Tiga

31.4K 3K 80
                                    

Qilla mengaduk-aduk minumannya tanpa minat lalu melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya. Sudah hampir setengah jam ia menunggu Erlangga, namun yang ditunggu belum juga menampakan batang hidungnya. Ia tidak suka menunggu. Itu sangat membosankan.

"Maaf aku terlambat!"

Qilla menoleh kearah suara. Seorang pria tampan duduk dihadapan Qilla. Dalam balutan kaos casual, celana jeans navy dan topi, pria ini mampu membuat Qilla manahan napas. Ini adalah pertemuan pertama Qilla dengan Erlangga, aktor muda papan atas yang namanya tengah bersinar dan dia akan menjadi lawan main Qilla di film terbaru yang sudah disetujui. Meski satu profesi, Qilla belum pernah bertatapan secara langsung dengan Erlangga.

"Tak apa." sahut Qilla.

Erlangga memperhatikan wajah Qilla yang tidak banyak berubah. Dia tetap cantik dan akan terus terlihat cantik dimata Erlangga. Pandangan Erlangga berpindah ke lengan kiri Qilla dan berhenti tepat dibekas luka dekat siku.

"Tidak ada yang berubah." Erlangga bergumam.

"Maaf?" Qilla mengerutkan keningnya, samar mendengar Erlangga bergumam.

"Nope." Erlangga tersenyum lalu menggelengkan kepala. "Aku Erlangga Giovanni Cassanova." Erlangga mengulurkan tangannya dan disambut hangat oleh Qilla.

"Aqilla Sierra."

Iya. Aku tahu. Batin Erlangga. Ia tersenyum masam. Sedikit kecewa karena perempuan yang ada dihadapannya ini ternyata melupakannya. Menyedihkan.

"Jadi? Kamu mau makan apa?" tanya Erlangga mencoba mencairkan suasana.

Qilla menggeleng. "Aku masih kenyang."

Erlangga menatap Qilla dengan satu alis terangkat. "Sedang diet?" tanyanya.

Qilla mendelik tidak suka. "Aku rasa itu bukan urusan kamu. Sebaiknya kita langsung saja pada inti tujuan pertemuan kita hari ini." ucap Qilla.

Erlangga mendengarkan ucapan Qilla namun tidak langsung merespon, ia malah memanggil seorang waitress untuk memesan minuman dan beberapa makanan karena perutnya terasa lapar.

"Sambil makan boleh?" tanya Erlangga, bersikap sopan. Ia tidak ingin Qilla menjauh lagi darinya.

Qilla mengangguk.

"Ini tentang proyek kita di film. Aku tahu reputasi kamu dari media,"

Erlangga berhenti mengunyah, ia menatap Qilla. "Semua yang diberitakan oleh media tidak semuanya benar,"

Qilla menatap takjub pada Erlangga yang memesan banyak makanan dan melahapnya dengan cepat. Lelaki itu banyak makan. Tidak seperti Qilla yang makannya penuh perhitungan. Jika ia makan banyak, bisa dipastikan ia akan lama berlatih di ruang gym agar bobot tubuhnya tetap stabil.

"Jangan libatkan perasaan selama proses syuting berlangsung."

Tidak akan bisa! Batin Erlangga menjawab.

"Tidak ada gimmick dan cinta lokasi atau sejenisnya. Tetap bersikap profesional." lanjut Qilla.

Tetap tidak bisa! Batin Erlangga kembali bersuara.

Erlangga menelan suapan terakhir lalu meneguk air minum. "Tidak ada masalah untukku," jawab Erlangga sambil meletakan sendok dan garpunya. Ia sudah selesai makan.

Qilla memperhatikan Erlangga yang mengambil tisu dan mengelap bibirnya.

"Tapi aku tidak yakin." Erlangga kembali buka suara.

"Kenapa?" Qilla menautkan kedua alisnya, menatap Erlangga penuh tanya.

"Aku tidak yakin kamu bisa bersikap profesional. Kita lihat saja nanti."

Find Love AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang