-2-

912 11 0
                                    

Tak terasa aku sudah berada di depan gerbang sekolah. Segera aku masuk dan berjalan gontai menuju kelas. Setelah sampai, aku segera menyimpan tas dan merebahkan diri dibangku tempat duduk dan menelungkupkan wajahku di atas meja. Heran!! Itulah yang mungkin teman- temanku rasakan melihat tingkahku itu.

"Bel, kamu kenapa? Kamu gakpapa kan!"

"Gakpapa kok" jawab ku singkat

"Benar, kamu gakpapa??"

"Iya" jawabku dengan menampakan wajah tersenyum pada sahabatku yang cerewet itu. Aku yakin jika tidak begitu ia akan selalu bertanya karena khawatir padaku.

"Apa kamu habis nangis ?"

"Biasa..orang tuaku itu"

"Oh...sabar ya" ujar Oliv, sahabatku sambil menepuk pundaku memberi dukungan.

Dan aku hanya menanggapinya dengan senyuman. Begitulah sahabatku itu, ia tahu semua masalah-masalah yang aku hadapi selama ini karena aku memberitahukan semua perasaan- perasaaanku. Oliv adalah orang yang sangat penting bagiku bahkan kelewat penting. Ia sangat mengerti tentang perasaanku melebihi kedua orang tuaku.

Selama pelajaran berlangsung, aku sama sekali tidak fokus dengan apa yang dijelaskan oleh guru. Terlebih pelajaran sekarang adalah prakarya yang memang pada dasarnya sungguh membuatku stress. Pikiranku malah ada ditempat dan dalam memori yang membuatku lebih terpuruk lagi. Terngiang ngiang dengan apa yang dikatakan kedua orangtuaku. " Bel, kami harus melakukan ini, maaf membuatmu terluka" ujar papa sedikit memohon. "Iya..Bel kamu harus mengerti dengan keadaan ini, mama mohon". TIDAK...TIDAK..teriakku sebagai jawaban atas apa yang mereka katakan malam itu.

Huuhhh.... kuhembuskan nafasku dengan kasar mengingat itu. "Bella, kamu harus kuat, tidak ada yang harus ditangisi" lirihku menguatkan diri sendiri. Oliv yang ada disebelahku hanya bisa menatap kearahku. Yah... dia cukup tahu permasalahan yang aku hadapi.

BROKEN HOME (Gabriella Clairine IXD/18)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang