BAB 11

60.7K 4.3K 773
                                    

Holaa selamat malam, wkwk lagi suka upload jam segini. Kemaren HSHL pun jam seginian kayaknya.

Malem ini Raka dkk yaa yang nemenin. Jangan lupa vote dan komentar untuk dukung cerita ini. Mohon maaf kalau ada typo yang bertebaran.

Follow ig @indahmuladiatin untuk info ceritaku

Happy reading guys! Hope you like this chapter 😍😍😍

🌼🌼🌼

Chika mengecek dokumen yang baru saja Raka berikan. Sebagian memang laporan yang tadi dia kerjakan, tapi sebagian bukan, karena ini laporan menyeluruh. Dia kembali mengulurkan dokumen itu. "Tolong jelaskan mana yang aneh."

"Perhatikan laporan pengeluaran baik-baik," kata Raka.

Tatapan Chika makin curiga, tapi dia menuruti Raka. Dengan teliti, dia mengecek semua data pengeluaran selama satu bulan. Tentu bukan hal yang mudah, Raka benar-benar mengerjainya sekarang. Yaa Chika tahu, pasti pria ini tidak terima dengan ucapannya tadi. Bodoh, bagaimana dia bisa bicara sembarangan, harusnya dia tahu kalau ada dua orang itu di kantor ini, pasti Raka juga ada di sana.

Berjam-jam, mata Chika tidak lepas dari dokumen itu. Sesekali dia melirik Raka yang asik makan sambil membaca tabnya. Seperti dirinya tidak ada di ruangan ini, seperti suara perutnya tidak terdengar. "Aku menyerah!"

Raka masih mengunyah makanan dengan santai. Tujuannya masih di sini memang hanya untuk menunggu Chika memperbaiki laporan keuangan. Pekerjaannya sendiri sudah selesai sejak tadi. Sebenarnya dia tidak benar-benar mengerjai Chika, memang ada kesalahan dalam laporan itu. Tentu tidak bisa dilihat hanya dengan mengecek satu dokumen. Harus ada perbandingan dengan laporan lainnya, tapi dia sengaja diam sampai Chika menyadari kebodohannya itu.

"Apa yang salah, seluruh hitungan tepat, pengeluaran, pemasukan semua sesuai jumlahnya," kata Chika sambil membolak-balikan laporan itu.

"Tepat," kata Raka sambil menghampiri Chika. Di tangannya ada satu dokumen keuangan mingguan. "Ini dokumen bulan lalu, lihat perbedaan harganya."

Chika mengambil dokumen itu dengan mata menyipit. "Kenapa tidak bilang daritadi kalau ada dokumen lainnya? Kamu mau membuatku mati kelaparan?"

"Hiperbolis," balas Raka.

Sabar, cuma itu yang Chika ucapkan. Lagi-lagi Chika mengecek dua dokumen itu. Ada bahan produk yang harganya meroket naik. Seperti tidak masuk akal dalam waktu satu bulan harganya naik dengan pesat. Memang kalau dilihat sekilas, maka akan sama. Ini bukan tidak sengaja karea beberapa barang pun begitu.

"Maksudmu, ada yang main-main dengan uang perusahaan?" tanya Chika hati-hati.

Raka mengangguk dengan santai. "Menurutmu apa ada oknum yang bisa dicurigai?"

"Aku belum lama di sana, menurutku mereka tidak ada yang mencurigakan," jawab Chika.

Raka menghela nafas, senyumnya mengembang sinis. "Ini hanya tikus kecil, sepertinya kasus ini berkaitan dengan kasus kemarin. Rahasiakan masalah ini sampai aku berhasil menyelidiki semua."

"Apa yang bisa aku bantu?" tanya Chika.

"Aku butuh beberapa data dari bagian finance," kata Raka.

Chika menganggukan kepala. "Oke, besok semua akan ada di mejamu. Kalau begitu kita akan lembur?"

"Aku mau menyelidiki diam-diam, kita tidak bisa mengecek semua di kantor," kata Raka.

Chika bersedekap, berpikir sebentar. "Di rumah? apa Om Karel tahu masalah ini?"

Mr. Cold BillionaireWhere stories live. Discover now