#17

6.2K 462 2
                                    

Sedari tadi Dafa hanya memasang wajah masam. Jemarinya sudah pegal memijat kepala Gea yang berbaring di atas pahanya.

"Kak! Udah dong. Tukang ojek pengkolan udah mau tayang ini" bujuk Dafa pada Gea yang tak menghiraukan ucapan adiknya itu.

Gea hanya menutup mata. sesekali menghirup dalam aroma minyak terapi yang Dafa gunakan untuk memijat.

"Kakak!!"

"Lo bisa diam nggak sih! Kerja yang benar!!". Gea berhenti  sejenak. "Kok gue udah kayak Arka yah?" Lanjut Gea lagi.

"Emang Arka siapa? Pacar lo kak?" Dafa penasaran.

"Enak aja pacar! Amit-amit ya Allah!!" Gea menepuk pelan mulut Dafa yang melontarkan kalimat menjijikkan itu.

"Sana lo pergi cuci mulut. Sekalian mandi junub. Lo barusan nyebut najis!!" Ucap Gea.

"Emang Arka siapa? Ampe segitunya lo" Dafa melirik Gea.

Masih di pangkuan Dafa. Gea mendongak ke arah adiknya.

"Dia bos gue di kantor. Kalo tekanan darah lo rendah, Lo harus ketemu sama mahluk itu Fa!"

"Kok gitu?"

"Karena.. tekanan darah lo bisa naik drastis kalo ngomong sama dia. Jangankan ngomong. Lihat mukanya aja, bikin darah tinggi!"

"Emang senyebelin itu? Nyebelin mana sama mukanya Narji? Atau kiwil? Bang opi kumis?"

"Praak!" Gea kembali menutup mulut Dafa dengan satu tamparan kecil.

"Lebih parah dari itu"

"Aaaaaa... Emosinya ke dia, kok lo nampar gue sih!!" Teriak Dafa tak terima.

"Sorry Fa. Tekanan kerja dari dia, ke bawa sampe rumah. Haha" tawa Gea seketika meledak melihat wajah konyol Dafa yang kesakitan. Ia seperti membayangkan menampar mulut Arka ketika sedang mengomel dan menyuruhnya bekerja.

"Emang tertekan banget di kantor Ge?" Tanya Bunda yang datang dari arah dapur.

"Banget Bund. Beberapa bulan yang lalu sih. Nggak! Tapi setelah penerimaan manager baru, semuanya jadi mencekam bun"

"Ya udah sabar. Kalo kamu mau resign, bunda bolehin kok. Hasil kerja kamu 3 tahun, sudah cukup memuaskan. Kalo kamu kerja terus, kapan nikahnya? Bunda kan juga mau gendong cucu"

Aaaaaaaa.. Gea!! Pura-pura pingsan Ge!

Batin Gea memberontak. Setelah sekian lama Bunda diam. Akhirnya kalimat menimang cucu itu keluar lagi.

"Iya Bunda. Gea lagi usaha nyari!"

"Nyari.. nyari.. WA kakak aja sepi kayak kuburan gitu. Isinya cuma group" celetuk Dafa yang berhasil membuat Gea menggeram.

"Apa perlu Dafa sebarin brosur atau bikin spanduk buat promosiin kakak?" Dafa melayangkan tatapan menghardik pada Gea. Dengan membabi buta, Gea membalas ucapan dafa dengan memukulnya menggunakan bantal bertubi-tubi.

"Bunda!! Tolongiin!! Aaaa, macan ngamuk. Tolong!!" Teriakkan dafa menggema seisi rumah.  suara televisi yang tadinya bising tergantikan suara Dafa yang berteriak kencang.

"Udah Gea!. Umur udah 26 itu loh! Masa mau kayak anak kecil terus berantem sama Dafa" Lerai bunda.

Gea terdiam di tempat. Sedangkan Dafa masih memeletkan lidahnya ke arah Gea.

"Emang bunda mau banget Gea nikah?"

