Bagian 6: Setengah Tahun Kemudian

48 2 0
                                    

Setengah tahun kemudian.








7 April 2250









Markas Pusat Badan Intelijensi Internasional, Tokyo, Jepang.











Bunyi derap langkah memecah kesunyian lorong. Seorang pria berpostur tubuh kurus dan mengenakan kacamata minus berbingkai hitam serta jas laboratorium melangkah menelusuri lorong yang sepi itu. Ia menghentikan langkahnya ketika tiba di depan sebuah pintu berlapis logam terkuat yang terdapat di lorong tersebut.

Menyadari bahwa ada seseorang yang tengah berdiri di hadapan pintu, sistem pelindung segera menyambut sang pemuda.

"Selamat datang. Ini adalah sistem pelindung ruangan laboratorium intelijen internasional. Sebutkan nama anda."

"Ray Wijaya." Pemuda tersebut berucap dengan suara yang tak terlalu keras. Namun, suaranya menggema dikarenakan lorong yang sempit. Ya, pemuda itu adalah tokoh utama kita, Ray Wijaya. Sang instruktur melihat bahwa bakat Ray di bidang ilmu sains lebih menonjol, karena itu ia pun merekomendasikan Ray ke sahabatnya, Sang Ketua Tim Peneliti Internasional. Dengan kejeniusannya, Ray berhasil lulus tes masuk tim dengan nilai sangat sempurna, dan bahkan ia berhasil naik pangkat dari peneliti menjadi doktor hanya dalam waktu dua tahun!!! Luar biasa, bukan? Siapa sangka, alih-alih membawanya ke dunia kemiliteran, ambisi Ray untuk membalaskan dendam sahabatnya - Adam - justru mempertajam kejeniusan serta tekad belajarnya dan membawanya sejauh itu?

Sebuah layar hologram berwarna biru muda mendadak muncul di hadapan pemuda tersebut dan menyorot wajahnya.

"Pemindaian wajah, dimulai. Selesai. Anda memang Doktor Ray Wijaya. Untuk memastikan, tolong letakkan kelima jari anda di atas layar hologram yang berada di hadapan anda."

Pemuda itu pun meletakkan kelima jarinya di atas layar hologram berwarna biru langit tersebut. Beberapa detik kemudian, layar hologram itu menghilang.

"Pemindaian sidik jari telah selesai. Silakan masuk, Doktor Ray Wijaya."

Pintu berlapis logam hitam itu pun terbuka perlahan, menampilkan ruangan laboratorium yang dipenuhi oleh berbagai macam alat. Sebuah mikroskop tipe terbaru duduk manis di atas meja di sudut ruangan. Di tengah-tengah ruangan, lima orang pria dan seorang wanita mengelilingi sebuah mesin besar dengan panjang lima meter, lebar dua meter, dan tinggi satu meter. Mesin tersebut adalah satu-satunya harapan bagi umat manusia di tengah invasi ini, Virtual-To-Reality-Changer-Engine (VTRCE), sebuah mesin yang mampu mengubah data virtual menjadi objek yang nyata.

"Oh, anda sudah datang, Doktor Ray," ucap seorang pria paruh baya yang memakai jas laboratorium serta memiliki kumis yang telah memutih. Ia merupakan pemimpin dari tim peneliti internasional ini, sekaligus orang yang mengusulkan project mesin VTRCE. Seorang pria paruh baya jenius berkebangsaan Italia, Doktor Profesor Luccini.

"Baiklah. Karena Doktor Ray sudah tiba, mari kita mulai penelitian pada hari ini," ucap seorang wanita berambut pirang panjang yang diikat dengan gaya ekor kuda dan mengenakan jas laboratorium. Ia merupakan seorang dokter muda berusia 27 tahun berkebangsaan Inggris, Mary Valleys.

Ketujuh orang itu pun segera memulai penelitian mereka.






Bersambung

Dive Technology - Virtual Become Reality (Slow Update)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt