You can't know.

15.3K 737 48
                                    

Happy Reading.

*

"Noona aku berangkat!" Aliya mencoba melepaskan tangan Jimin yang memeluknya dari belakang. Jimin terus saja mengganggunya saat memasak, bahkan Aliya tidak bisa mengantar adiknya.

"Jim adikku berangkat. Biarkan aku melihatnya!" Jimin hanya diam cuek dan menelusupkan kepalanya diceruk leher Aliya.

"Park Jimin?"

"Apa?" Sentakan Jimin membuat Aliya menghela nafas berat. Aliya sadar jika Jimin semakin manja sekarang. Aliya bahkan kesusahan menghadapi kemanjaan Jimin.

"Biarkan aku kedepan?"

"Untuk apa? Adikmu juga sudah berangkat!" Aliya melirik kesal pada Jimin. Benar-benar menyebalkan, laki-laki mau menang sendiri. Sialan.

"Kau tidak kerja?" Jimin mendekatkan bibirnya pada telinga Aliya dan berbisik sensual.

"Pekerjaan ku sekarang adalah menghamili mu!" Aliya mencubit spontan lengan Jimin setelah kata-kata Laknat itu terucap. Ya Tuhan Park Jimin.

"Biasakan kau tidak membahas itu. Aku setuju tapi bukan berarti kau membahasnya setiap saat!" Jimin terkekeh dan mematikan kompor Aliya. Percuma juga masak, tidak ada yang makan juga. Lebih baik Jimin makan Aliya sekarang.

"Dan aku tidak peduli!" Aliya hanya bisa pasrah saat Jimin membawa tubuhnya dalam gendongan. Aliya tau ini akan berakhir seperti apa. Mereka berdua akan berada diatas ranjang selama waktu yang Jimin mau dan Aliya tidak punya kuasa untuk menolak atau menghentikan Jimin.

"Kenapa kau jadi maniak seperti ini?" Jimin tersenyum dan mengecup bibir Aliya lembut.

"Salahkan dirimu yang terlalu manis!" Aliya terkekeh geli dan mengalungkan tangannya di leher Jimin.

"Manis? Aku bukan permen!"

"Kau sangat manis di lidahku sayang. Mengertilah itu!" Aliya tersenyum merasakan langkah Jimin yang menuju kamarnya. Ah Aliya benar-benar merasa kebahagiaan milik mereka sekarang. Aliya bahagia saat ini.

"Bisa kita minta ijin Jina Eonni? Maksudku mengenai kehamilan yang kau inginkan. Bagaimana juga dia adalah kakakmu!" Cetus Aliya saat Jimin membaringkan tubuhnya di atas ranjang.

"Ijin? Akan kufikirkan?" Cetus Jimin dan menelanjangi tubuh Aliya.

"Pelan-pelan. Bekasmu semalam masih ada. Rasanya nyeri!" Jimin terkekeh melihat dada Aliya masih ada bekas biru gigitannya semalam. Ah manis sekali.

"Ini indah sayang?" Aliya mendengus dan mencubit pipi Jimin.

"Indah! Kau gila! Ini sakit. Oh ayolah Jim. Biasakan kau menyentuhku tanpa meninggalkan bekas-bekas memalukan seperti ini. Aku malu, jika sampai Alan melihat bagaimana?"

"What Ever"

+

Jina diam melihat Eun Woo yang terlihat gelisah. Setelah pembicaraannya dengan Jimin, Eun Woo diam dan tidak banyak bicara. Jina sendiri bingung dengan tingkah suaminya. Perasaan Jina mengatakan jika ini ada hubungannya dengan Aliya. Yah Jina merasa jika Aliya ada hubungannya dengan ini.

"Aku akan pulang malam. Jangan tunggu aku!" Jina mencoba untuk diam melihat Eun Woo yang terus berjalan menjauh.

Mata Jina tiba-tiba memanas, entah sadar atau tidak Eun Woo mulai dingin padanya, dan Jina tidak suka.

+

"Alan makan dengan benar!" Alan hanya diam dan terus makan. Mengabaikan Aliya yang terus saja berisik. Hanya ada mereka berdua. Jimin kekantor karena ada urusan mendadak.

My Regret 21+ ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang