22- Jadian

372 31 7
                                    

Saturday night.

"Cah ganteng, kowe wes suwe ora mrene?" (Anak laki-laki ganteng, kok sudah lama tidak ke sini?) kata wanita paruh baya yang menghampiri mereka setelah masuk ke dalam resto makanan khas Jawa Timur.

Atlet tajir dan hobi makan itu sudah mencoba beberapa kuliner di Jakarta dan tentu saja harus tetap menjaga apa yang dimakan. Tidak boleh banyak makan sembarangan demi menjaga kesehatan dan kebugaran sebagai atlet, mengesampingkan rasa bosan dengan menu makanan yang itu-itu saja yang disiapkan Pelatnas sesuai takaran gizi.

Salah satu rumah makan kesukaan Kevin adalah Resto Diajeng yang menyuguhkan makanan khas daerah provinsi asalnya. Ada lontong balap, rujak cingur, krawu, otak-otak, tahu campur, rawon, pecel pitik, dan masih banyak lagi. Kevin serasa pulang kampung. Dia mengenalkan pada Ery makanan khas daerah asalnya, Banyuwangi, yaitu pecel pitik.

Ery cukup berkesan dengan dekorasi resto yang bertema tradisional tapi tetap elegan ini. Apalagi saat mereka datang ke lokasi, disambut oleh pelayan tamu dan diberikan asesoris adat Jawa. Pria mengenakan topi Odheng Santapan. Sedangkan wanita mengenakan selendang.

"Sibuk, Bu," jawab Kevin santai.

"Sibuk pacaran?" ujar wanita yang memakai konde khas adat Jawa itu sambil melirik Ery.

"He-he. Mboten tho, Bu, latihan bulutangkis," (Tidak, Bu. latihan bulutangkis)

"Ha-ha-ha. Halah-halah, arek enom, pinter ngeles wae. Yowes ndang milih gih, arep mangan opo? Pecel pitik senenganmu, ?" (Ah, dasar anak muda, pandai berkelit. Ya sudah, ayo segera pilih makanannya, mau makan apa? Pecel pitik kesukaanmu, Nak?)

Ery terdiam dan sesekali tersenyum hambar karena tidak terlalu mengerti apa yang mereka bicarakan.

"Mari silakan, Nak, selamat makan yaa. Semoga suka!" katanya mulai berbahasa Indonesia dengan ramah.

"Makasihh, Bu. Tempatnya cantik sekali!" jawab Ery dengan melemparkan senyum.

"Walahh, Nduk, Cah Ayu, sopan tenan!" (Wah, anak perempuan cantik, sopan sekali) serunya kembali berbahasa Jawa lalu mengusap bahu Ery dengan lembut.

"Yowes, yowes, ndang lungguh, ndang milih menu panganan yo. Monggo disekecaaken!" (Sudah, sudah, segera duduk lalu pilih menu makanannya ya. Selamat menikmati!)

"Nggih, Bu. Matur suwon." (Iya, Bu. Terima kasih.) jawab Kevin.

"Dia bilang apa tadi ke aku? Aku kurang paham," tanya Ery sedikit berbisik.

"Kamu cantik," ringkas Kevin.

"Ha-ha, bo'ong!"

"Ngga percaya? Mau aku panggilkan Bu Ajeng lagi?" ujarnya bukan serius.

"Ngga, ngga, ngga!" sergah Ery sambil memegang lengan Kevin agak erat untuk mencegah langkahnya.

Pemuda itu terbahak melihat reaksi Ery yang malu-malu.

"Aku kan ngga paham. Kamu curang banget deh,"

"Dibilangin ngga percaya."

Sementara itu, Ery sendiri terlupa bahwa dia masih menggengam lengan kekar si atlet beberapa saat.

Another Crazy Rich Asians (ACRA)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora