21. Find You

1K 129 23
                                    

Sasuke mengunyah makanannya tidak selera. Entah apa yang telah terjadi, sesekali mereka, Sasuke dan Hinata saling bertatapan dengan mata tak bersahabat. Membuat makan siang mereka yang terlihat romantis justru berbanding terbalik.

Hinata selesai lebih dulu, tidak ada makanan penutup apapun yang ia sentuh, begitu pun dengan Sasuke. Mereka menaruh sendok dan garpu bersamaan. "Katakan padaku, apa semua ini penting saat harus menikah?"

Seolah suapan terakhirnya tadi adalah kerikil, dengan susah payah Hinata menelannya. "Aku tidak mengerti maksudmu... Aku menyukai semuanya secara teratur dan terstruktur. Tidak terburu-buru." Hinata menekan kata tidak. Entah hanya perasaannya atau bukan, yang jelas Hinata berpikir bahwa Sasuke ingin cepat-cepat meresmikan hubungan mereka.

Meski itu benar, ada makna berbeda dari ucapan Sasuke yang pemuda itu maksud. Jujur saja, tangannya sudah gemas ingin membawa tubuhnya sendiri bangkit dan pergi. Dia merasa makan bersama bukanlah hal penting untuk resminya hubungan mereka.

Sementara Hiashi sangat menjunjung tinggi reputasi Hyuuga demi menumbangkan Ootsutsuki, ia harus membuat kesan pernikahan anaknya ini dengan klan Uchiha terlihat baik-baik saja, cenderung harmonis.

Persetan, keduanya justru ingin segera berlari saling menjauh berhambur kepelukkan masing-masing orang yang mereka cintai.

Sekejap pikiran itu datang, dalam detik itu juga keduanya merasa harapan mereka pupus dan berakhir dengan menghela napas bersamaan. Hinata tidak berhenti melirik Naruto disebelah sana. Memakan makanannya yang justru terkesan hanya mencicipi. Satu meja dengan Sakura yang kini sangat cantik berbalut dengan gaun merah muda menawan dengan hiasan rambut berlambang Uchiha.

Berbeda dengan Naruto yang tampak tenang saja, lagi-lagi memasang wajah datar. Sakura justru tampak menahan sakit dengan kedua tangannya yang menggenggam garpu dan pisau dengan erat sampai ujung kukunya memutih.

Jika tidak karena paparazi yang nyaris mengitari meja mereka, tersebar diseluruh penjuru kursi diruangan ini. Hinata siap akan berteriak meminta diselamatkan. Dan Sakura siap menarik Sasuke.

"Apa makanannya seburuk itu? Aku memesannya sama seperti yang kau pesan, Haruno-san." Naruto ternyata memerhatikan, ia memiringkan kepalanya sedikit.

"Sou~yo..." Suaranya terdengar menyeramkan, seolah aura hitam menjadi tudung kepalanya, "rasanya sangat hambar."

Naruto terdiam sejenak, netra sewarna samudra itu melirik makanannya yang nyaris tidak bergeming. Ia mengambil satu suap sendok penuh dan melahapnya dengan elegan.

Gurih. Apa Sakura benar-benar tidak menyukainya?

"Punyaku ada rasanya." Ujar Naruto lagi. "Kau mau bertukar?"

"Baka!" Sakura mendelik kesal dengan ketidak pekaan Naruto dan terbesit rasa iri atas hal itu. Andai saat ini hatinya pun mati rasa seperti sahabatnya itu. Dia pasti tidak perlu repot-repot membisikkan kalimat ini-hanya-simulasi-drama berkali-kali pada dirinya sendiri.

"Hyuuga memang merepotkan." Gumam Sasuke tersenyum miring dan membuang muka.

"Lalu, mengapa kau memilih Hyuuga? Tuan tidak merepotkan?" Hinata lagi-lagi memberi penekanan pada kata tidak. membuat setiap kalimatnya terdengar menyindir. Memancing Sasuke untuk kembali menoleh. Seingatnya setelah ingatannya kembali ia belum pernah seberani ini. Bahkan meski itu hanya bertemu tatap pada Sasuke.

Broken IceWhere stories live. Discover now