Chapter 7 : Kupandangi Wajah Indahnya

2.6K 123 38
                                    

Tidak ada yang lebih indah selain hujan di awal musim
Tetesannya meneduhkan jiwa yang kering dan tandus
Iramanya menenangkan hati yang sepi dan merana
Aku sangat jatuh cinta pada hujan di awal musim
Seperti malam ini....
Jiwaku menari dalam tetesan airnya
Hatiku menggelepar seiring iramanya
Ada nuansa penuh makna ketika hujan membasahi bumi
Harum aroma tanah yang terkena air hujan membangkitkan sejuta harapan
Tidak ada yang lebih syahdu selain hujan di awal musim
Aku sangat jatuh hati ketika mendengar tetesan pertamanya
Seperti malam ini...
Tubuhku menggelinjang penuh hasrat ketika ku lihat derasnya hujan membasahi bunga di taman depan
Dinginnya hujan di awal musim membakar semua beban di hidupku
Mengalir dan hilang terbawa oleh derasnya air yang turun
Sungguh....
Aku sangat jatuh cinta pada hujan di awal musim

Lembang, ketika aku duduk di sudut jendela
22. 57 WIB

~Nanta~

Aku masih termenung di sudut jendela kamar rumah kayu malam ini. Sementara Mas Rahmat sudah bercumbu dengan mimpinya sejak pukul sembilan malam tadi. Tubuh indahnya terbungkus selimut putih tebal yang baru saja aku rapihkan beberapa saat lalu.

Tirai jendela kamar sengaja aku buka agar aku dapat menikmati derasnya tetesan hujan yang jatuh di luar rumah kayu ini.

Entah mengapa, malam ini hatiku gundah sekali. Seperti ada ruang hampa yang menunggu untuk disapa.

Sebenarnya bisa dikatakan sejak aku mengenal Mas Rahmat, hidupku kembali "sempurna". Lelaki gagah itu benar-benar sangat mencintaiku.

Aku pun begitu, sangat mencintai dirinya. Pria paruh baya yang sudah satu tahun ini menemani hidupku. Aku sama sekali tidak meyangka jika akhirnya aku mendapatkan cinta lagi setelah kepergian cinta pertamaku di 2011 lalu.

"Kamu kenapa malam ini? Wajahmu gundah seperti itu?" tanya sebuah suara di dalam kepalaku.

"Entah...aku sendiri bingung" jawabku sambil terus memandangi tetesan air di luar sana.

"Aneh...." ujarnya

"Cinta lagi masalahmu...?" tanyanya lagi padaku.

Aku menggelengkan kepala, menjawab pertanyaannya.

"Lantas apa?"

"Sudah kubilang, aku tidak tahu..." jawabku sedikit kesal.

"Dengar...wahai jiwa yang merana....Syukuri apa yang kamu miliki sekarang. Nikmati apa yang kamu punya. Jangan sia-siakan apa yang ada. Karena jika nanti terjadi sesuatu padamu atau pada orang yang kamu sayang, atau pada kehidupanmu, baru kamu akan menyesal..."

Prananta Kusuma Sebuah PerjalananWhere stories live. Discover now