6

1.3K 146 2
                                    

💨

"Kau berbohongkan kook?"

"Siapa? SIAPA YANG MELAKUKANNYA KOOK?!!"

"Aku"

Jimin menggeleng tak percaya dan memukul dada Jungkook berkali-kali.

"Apa yang kau katakan kook? Kau tidak mungkin melakukan ini"

Semakin Jimin menyangkal, semakin yakin dia dengan pernyataan Jungkook.
Kenapa? Kenapa Tega sekali Jungkook melakukan ini padanya. Vidio itu selalu diputar untuk dijadikan penguat agar tahan dengan perlakuan yang diterima. Tapi kini benda itu sudah tak ada.

Belum Jimin belum sepenuhnya menyerah..

"Kau membuangnya dimana? Pasti di tempat sampah kan? Aku akan mencarinya. Jangan membuangnya lagi ya".

Jimin berlari keluar tanpa memberikan kesempatan untuk Jungkook menghentikannya.

"Kau butuh berapa banyak lagi air mata agar kau menyerah Jimin? Aku tak ingin menyakitimu lagi. Mengertilah".

Lirihnya, tatapan tajam itu tergantikan dengan tatapan menyedihkan.
Tak lebih menyedihkan dari apa yang ia lihat pada diri kesayangannya sendiri, tak lain dan tak bukan adalah Jimin.

Yah, Jungkook sangat mencintai namja mungil yang terlihat menyedihkan itu.
Perlakuan kasar, kata-kata tajam. Ingin sekali dia mengakhiri semua drama ini.
Tapi, sangat sulit untuknya melupakan seseorang yang saat ini sedang dalam ambang kematiannya..
Membuat dendamnya kini berperang dengan cinta nya.

--

"Hikss dimana vidionya? Pasti disini kan? Jungkook dimana kau membuangnya".

Jimin tak henti-hentinya mengobrak-abrik tempat sampah yang berserakan untuk menemukan barang nya.
Ditengah guyuran hujan, air matanya pun akan tetap terlihat dengan kondisinya yang mengenaskan.

"Masuk!!"

Perintah yang berasal dari pemilik suara berat itu tak Jimin gubris.. Ia tak peduli dengan Jungkook yang memayunginya.
Tubuhnya sudah basah, untuk apa ditutupi? Lukanya juga semakin bertambah kenapa harus diobati.

"KUBILANG HENTIKAN DAN MASUK KE DALAM JEON JIMIN!!!"

Murka.. Jungkook sudah sangat murka. Bukan, bukan karna Jimin..
Ia murka pada dirinya sendiri yang menunjukkan kekhawatirannya dengan cara keji.. Jungkook sangat ingin memeluk dan memberi kecupan hangat untuk menghentikan Jiminnya.

"Kau pergilah... Aku harus mencari milikku. Satu-satunya yang kumiliki untuk mengingat kenangan manis dihari pernikahan kita Jungkook".

Bersatu dangan derasnya hujan, Jimin yang berkata pelan tetap terdengar oleh Jungkook.. Karna tak sedikitpun Jungkook menutup telinganya rapat untuk mendengar suara lembut yang ia rindukan..

"Bukankah, dihari pernikahan aku tak memperlakukanmu dengan manis Jimin? Lalu apa yang kau anggap manis disana!"

ingin sekali Jungkook meneriakan itu pada Jimin. Jungkook hanya ingin Jimin menyerah padanya. Hanya itu.

"Aku akan menceraikanmu".

Deg

Jimin terkaku dan tubuhnya lemas. Tangannya yang penuh darah akibat tergores pecahan kaca ditumpukan sampah tak terasa baginya.
Kalimat Jungkook rasanya lebih menyakitkan ketimbang fisiknya yang terluka.

"Kau dengar itu? Sekarang berhenti dan masuklah kedalam.. Aku tak peduli dengan apapun kenangan itu. Aku tak pernah mencintaimu Park Jimin".

"Hiks.. Kau membuang margamu dari namaku? Hisk kookie kenapa? Kenapa kau menjadi seperti ini? Kenapa?"

Jimin mencoba berdiri dengan susah payah dan mencoba memberikan senyumnya yang justru terlihat menyakitkan bagi Jungkook.

"Aku tak mau berpisah...Aku tidak akan pernah mau menandatangani surat itu".

"Kau"

Desis Jungkook dan sedetik kemudian bibirnya sudah melumat dengan kasar bibir penuh Jimin.
Menekan tengkuk Jimin yang ingin menjauh dan membiarkan keduanya terkena setiap tetesan air hujan yang semakin deras..

Itu menguntungkan Jungkook, karna air matanya tak akan Jimin sadari karna bercampur dengan guyuran air hujan.
Ciuman yang semakin kasar dan tak membiarkan Jimin bernafas itu Jungkook harap akan menyampaikan maksudnya.

Berharap Jimin mengerti bahwa Jungkook ingin dirinya menyerah dan pergi dari kehidupan Jungkook.
Jungkook menyesal, dilema dan terpuruk dengan pilihan yang Sulit baginya.

"Lepas mphht kook hiks.."

Isakan dan penolakan Jimin yang ia dengar terakhir sebelum dengan sigap tangannya menahan pinggang Jimin yang tiba-tiba merosot.

Dilihatnya lamat-lamat wajah pucat dan mata sembab Jimin yang terpejam dengan wajah yang benar-benar tersiksa.

"Aku mencintaimu".

Bisiknya sebelum menempelkan kembali labiumnya singkat dan mengangkat tubuh Jimin yang terasa ringan.





















ili_noona

I have reason : kookmin 💨 Complete Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt