part 1

103K 918 1
                                    

"Aku pulang," teriaku begitu aku sampai di ruangan apartemenku. Warna maroon dari cat dinding ruang tamu ku ini membuat diriku merasa nyaman.

Tapi kemudian aku melihatnya duduk dengan tenang sambil menatap kearahku yang tengah bersusah payah menanggalkan sepatu high heels ku ini.

'Sialan... membantu saja dia tak mau, tunangan macam apa dia?' batin ku kesal.

"Kau kira jam berapa ini sekarang?," Tanyanya kepadaku sambil melirik jam yang ada pada ponselnya. "Kau baru tiba, setelah tunangan mu sudah lebih dulu sampai sejak 3 jam yang lalu. Ini keterlaluan jess!" nada bicaranya mulai meninggi.

Oh tidak, dia mulai lagi mengomeliku seperti ini. Apa dia tak memikirkan bagaimana lelahnya diriku di kantor? Keparat.

"Hei bodoh, aku pulang sesuai dengan jam kerja kantor ku, jika kau tak percaya terserah. Aku lelah." Ucap ku cepat dan meninggalkanya ke dalam kamar mandi.

Segera kunyalakan keran untuk mengisi air pada bathtub yang sebentar lagi akan menenggelamkan diriku dan pikiran kusutku.

"Boleh aku masuk Jess?" suara bass itu terdengar dari depan pintu kamar mandiku, "Oh please Nathan aku ingin mandi!" pekik ku.

"Tak bisakah kau membiarkan ku mandi dengan tenang?" teriakku kembali. Entah dimana pikirannya, atau memang dia sudah gila. Sekarang Nathan telah berhasil membuka pintu kamar mandi dengan kunci cadangan yang dia punya.

"For GOD Shake! NATHAN!!" pekik ku kencang ketika melihat kehadirannya. Pria itu masuk kedalam kamar mandi dan menguncinya dari dalam.

'oh tidak.. apa yang sedang dia bayangkan?' batin ku.

Selama hampir 4 bulan sudah kami menjadi sepasangan―yang terpaksa— tunangan, tetapi baru kali ini aku melihatnya bertelanjang dada dan hanya mengenakan boxer putih. Terlihat begitu transparan. WOW.

"Come on Jess, berikan aku kesempatan agar aku dapat merasakan hal romantis dengan mu. Kau tahu, aku telah menahan ini dari 2 bulan yang lalu." Ucapnya dengan pandangan memohon. Aku hanya terdiam sambil memandangi bagaimana wajahnya yang tampan itu memohon kepada ku.

Tanpa kusadari dia mulai mendekati tubuhnya yang tinggi itu ke samping bathtub-ku, matanya seperti menusuk saat menelusuri tiap lekuk tubuhku yang tertutupi dengan gelembung-gelembung buih.

"Kau cantik sayang," Matanya terlihat nakal, tidak, bukan. Tapi lebih tepatnya cabul. Aku benci tatapanya yang sekarang.

"Nathan, hentikan tatapan cabulmu itu dan pergi dari hadapanku sekarang." perintahku kepadanya. Tanpa ku duga, kakinya malah melangkah masuk ke dalam bathtub dan menahan bahuku yang bermaksud akan melarikan diri dari sana.

Aku kembali terduduk, kemudian dia menindih pahaku, aku dapat merasakan tonjolan kejantanannya itu berada tepat di depan kewanitaanku. Oh tidak tubuhku kini menegang, apa yang akan dia lakukan padaku?

Aku panik saat Nathan mulai menyusupkan jari-jarinya yang lembut di tengkuk ku dan mengusapnya perlahan. Bulu halus di sekujur tubuhku meremang, "Egh.. Nath...Nathan apa yang.. shhsh... kau lakukan padaku?" Tanya ku disela-sela eranganku. Tangannya mulai mengusap tulang selangkaku dan terus turun kebawah. "Agh.. Nathan.." erangku tak tahan.

"Tenang sayang," ucapnya dengan mencium bibirku lembut, dia menyapu kan lidahnya pada bibir atas ku.

Manis dan juga gila. Itulah yang sekarang kurasakan, dia tak memberikan aku kesempatan untuk membalas ciumannya. Tangannya terus bergerilya menyentuh tiap jengkal kulit telanjangku. Sekarang jemarinya telah berhasil bertemu dengan payudara sintalku, meremas, memelintir, dan menekan punting ku yang telah menegang.

"Shhs.. Nathann..kau..breng..sekk sayang." erangku sambil membalas ciuman basahnya. Lidahnya kini menyapu wajah ku, pipi, dahi, hidung, telinga, dan terakhir dia meninggalkan kissmark disepanjang leher jenjangku. Aku mengerang tak tertahankan saat dia kembali menurunkan ciumannya kearah tulang selangka ku, dan membuat kissmark lainnya di sana.

Tiba-tiba bibirnya yang lembut itu berhenti menyapu tubuh ku, membuatku lantas membuka mata dan menatapnya, "Apakah kau tega Jess, membiarkan aku terus menjilati air sabun yang pahit ini?" dia pun menegakan dirinya, sehingga sekarang kejantanannya itu berada di depan mataku. "brengsek, kau menghentikan ini begitu saja. Seharusnya kan kau bisa mengangkatku dan menaruhku di tempat tidur." Bicaraku sinis

"baiklah maafkan aku," ucapnya sekaligus menahan ku yang akan keluar dari kamar mandi. "ini hal pertama untuk ku dan kau menghancurkanya, persetan." Aku melangkahkan diriku menuju kamar untuk mengeringkan tubuhku dan mengenakan piyama tidurku dan meninggalkan laki-laki keparat itu― yang sebenarnya tunangan ku ini. 

unbelievableWhere stories live. Discover now