Prolog

53 15 9
                                    

Who Cares if one more light goes out, In the Sky Of millions Stars?
Who Cares When Someone's time runs out, if a moment is all we are?
Siapa yang perduli jika ada satu Cahaya hilang di langit yang penuh Bintang?
Siapa yang perduli ketika waktu yang dimiliki seseorang telah usai, jika hidup memang hanya sesaat?

Im here,
I will do.
Always.... with opened hand.
Aku di sini,
Aku akan selalu perduli dengan tangan terbuka.

One More Light - Linking Park




***

    "Umi, apa yang umi tulis?" Seorang gadis cantik dengan rambut tergerai sepunggung menyapa seorang wanita paruh baya berhijab yang tengah duduk santai di serambi rumah sederhananya. Mata lelah, dan sayu wanita paruh baya itu berbinar redup. Lalu perlahan, yang lebih tua menyodorkan sebuah buku usang berisi beberapa baris tulisan karya tangannya di masa muda. Membuat yang lebih muda seketika tersenyum dan memeluk sosok yang ia panggil 'Umi' itu dengan erat.

    "You're is my one and only Light, Umi" (kau adalah satu - satunya cahayaku, umi). Ungkapnya lembut. Membuat wajah yang mulai menua itu menitikan air matanya karena haru. "Trimakasih sudah hadir dalam hidup kami,"  lanjutnya lirih.

    "Tidak. Kalianlah My Millions Light, honey." Tangan rapuhnya mengusap lembut tangan yg lebih muda. "Jadi, mana bisa aku biarkan satu pun di antara kalian meredup, hem?"

    Perlahan, kedua tangan rapuhnya luruh dengan lembut. Lunglai tanpa daya. Mata terpejam rapat dengan  senyum terlukis manis dalam kedamaian. Pelukan yang lebih muda pun semakin mengerat menyadari suhu tubuh sang ibu semakin menurun, berubah dingin. Lunglai seakan tiada daya lagi untuk sekedar duduk. Isakan tangis perlahan mulai lolos dari bibir yang lebih muda.

    "Pergilah ..., pergilah dalam damai," lirih penuh pilu lolos dari bibirnya. Air mata telah tak terbendung lagi membasahi wajahnya yg tersembunyi di balik hijab yang melilit leher sang ibu.

    "Tugas Umi telah usai ..., temuilah Cinta umi di sana. Sampaikan ..., Sampaikan salam Rindu Ira pada Abi, yah" racaunya di sela tangisan. Perlahan, kepalanya terangkat, menengadah, memandang langit - langit rumah kayu. Dan mulai berucap, "kali ini, Ira mohon jangan sakiti Umi lagi, Abi. Jangan lepaskan Umi ira demi bidadari yang lebih cantik, yah." Isaknya semaskin parau terdengar. Membuat beberapa langkah kaki mendekat dari dalam rumah kayu itu.

    "Dek Ira, heyy! Ada ap ...," gadis muda berhijab keluar dari dalam rumah. Namun seketika, kata - katanya terhenti ketika melihat yang lebih muda mendekap sosok pucat pasi dengan tubuh kaku itu. Sesaat kemudian, gadis itu pun ikut jatuh terduduk di hadapan sosok paruh baya yang telah tak bernyawa itu. Merebahkan kepala dengan tangis ikut tersedu - sedu.

    "Selamat Jalan One more Light kami, Selamat Jalan." Tangis kedua gadis itu semakin memilukan di sore hari yang mulai meredup itu.

   

"Will i do ....., always."
(Mommy AL)




.
.
.
.
.
.
.
TBC.

I messeg Love from mom to hes All kids.
(Satu pesan Cinta dari seorang Ibu untuk anak-anaknya)

Beloved ProjectWhere stories live. Discover now