku menghela nafas kasar sambil menggenggam erat tangannya yang ada di pipiku "Semakin mendekati persalinan, aku semakin takut"

"Apa yang ditakuti? Hm?" Kak Seungwoo menggenggam erat tanganku.

Aku menunduk kembali, menatap mie yang ada dipangkuanku sambil beberapa kali menghela nafas kasar. Aku juga merasakan genggaman kak Seungwoo yang semakin erat.

"Perasaanku nggak enak, kak"

"Semua akan baik-baik saja" ucapnya lalu membawaku ke dalam dekapannya erat.

Ada banyak hal yang membuatku takut. Apalagi pada bulan ke tiga dan enam, aku sempat bedrest satu bulan karena pendarahan.

Aku takut kehilangannya, aku juga takut tidak bisa melihatnya.

Entah itu karena aku, atau dia yang pergi.

Memang pemikiran yang konyol. Kalau kak Seungwoo mendengar itu, pasti dia akan marah. Tapi, kemungkinan seperti itu bisa saja terjadi, kan?

Namun sekali lagi, ucapan kak Seungwoo benar-benar membuatku tenang dan percaya kalau semua akan baik-baik saja.

Setidaknya untuk saat ini.

Aku tersenyum sambil mengusap lembut perutku saat merasakan satu tendangan disana.

"Kak, sini deh tangannya" ujarku sambil meraih tangannya dan menaruhnya diperutku.

Kak Seungwoo juga ikut tersenyum saat merasakan tendangan dari anaknya. "Jago nendang" celetuknya.

"Iya"

"Dek," panggilnya.

"Hm?"

"Jangan takut ya? Dia nendang gitu ngasih tau kalo semua bakal baik-baik aja. Jangan khawatir"

Aku mengangguk sambil memeluknya erat dari samping.

Iya, aku harus yakin.

Kalo semua akan baik-baik saja dan kak Seungwoo akan selalu ada disampingku.

🏡🏡🏡

"Pagi, sayang" ucapku sambil mengusak rambut Dongpyo yang lagi melahap nasi gorengnya.

"Pagi juga, mama" jawab Dongpyo.

"Makan yang banyak biar cepet besarnya" seru kak Seungwoo sambil ngacak rambut anaknya.

"Ih papa! Yang lembutan dong" seru Dongpyo.

Kak Seungwoo yang udah duduk disamping anaknya cuman ketawa sambil ngolesin selai coklat ke rotinya.

"Ahiya, kak" seruku sambil menaruh gelas berisi susu yang barusan kuteguk habis. "Semalem kak Byungchan dateng ke rumah"

Air mukanya kak Seungwoo langsung berubah sepet sambil berhentiin aktivitas ngunyahnya. "Dia ngapain?"

Aku senyum tanpa menjawab pertanyaannya. Lucu aja ekspresinya.

"Dek, dia nyatain sayang lagi ke kamu?"

"Kak, kenapa sih ekspresinya gitu banget?" ucapku sambil terkekeh.

"Sayang, serius! Kalo masih ngejar kamu, biar aku samperin dianya"

"Duh, si kakak! Kak Byungchan dateng buat nganterin undangan. Dia mau married." jawabku.

"Oh, gitu" sahutnya sambil senderan dikursi.

"Segitunya ya kak? Sampe mau disamperin"

"Iya, soalnya kamu itu langka. Cuman ada satu di dunia"

Aku tertawa disusul dia, "Ada-ada aja"

"Ma, kak Byungchan siapa?" tanya Dongpyo.

"Om Byungchan, nak. Dia temen mama"

Dongpyo mengangguk sambil kembali fokus ke makanannya.

"Untung papa duluan yang ketemu sama mama kamu" celetuk kak Seungwoo.

●●●

🦋🦋🦋

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🦋🦋🦋

Madre, SeungwooWhere stories live. Discover now