Happy Reading.
+
Jimin memeluk kaki Park Ji Sung dengan erat, mengabaikan kondisinya yang seperti mayat hidup. Jimin akan melakukan apapun untuk melihat Aliya-nya baik-baik saja. Jimin bahkan rela bersujud dikaki siapapun agar Aliya-nya selamat.
"Kau memohon demi wanita itu. Luar biasa. Seharusnya aku membawa dia dari dulu. Ah aku menyayangkan Waktu yang lama terbuang ini. Menyesakkan sekali!" Jimin mendongak. Jimin benar-benar ingin membunuh laki-laki ini. Sungguh. Tapi dirinya tidak boleh terpancing. Aliya nya jauh lebih utama.
"Bunuh aku, tapi lepaskan dia. Dia tidak ada hubungannya dengan kerja samamu dengan Alan dan dia tidak ada hubungannya dengan kita!" Park Ji-Sung tertawa mendengar ucapan Jimin. Lucu sekali mendengar seorang yang angkuh seperti Park Jimin memohon seperti ini. Sangat menyenangkan.
"Lepaskan? Dia bisa jadi jalangku. Kenapa harus kulepaskan?" Jimin menggeleng kuat. Tidak bisa. Aliya-nya Tidak boleh menjadi jalang dari laki-laki iblis ini. Tidak boleh.
Aliya yang mendengar kata-kata Jimin hanya bisa tersenyum miris. Kematian dirinya sudah didepan mata. Kenapa Jimin harus memohon untuk hal memuakkan seperti ini. Tidak ada gunanya. "Apa yang kau dapatkan dari permohonan ini! Jangan bersikap seolah kau peduli!" Suara lirih Aliya membuat Jimin dan Park Ji Sung langsung menoleh.
Mata Jimin semakin merah mendengar suara putus asa Aliya. "Aku tau aku salah. Tapi kumohon" Aliya memejamkan matanya dan meresapi setiap rasa sakitnya. Bodoh, seharusnya Aliya harus sadar akan terjadi hal seperti ini jika berhubungan dengan hal-hal tidak benar. Adiknya sudah terlibat jauh dan Jimin juga berhubungan dengan dirinya. Aliya terlibat dari dua orang. Jimin dan Alan.
Mengalihkan pandangannya pada tubuh adiknya yang sudah terbujur kaku. Mata Aliya semakin memancarkan kekosongan. Adiknya mati beberapa menit lalu dan Aliya menyaksikan itu sendiri. "Tunggu Noona Alan-a!"
"Tidak. Kau tidak bisa menyusul Alan. Tidak tanpa ijinku!" Teriak Jimin yang mendengar suara Aliya. Jimin tidak akan rela Aliya pergi meninggalkan dirinya.
Sementara Park Ji Sung memperhatikan keduanya dengan sorot geli. Dua orang bodoh yang terlibat dalam cinta. Menggelikan! "Adikmu sudah ada di neraka!" Aliya memperhatikan Park Ji Sung dengan sendu.
"Kirim aku bersama adikku. Kau bilang dia di neraka, buat aku bersama dia. Aku tidak ada hubungan apapun dengan dia. Aku hanya pelayan disisinya. Dan membawa aku sebagai sandera untuk memancingnya juga tidak akan berguna. Aku hanya Pelayan yang terlibat hutang padanya!" Jimin terluka dengan ucapan Aliya. Tapi ini tidak sebanding dengan kepergian Alan dan sakit hati Aliya.
Jika saja Jimin bergerak cepat dan menahan Aliya agar tidak kesini semua tidak akan terjadi. Alan tidak akan sampai terbunuh dan Aliya tidak akan terluka. Semua tidak akan terjadi. "Kau tidak bisa pergi meninggalkan aku Aliya. Tidak bisa!" Aliya Hanya mengulas senyum pedih mendengar suara Jimin. Memuakkan mendengar kata-kata Jimin. Aliya tidak peduli. Dirinya sudah terlalu lelah dengan semua kehidupan dan kesengsaraan.
Disaat dirinya menyerah dengan Dunia yang kejam. Kekejaman yang membuatnya merasa jika neraka lebih baik ditinggali.
"Kurasa kepedulian itu hanya untuk rasa bersalah. Rasa bersalah untuk semua ini. Benar bukan. Aku sadar jika aku juga salah. Alan mencoba mengumpulkan uang untuk melepaskan aku darimu, dia mempertaruhkan semuanya untukku, bahkan nyawanya juga. Alan ingin melepaskan aku dari hutang itu. Ah menyesakkan saat tau kebenaran jika aku penyebab adikku mati!"
"Persetan dengan Hutang itu Aliya. Aku tidak peduli. Yang harus kau lakukan adalah keluar dari sini dengan keadaan selamat!" Teriak Jimin seperti orang gila. Jimin tau senekat apa Aliya. Jimin Tidak akan membiarkan seseorang yang menjadi sumber kebahagiaannya terluka semakin jauh. Ini cukup.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Regret 21+ ✅
FanfictionKebenaran itu terungkap dengan berjalannya waktu. Dan rasa itu tumbuh diantara kebencian. Kebencian dan dendam. "Lakukan apapun padaku? Aku tidak akan mengeluh atau menolak!" + Sad Story'.