1

8.7K 1.2K 715
                                    

Langit masih sedikit gelap, tapi seorang lelaki sudah berangkat ke sekolah menggunakan motor matic nya. Ia sengaja lewat gang perumahan komplek yang agak sempit karena memang jalan itu lebih cepat menuju ke jalan raya.

Gang itu masih sepi, lelaki bernama Junho itu memberhentikan motornya sejenak. Hidungnya mengendus bau anyir disekitarnya yang begitu menyengat

"Gila, bau banget!"

Karena penasaran, Junho turun dari motornya dan mencari sumber bau tersebut.

Tapi sepertinya pilihannya salah.

Tubuhnya gemetar, menggeleng tak percaya akan hal yang ia lihat sekarang ini

"G-gak mungkin.. Hyungjun.."

Junho menyesal telah mencari tau, karena sekarang ia mengetahui sumber bau tersebut berasal dari temannya yang tergeletak di belakang tumpukan sampah. Dengan mata yang terbuka lebar, luka tusuk dimana-mana. Serta kedua lengannya yang tidak lagi menyatu dengan badan

























"Tau gak? Hyungjun matinya serem tau, udah gitu dibunuhnya ternyata tengah malem"

"Iya parah sih, mana tangannya di buntungin lagi"

"Kasian banget ih"

"Emang dia punya masalah ya? Sampe dibunuh begitu"

"Gak tau tuh, tapi bisa juga emang ada psikopat gila yang cuma mencari kesenangan"

"Eh! Bukannya tiga hari yang lalu juga ada pembunuhan ya?"

"Iya. Dan kejadiannya selalu malem hari sekitar tengah malem"

"Ih serem banget"

Berita tentang kematian Hyungjun langsung menyebar luas di sekolahnya, dimana Junho juga sekolah disana. Daerah sekitar gang tersebut diberi garis kuning untuk sementara. Kini Junho sedang di interogasi oleh polisi, makanya ia tidak bisa datang ke sekolah





"Jangan didengerin"

Minhee yang baru saja selesai menangis kembali merasa sesak saat mendengar banyak bisikan dari murid lain tentang kematian sahabatnya.

Ia menghela nafas kasar, "sampe ketemu pelakunya, gak bakal gue maafin dia"

"Alahk, yang ada Lo nangis di depan pelakunya --aww!"

Kepalanya langsung kena pukulan dari lelaki bermarga Hwang yang sempat menenangkan Minhee tadi

"Bukan waktunya becanda, Son Dongpyo!"

"Selow aja napa kak, sakit nih kepala gue"

"Iya sakit, tapi gak sesakit yang gue rasain"

Dongpyo langsung diam. Nada bicara Minhee terdengar begitu lirih

Siapa yang tidak sedih ditinggal sahabat seperjuangan untuk selama-lamanya?

"Harusnya gue kerumahnya saat firasat buruk ngedatengin gue" ujar Minhee lirih

"Bukan salah Lo, ini udah takdir dari yang diatas"

"Tapi dia gak salah apa-apa! Kenapa harus dia yang mati?"

Yunseong tampan, Yunseong diam.

Yunseong diam ketika Minhee membentaknya. Semua orang tau kalau perasaan Minhee sedang tidak baik saat ini. Jadi Yunseong berniat menenangkan Minhee kembali, namun nyatanya ia malah mendapat bentakan dari Minhee




"Berisik banget sih"

Mereka semua bungkam ketika Yohan mendesis, memandang dingin mereka dari meja sebelah dan pergi begitu saja dari kantin. Memang belakangan ini aura Yohan sedang tidak baik, ditambah setelah munculnya berita kematian Hyungjun






• • • • •





"Gak seharusnya gue nangis"

Lelaki jangkung itu mencengkram pinggiran wastafel didepannya, menahan air mata yang sudah membendung di kelopak matanya sejak tadi.

"Tahan. Lo gak boleh nangis, Minkyu"

"Gak boleh.."

Minkyu mulai memukul dadanya sendiri sambil meremat pinggiran wastafel.

Semakin keras ia memukul dadanya. Meski dadanya begitu sesak, ia tak suka jika harus menangis. Entahlah, memang sudah begitu sejak kecil

Ia ingin menahannya, tapi rasanya begitu sesak sampai akhirnya setitik air mata keluar di ujung matanya. Ia tersentak dan segera mencuci mukanya ketika pintu bilik toilet yang sejak tadi menutup tiba-tiba terbuka

Pintu bilik itu baru terbuka padahal Minkyu sudah berada di toilet kurang lebih lima belas menitan


"Wonjin.."

Lelaki yang dipanggil cuma melirik sekilas, kemudian membuang mukanya sembarang dan meninggalkan Minkyu sendirian di toilet

Minkyu menghela nafasnya, "Wonjin pasti terpukul banget, gue harus hibur dia"

Minkyu, padahal kamu juga terpukul tapi masih aja berniat menghibur orang lain terlebih dahulu.

Minkyu kemudian tersenyum menatap dirinya di cermin.

"Iya, Lo harus hibur mereka. Hyungjun pasti sedih kalo orang lain murung karena dia"



Cklek



"Lo ngomong sama siapa?"

Minkyu menggeleng dan tersenyum pada Hangyul, kakak kelasnya yang baru datang ke toilet

"Gue bermonolog"

Yang bertanya cuma mengangguk, kemudian menghampiri Minkyu dan cuci muka disebelahnya. Menyisir rambut kebelakang menggunakan jarinya

"Si Wonjin abis nangis ya tadi?"

"Kayanya iya, kenapa?"

Hangyul mengendikan bahunya, "cengeng banget"

Minkyu menoleh, "gak boleh ngomong gitu. Dia lagi sedih, baru kehilangan orang tersayangnya"

Hangyul terkekeh sarkas, "dasar homo"

"Homo kepalamu! Orang Hyungjun sepupu terdekatnya yang udah dianggap adik sendiri. Mau Lo dibilang homo sama Dohyon?"

"Santai, ngegas amat mas nya" kekehnya

Minkyu menghela nafasnya, "gue duluan kak, ada tugas"

Hangyul mengangguk

"Oh ya kak, lebih baik Lo hibur Wonjin. Dia yang paling terpukul atas kepergian Hyungjun" lanjut Minkyu

Setelah Minkyu meninggalkan toilet, Hangyul terkekeh aneh








"Baru kehilangan satu orang, udah begitu nangis nya, ck ck"































01:50  | Produce X 101✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang