Chapter 08 - Reply

37 25 6
                                    

Di ruang tengah, Song Changmin duduk di sofa dalam diam. Para pembantu yang melihatnya hanya menggeleng tak berdaya. Jujur, mereka berpikir bahwa itu pantas untuknya. Mengingat kembali tentang masa-masa Eunhee —pemilik sebelumnya— yang selalu tidak dia pedulikan sendiri. Singkat kata, mereka lebih mendukung anaknya.

Lalu?. Kenapa dia yang terlihat —begitu— tersakiti sekarang?.

Sambil bersenangdung riang, Eunhee membuka pintu dan keluar menuruni tangga. Sejenak, dia menatap sosok laki-laki yang duduk di sofa ruang tengah itu. Mata mereka bertemu. Wajah riang yang Eunhee tampilkan tadi pun tergantikan dengan ekspresi acuh tak acuh. Dan Changmin merasa terganggu dengan ekspresi itu.

Dia berjalan ke dapur. Mengambil bekal makanan yang telah disiapkan, dan memasukkannya ke dalam tas. Lalu dengan ringannya, dia berjalan melewati ruang tengah tanpa menyapa ayahnya. Dia sengaja melakukan itu. Dan dia sadar, jika apa yang dia lakukan akan membuat ayahnya kembali merasakan sesuatu yang tidak enak di hatinya.

Tapi, tak lama kemudian, pintu di depannya terbuka. Menampilkan sosok wanita paruh baya yang berdiri tidak jauh di depannya. Wanita itu meletakkan koper cokelatnya di lantai, dan mengatur nafas.

Menghela nafas, "Akhirnya sampai.."

Eunhee menghentikan langkahnya. Berusaha mengingat wajah wanita yang tidak asing itu melalui ingatan pemilik sebelumnya. Setelah dia menemukannya, bibirnya melengkung. Otak jeniusnya pun mulai beraksi!.

"Bibi Han!"

Dengan penuh rasa senang, Eunhee berlari mendekat dan memeluknya. Wanita itu terkejut. Tapi, setelah mengenali gadis yang ada dipelukannya itu, dia tersenyum lembut.

Hanya saja dia tidak tahu. Bahwa Eunhee yang ‘baru’ ini telah memanfaatkannya. Dia melakukan ini hanya bermaksud untuk menjalankan rencana yang baru saja terlintas di kepalanya. Mau tahu apa?. Dia ingin membuat ayahnya cemburu. Ya, cemburu!. Karena itu, dia memeluk bibi itu TEPAT DI DEPAN AYAHNYA!. Dengan kata lain, dia ini hanya berakting!.

"Bibi Han, aku merindukanmu"

"Aku hanya pergi selama seminggu. Kau merindukanku sebanyak itu?"

"Ne"

Dalam pelukan itu, tanpa siapapun yang melihatnya, senyuman Eunhee mengembang. Sekarang dia tahu satu hal. Secara psikologis, seseorang akan terganggu jika orang yang kau kenal tiba-tiba berubah. Dia akan merasa ada —sesuatu— yang membuatnya risih saat melihat perubahan itu. Apalagi jika perubahan itu mengarah pada perilaku menjauh dan menghindar. Maka, dari yang Eunhee tahu, pada akhirnya orang itu akan menyadari perasaan sebenarnya yang terpendam dalam dirinya. Perasaan yang bisa saja orang itu tidak tahu jika dia memiliki perasaan itu pada orang lain.

Dengan enggan, Eunhee melepaskan pelukannya. Dia menatap wanita itu. Walaupun itu hanya ingatan pemilik sebelumnya, dia merasa senang. Pelukan wanita itu sangat menenangkan. Hanya dengan merasakan tangan lembut wanita itu yang membelai punggungnya, dia merasa semua beban beratnya menghilang. Seolah-olah, tangan itu adalah obat penyembuhnya.

Pantas saja pemilik sebelumnya sangat menyukai wanita ini. Oh ya!. Maaf, belum sempat mengenalkan wanita ini. Namanya Han Jiyeon. Dia adalah seorang pembantu yang sudah lama bekerja di sini. Dan dialah orang yang selalu menjadi sandaran pemilik sebelumnya saat dia bersedih.

Han Jiyeon. Wanita ini sangat mengerti tentang kehidupan pemilik sebelumnya. Dia selalu menemaninya. Mendengar kisah-kisah yang dialaminya. Menghiburnya. Dan merawatnya seperti anak sendiri.

Hanya wanita ini yang selalu berada di sisi anak itu. Memperhatikan kondisinya sepanjang waktu. Bahkan ada saat dimana, pemilik sebelumnya berharap wanita ini adalah ibu kandungnya sendiri. Tidak peduli dari keluarga seperti apa, dia hanya ingin kasih sayang. Dia hanya menginginkan hal kecil itu.

The Day When I Meet My Weird FateWhere stories live. Discover now