-3-

662 14 0
                                    

Kini aku berdiri didepan pintu rumahku, hanya menatap pintu itu dengan penuh keraguan. Apa aku harus langsung pulang setelah jam sekolah usai. Aku pun dengan ragu memutar kenop pintu dan segera masuk ke dalam rumah. Deg....suara teriakan itu terdengar lagi. Bukan!! Selalu terdengar lebih tepatnya. Kata-kata makian apa pantas dikeluarkan dari mulut seorang guru dan apa pantas seorang dokter, seorang yang terpelajar tidak dapat menahan egonya untuk sekedar menjernihkan keadaan. Dulu aku cukup bangga menjadi seorang anak yang memiliki mama seorang guru dan papa seorang dokter, tapi kini keadaan telah berubah. Banyak hal yang membuatku sedih, kecewa dan bahkan membuat stress. Ingin aku lari dari kenyataan hidup ini tapi apa daya aku hanya seorang gadis 15 tahun yang lemah.

Segera kulangkahkan kaki menuju kamarku tapi aku berhenti di depan sebuah kamar yang berada tepat disebelah kamarku. Disana, di pintu kamar itu tergantung papan nama bertulis " STEVEN, jangan masuk tanpa izinku" lengkap dengan foto pose kerennya. Melihat hal itu aku tersenyum. "Kakak, aku merindukan mu" lirihku. "Jika kakak disini maka mama dan papa tidak akan melakukan ini."

Saat ini, aku duduk dengan tenang di ruang keluarga rumah ini hanya bisa menunduk lesu. Aku yakin sekarang kedua orangtuaku sedang menatapku entah tatapan apa itu, kasiankah, sedihkan atau kecewa.

" Bella keputusan papa dan mama sudah bulat, jadi.."

"Iya Bella, jika kamu tetap tidak menyetujuinya maka itu sia-sia karena tidak ada lagi yang dapat dipertahankan dari semua ini" sambung papa.

Mendengar hal itu hatiku makin sakit, benar mungkin tidak ada harapan lagi. "Baik aku menyetujuinya, maka cepatlah bercerai" lirihku pelan dengan isakan tangis berat.

"Bukannya kalian memang selalu tidak peduli padaku, yang kalian pedulikan selalu Kak Steven. Tapi apa bisa kalian memikirkanku sekali saja tanpa adanya kakak, kakak sudah meninggal 1 tahun yang lalu itu waktu yang lama untuk kalian bisa melupakannya dan memikirkan anak kalian yang satu ini, anak yang masih hidup. Sepertinya harapan itu akan selalu sia-sia" jelasku panjang lebar dengan air mata yang terus mengalir.

BROKEN HOME (Gabriella Clairine IXD/18)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang