1 :> Beginning

1.5K 89 1
                                    

Matahari yang hangat, udara nan sejuk. Burung-burung berkicau ria dan kupu-kupu yang hinggap di bunga berwarna-warni. Rumput hijau yang tumbuh subur dan pepohonan yang rindang. Sungguh pemandangan yang indah dan damai.

"Kejar aku kalau kau bisa! Hahaha!" Teriak seorang anak lelaki sambil berlari.

"Aku akan mengejarmu! Awas saja kau Ein!" Teriak anak lelaki lainnya.

"Hahaha kau lambat sekali, Oci!" Ejek Ein

"Kau curang! Kau memakai kekuatan mu!" Teriak Oci.

"Hahaha! Makanya pakai kekuatan milikmu itu! Kau pasti akan bisa mengejar diriku!"

"Kalian berdua! Berhenti!" Teriak seorang anak gadis dibelakang mereka.

"Ada apa, Ina?" Tanya Oci.

"Malah bertanya! Hari ini kita akan pergi ke kota untuk belajar di Academy! Lalu kenapa kalian malah bermain disini?!" Marah gadis lainnya.

"Kami sudah merapikan barang-barang kami kok! Kau sangat lebay, Eca." Keluh Ein.

"Apanya yang lebay?! Kereta akan datang 15 menit lagi dan kalian masih bersantai seperti ini?!" Ucap Ina kesal.

"Kan ada sihir!"

Pletak!

"Kalian terlalu dimanjakan oleh sihir! Cepat masuk ke mobil ayah! Kita akan berangkat." Ucap Eca lalu pergi ke mobil milik ayahnya bersama Ina.

Ein dan Oci saling bertatapan lalu tertawa.

"Hahahaha! Sudahlah mari kita ke mobil. Kalau tidak nenek sihir itu akan membuang kita ke laut." Ucap Oci

"Hahaha ayolah."

•*•*•

Walau di kota, tak terlalu banyak kendaraan karena masyarakat lebih memilih menaiki kendaraan umum ataupun berjalan kaki dan menaiki sepeda.

Kereta yang dinaiki oleh Oci, Ein, Ina dan Eca berhenti di stasiun kota. Stasiun kota lumayan dekat dengan Academy yang akan dituju oleh mereka.

Saat sampai, mereka termangu kagum melihat sebuah gedung besar dikelilingi taman yang indah. Dengan tulisan "Kairent Academy" di gerbang nan besar itu dan tembok yang berdiri kokoh disekeliling Academy.

"Woahh! Academy ini sangat besar!" Ucap Rin terkagum-kagum.

Sementara teman-temannya mengangguk setuju.

"A-ayo kita masuk..." Ucap Eca ragu saat melihat banyak orang yang tampak begitu modern dan lebih modis dari mereka.

"Ayo!"

Seluruh barang-barang mereka sudah dibawa oleh orang-orang di Academy menuju asrama mereka masing-masing. Sedangkan mereka akan berkumpul di aula untuk pembagian asrama dan kelas.

"Bagi murid-murid yang sudah berada di aula, silahkan mencari tempat duduk masing-masing."

"Mau duduk di bagian depan, belakang atau tengah?" Tanya Ein.

"Depan saja, biar bisa mendengar dengan jelas." Usul Oci.

"Kan pakai mic."

"Biar dapet AC cuy." Lanjut Oci sambil terkekeh.

Setelah mendapat tempat duduk yang pas, mereka menunggu acara penyambutan dimulai.

"Tes tes .." tiba-tiba terdengar suara dari atas panggung.

"Selamat datang bagi para murid baru di Kairent Academy. Mari kita mulai acara penyambutan murid-murid baru pada hari ini. Para hadirin diharapkan tenang dan menyimak apapun yang akan disampaikan."

"Untuk bapak kepala sekolah dipersilahkan naik ke atas panggung."

Seorang pria menaiki panggung menuju ke tempat mic berada, tampaknya baru berusia sekitar 30 tahunan.

"Selamat siang para murid-murid baru Academy ini. Saya, Zarth Kairent selaku Kepala Sekolah dan Pemilik Academy ini sangat senang mendapatkan begitu banyak murid-murid baru yang akan berpartisipasi dalam mengharumkan nama Academy ini dengan prestasi-prestasi kalian. Pada Siang hari yang indah ini, saya....."

"Hoahhhhm! Membosankan sekali pidato ini." Keluh Oci.

"Pidato ini terlalu panjang untuk anak 10 tahun seperti kita! Sangat membosankan!" Keluh Ein menyetujui Oci.

"Jangan cerewet! Aku jadi tak bisa mendengar." Geram Eca.

Oci dan Ein memanyunkan bibir mereka tanda tak setuju, sedangkan Ina terkekeh geli melihat kelakuan teman-temannya itu.

"Sekian dari pidato saya, kalian saya persilahkan untuk melihat pembagian asrama di papan sebelah kanan aula ini. Untuk pembagian kelas sudah terbagi di asrama kalian masing-masing. Sekian, silahkan bubar."

"FINALLY! Pidato itu membosankan!" Teriak Oci antusias lalu berlari ke arah papan berisi pembagian asrama, diikuti oleh Ein dibelakang dirinya.

"Mereka ini! Nanti kalau menabrak orang bagaimana." Ucap Eca khawatir.

"Sudahlah, mari kita ke papan itu." Usul Ica yang diangguki oleh Eca.

•TBC•

Magic World : The True Past [COMPLETED]Where stories live. Discover now