" ya maulah Gea. Bu jeni sam tetangga yang lain cucunya udah hampir 4 loh. Masa bunda udah setua ini belum juga bisa nimang cucu?"

"Emang kriteria bunda kayak apa?"

"Kok nanya Bunda? Yang nikah kan kamu. Jadi terserah kamu. Kalo baik menurutmu, bunda pasti setuju nak" ujar bunda sambil emngelus puncak kepala Gea. "Kalo bunda jodohkan kamu, kamu mau?"
Gea tak bisa menyembunyikan wajah terkejutnya.

"Sama siapa bunda?"

"Sama anak teman bunda. Kamu mungkin belum pernah melihatnya. Dia dulunya kuliah di Jerman. Kemudian sekarang sedang menekuni pekerjaan di perusahaan ayahnya"

Gea hanya mengangguk, berusaha membuat bundanya tak kecewa. Ia pasrah.

Gea berusaha tenang dalam kekhawatiran. Ucapan bundanya yang ingin segera menimang cucu dan ingin menjodohkan terus bergema dalam kepalanya.
Usia Gea yang sudah 26 tahun, memang akan menjadi masalah besar jika tidak segera menikah.

*****

Berita terheboh pagi ini menyapa kantor. Berita kedekatan Arka dengan pegawai baru bernama Aleta menjadi hotnews di seluruh penjuru kantor. Terutama bagian keuangan, kabar kedekatan mereka akan di perbincangkan oleh geng Lambe Turah secara tajam setajam Si-Letttt.

Waktu jam makan siang,

"Lo biasa aja Ge?" Tanya Widya pada Gea. Gea hanya mengangguk.

"Kalo hubungan mereka biasa aja. Kenapa harus sampe liburan bareng?  Instagramnya Aleta juga isinya kebanyakan fotonya pak Arka" celetuk Danu, seolah mengintrogasi segala hal.

"Lo udah stalking IG nya? Dasar kurang kerjaan!" Hujat Ical. "Masa lo nggak tahu apa-apa Ge. Lo kan asisten sekaligus sekretarisnya, kemana-mana lo makan bareng sama pak Arka. Temanin pergi ketemu klien di luar, lo juga pasti pernah megang hp nya bapak dong!"

"Apaan sih Mas. Ngaco banget. Emang kalo jadi sekretarisnya harus tahu semua urusannya? Gue jadi sekretarisnya karena gantiin orang, bukan kemauan gue sendiri. Jadi nggak penting banget ngurusin hidup pak Arka sepenuh hati Mas!!" Gea naik pitam. Apapun yang berhubungan dengan Arka, selalu Gea yang menjadi sasaran wawancara eksklusif mereka.

"Sabar kak Gea!" Rere berupaya menenangkan suasana. "Kak Aleta itu, sebenarnya sepupu jauhnya pak Arka" ucapan Rere sontak mengundang semua tatapan intens dari geng Lambe Turah. Yang awalnya mereka mengerumuni  Gea,kini berpindah berembung mengelilingi Rere.

"Lo tahu dari mana Re?" Tanya Danu.

"Aku satu SMA dulu sama Aleta kak. Sejak SMA memang keluarga Aleta ingin menjodohkan Pak Arka dengan Aleta"

" Arka menolak?" Ical betul-betul penasaran.

Gea yang melihat itu ingin sekali menempeleng semua kepala mereka.

"Kurang tahu Mas. Tapi memang kedekatan mereka bukan hal yang baru"

"Ooh" jawab Widya, ical dan Danu serentak.

"Puasssss?" Tanya Gea setelah melihat barisan geng Lambe Turah bubar ke meja kerja masing-masing.

Gea walaupun cuek cuek bebek, sebenarnya ia juga penasaran dengan hubungan bosnya itu. Tapi Gea lebih memilih menyimpan rasa penasarannya, dari pada harus bertanya yang mengundang tatapan curiga atau asumsi buruk dari publik.

IMAGINARYWhere stories live. Discover now