Part. 03 (Revisi)

15.7K 938 46
                                    

Menjelang sore hari.

Agatha masih berada dirumah Alya, menemani Alya belajar. Usai menonton drakor Alya meminta Agatha untuk mengajarinya belajar. Mengingat dua bulan lagi Alya akan menghadapi ujian.

"Tha, nomor yang ini agak susah. Aku dari semalam belum menemukan jawabannya."

"Yang mana? Beritahu aku."

Alya menunjukkan soal yang belum ia temukan jawabannya.

Sebelum memberikan jawaban pada Alya, Agatha membacanya terlebih dahulu untuk memahami maksud dari pertanyaan pada lembar soal. Lalu ia mulai berkata dan menjelaskannya pada Alya karena Alya yang pada dasarnya anak yang mudah diberikan penjelasannya. Alya langsung mengerti begitu saja dan segera menuliskan jawabannya pada soal yang belum Alya isi.

"Sebenarnya kamu itu pintar, Al."

"Kata siapa?"

"Kata aku, kalau kamu tidak pintar mana mungkin kamu langsung bisa menangkap semua penjelasan yang aku katakan tadi."

"Benarkah begitu?"

"Jangan pura-pura tidak tahu."

"Aku hanya bisa mengerti sedikit, bukan berarti aku pintar." Alya kembali membaca soal pertanyaan pada soal berikutnya.

"Al."

"Hm."

"Jangan pernah malu untuk memuji diri sendiri."

"Tha, sebenarnya aku capek." Alya meletakan pulpen diatas buku pelajarannya.

"Kenapa kamu selalu berkata seperti itu, Al."

Pandangan Alya seketika meredup. Ia tidak lagi fokus pada belajarnya, justru Alya berkata sesuatu yang membuat Agatha bingung.

"Aku capek, kenapa harus aku."

Agatha mengeryitkan dahinya. Ia pun merangkul Alya agar membuat perasaan Alya sedikit lebih tenang. Sepertinya hari ini Alya kembali pada mood sedihnya.

"Aku tidak mengerti kenapa kamu terus berkata seperti ini, apa yang sebenarnya membuatmu bersedih Al? Katakan saja semuanya padaku, bukankah sebelumnya kamu telah berjanji padaku kalau kamu tidak akan bersedih lagi."

"Maaf."

"Alya, akhir-akhir ini kamu selalu menutupi sesuatu dariku. Bahkan aku merasa kamu tidak berkata jujur."

Alya merunduk.

"Aku juga tidak tahu."

"Al, dengarkan aku! Mungkin menurutmu, kamu tidak seberuntung orang lain... Tapi apa kamu tahu? Tuhan memilihmu karena mereka tidak bisa sekuat kamu."

"Benarkah begitu, Tha?"

Agatha mengangguk.

"Tuhan tidak mungkin memberikan cobaan melebihi batas kemampuan hambanya."

"Tapi aku selalu merasa sedih kalau aku tiba-tiba teringat dengan Ibu."

Agatha menghela nafas. Jika Alya sudah membahas soal ibu, Agatha tidak dapat bicara banyak.

MERRIED My Best Friend's FatherDonde viven las historias. Descúbrelo ahora