29

874 84 6
                                    

selamat membaca, semoga bisa dinikmati.

🏆🏆🏆

"Jo, kamu merasa ada yang aneh gak antara Ko Marcus dan Fajar?"

Anthony kini sedang duduk di teras rumahnya dengan Jonatan di sisinya. Mendapat pertanyaan dari Anthony, Jonatan sontak berpikir.

"Hm, aku gak yakin juga sih Kak. Tapi memang rasanya kayak ada yang aneh. Bukan aneh juga sih, tapi kayak apa ya..."

"Kayak ditutup-tutupi bukan?" Wajah Jonatan mencerah, tanda kalau memang itu yang ia maksud barusan.

"Nah, itu dia. Bener banget Kak."

"Aku soalnya dari tadi memang merasa ada yang mereka tutupin dari aku. Tapi gak tau juga deh apa itu." Jonatan mengangkat kedua bahunya acuh.

Untuk apa memikirkan orang lain kalau sekarang pikirannya itu sudah dipenuhi oleh makhluk menggemaskan–bagi Jonatan–di sebelahnya itu. asik





🏆🏆🏆


Dua orang laki-laki muda sedang berdiri berdampingan di balkon kamar seseorang di antara mereka berdua. Lelaki berambut coklat dan sedikit pirang di bagian anak rambutnya asik bermain game yang ia unduh di ponsel pintarnya.

Sedangkan lelaki satunya, pemilik surai berwarna hitam legam sesekali menggerutu kala ia memanggil si lelaki berambut coklat namun balasannya hanya sebatas dehaman.

"Koko, main handphone terus ish, akunya dicuekin." Lelaki yang dipanggil Koko itu terkekeh sebagai balasannya.

"Tanggung, Jar... Ini match-nya masih lima menit lagi lagi. Sabar ya..."

Marcus memang membalas Fajar, namun atensinya masih tertuju pada ponselnya itu. Seriusan deh Fajar kesal, mau pulang aja. Mending rebahan daripada dianggurin kayak gini.

"Kalo gitu Fajar pulang aja deh. Males sama Koko." Fajar beranjak untuk mengambil sweater favoritnya yang berwarna biru pastel.

"E–eh, kamu seriusan mau tinggalin saya?" Marcus tadi langsung melempar ponselnya ke atas sofa di balkon lalu menarik lengan Fajar sebelum lelaki itu benar-benar pergi dari rumahnya.

"Kalau iya emang kenapa? Kan Koko juga lagi asik main, mendingan aku pulang aja." Fajar mengalihkan wajahnya agar sebisa mungkin tidak bertatapan dengan Marcus.

Marcus mengusap tengkuknya dengan cengiran yang tampil dari wajah bersinarnya itu. Setelah itu ia menghadapkan wajah Fajar padanya.

"Jangan pulang dong, Jar. Saya udah selesai nih main game-nya, sekarang waktunya saya main sama kamu." Marcus menaik turunkan kedua alisnya hingga mendapati wajah Fajar memerah.

"Ih, gak lucu ya Ko. Aku beneran pulang deh kalau gini!" ucap Fajar sedikit tidak santai. Ia menyingkirkan jemari Marcus dari wajahnya lalu kembali berjalan menjauh. Setidaknya supaya Marcus tidak mengetahui kalau Fajar sedang salah tingkah.

Satu tarikan yang lembut namun kuat kembali Fajar dapatkan. Namun kali ini ia langsung berhadapan dengan wajah Marcus dalam jarak yang begitu tipis. Ia dapat merasakan deru napas Marcus yang menerpa wajahnya.

"Saya seriusan mau main sama kamu, masa malah ditinggal?" Alis Fajar mengerut sebagai balasannya.

"Kalau kamu pulang, berarti saya harus cari orang lain dong?" Fajar memukul lengan Marcus, tak terima soal omongan Marcus barusan.

"Koko ngomong apaan sih? Kalau emang mau cari orang lain mah yaudah sana cari. Lupain aja Fajar, bodo amat."

Sedetik kemudian, Fajar mendapat kecupan pada hidungnya. Lalu Marcus terkekeh.

"Mana mungkin saya lupain kamu. Lagian kan saya cari orang tuh ya buat mabar tau, bukan yang aneh-aneh kayak yang kamu pikirin sekarang." Seperti yang bisa ditebak, pipi Fajar memerah. Menyesal karena dugaan yang ia lontarkan pada Marcus. Gak lagi-lagi deh ya.

"Mabar mulu kerjaannya mentang-mentang pinter. Sana pacaran aja sama game." Fajar menjauh dari Marcus beberapa langkah, sebenarnya sih sekalian mau ambil ancang-ancang buat keluar dari kamar Marcus.

"Saya maunya pacaran sama kamu, gimana dong?" Marcus mendapati lelaki yang berjarak di hadapannya itu menganga, dihiasi dengan semburat merah di kedua pipinya. Pengen Marcus karungin aja rasanya si Fajar itu.

"IH KOKO MAH!!!"





🏆🏆🏆





Di suatu pagi yang cukup cerah tepatnya di hari Sabtu, seorang lelaki berparas oriental mengetuk sebuah pintu di hadapannya. Tak lama, muncul perempuan paruh baya yang masih terlihat menawan. Perempuan itu tersenyum hangat begitu melihat si lelaki dengan paras oriental itu.

"Eh Jonatan. Tumben banget pagi-pagi kesini... Ada perlu apa ya?"

"Hehehe, saya mau ketemu sama Kak Anthony. Orangnya udah bangun atau belum?"

"Waduh, kurang beruntung kamu, Jo. Anthony masih molor tuh di kasur. Oh iya, ayo masuk dulu Jo." Jonatan dan Ibunya Anthony masuk ke dalam rumah.

Bagian dalam rumah Anthony ini dominan warna krem dan putih, membuat Jonatan merasa nyaman setiap kali manpir.

"Anthony-nya mau dipanggilin atau gimana?"

"Biar saya aja yang samperin Kak Thony. Tante gak perlu repot-repot."

"Oke deh kalau gitu. Omong-omong kalau Tante tinggal belanja ke pasar dulu gak apa ya?" Jonatan tampak berpikir sejenak.

"Oh, saya punya ide. Gimana kalau saya sama Kak Thony aja yang pergi ke pasar? Biar Tante gak perlu capek-capek belanja... Nanti Tante tinggal kasih daftar belanjaannya ke saya. Gimana? Tante setuju gak?"

"Tante gak yakin sih, Anthony mau disuruh pergi belanja atau enggak kalau hari Sabtu gini. Dia 'kan sebisa mungkin puas-puasin tidur kalau lagi libur."

"Bisa diatur kok, Tan. Nanti saya pakai 1001 cara supaya Kak Anthony mau. Tante tenang aja..."

"Hahaha, oke deh. Tante percayain semuanya sama kamu. Kalau gitu Tante ke kamar dulu ya..."

"Iya Tante, saya juga pamit ke kamarnya Kak Thony dulu."



🏆🏆🏆

wad0000 kita sudah sampai di penghujung walau belum benar-benar di penghujung; apesi ah.

tinggal last chapter nih owo, ya paling epilog ada lah ya..

buat yang penasaran sama couple Kevin-Rian ataupun Marcus-Fajar nanti akan ada book sendiri buat dua pasang itu. ada spin-off nya. kalian tenang aja wkwkkwkw

udah lah ya, capek nih aq :'v

selamat malam!
-jinsontrasheu

(①) BOOCiN // jothony [✔]Where stories live. Discover now