26. Bella dan Kelinci Biru

356 78 10
                                    

"LO APA-APAAN SIIIH!!"

Hanan kesal karena udah di dalam mobil pun Bella masih sempat-sempatnya teriak.

"Mau nganterin lo balik lah, pake nanya" sahut Hanan tapi pandangannya gak sedikit pun beralih dari jalanan di depannya.

"MAKSUD GUE LO TADI KENAPA MISAHIN GUE?? GUE MAU ACAK-ACAK ITU CEWEK PONIAN TAU GAK?!"

"Gak usah teriak bisa, Bel? Gue bisa budeg kalau lo teriak terus kayak gitu."

Bella langsung diam. Nyilangin kedua tangannya di depan dada sambil manyun. Sok ngambek tapi ya emang aslinya ngambek beneran.

"Lo buat masalah apa lagi sih, Bel? Lo buat gue pusing tau gak?"

"Dia duluan yang dorong gue"

Hanan nengok kearah Bella sambil ngernyitin dahinya "Lo pikir gue percaya?" Tanyanya, tapi Bella malah mendesis pelan. "Gue kenal lo udah dari lama. Dan gue tau lo anaknya kayak gimana."

"Lo tuh kenapa sih suka banget cari keributan?" Sindir Hanan, Bella langsung membulatkan kedua bola matanya. "Gue sama Shasha udah putus jadi lo gak usah lagi gangguin dia apalagi sampai berantem kayak ta--"

"KENAPA SIH GUE DIMATA LO SALAH MULU?!"

Hanan terkesiap karena dengar Bella yang kembali teriak. Refleks cowok itu langsung melanin laju mobilnya terus nengok kearah Bella yang sekarang udah natap dia tajam dengan mata yang memerah marah tapi juga kayak mau nangis. Udah sih ini alamat Hanan salah lagi.

Kan udah dibilang, cowok yang selalu salah tuh ya cuma Hanan.

"Gak selalu salah, Bel. Tapi akhir-akhir ini lo ngelakuin hal yang gak baik. Lo udah dewasa, harusnya lo sendiri tau kalau yang lo lakuin itu gak bener"

"MULAI LAGI KAN!" teriakan Bella makin penuh emosi "Gue tuh gak bisa marah sama lo. Tapi kenapa sih lo selalu buat gue emosi?" Tanya Bella kali ini menurunkan intonasinya, cewek itu natap Hanan penuh tanya "Gue udah susah payah lupain kejadian beberapa hari lalu, disini, di mobil ini, lo buat gue rasanya pengen meledak. Dan sekarang lo ulangin lagi?"

"Lo tuh kenapa sih, Nan? Segitu bencinya ya lo sama gue sampai-sampai apapun yang gue lakuin jadi salah di mata lo?"

"Lo lebih dulu kenal gue daripada Shasha. Tapi kenapa lo selalu belain dia? Jadi sekarang Shasha jauh lebih penting daripada gue? IYA GITU?"

Hanan mengacak rambutnya frustasi. Padahal cowok itu tadinya berniat mau ngomong baik-baik sama Bella. Bahas lagi tentang pertunangan paksa mereka dan bilang kalau keputusan dia buat batalin pertunangan itu udah bulat. Lalu setelah nganterin Bella, Hanan bakalan pergi ke kosan Shasha buat mastiin keadaan cewek itu. Tapi kayaknya rencana itu harus gagal.

Hanan benar-benar gak nyangka kalau ucapannya tadi bakal nyulut emosi Bella lagi. Bahkan kali ini kemarahan Bella terlihat lebih.

Menyadari hal itu, Hanan tiba-tiba ingat, menghadapi Bella yang lagi marah itu gak bisa pakai emosi yang sama. Dia harus ngalah buat gak pakai emosinya juga.

"Bukan gitu," Hanan menyentuh wajah Bella dengan lembut, kemudian ibu jarinya menghapus air mata yang mulai membasahi pipi cewek itu "Lo penting buat gue. Lo tau itu." Tangan Hanan beralih mengelus puncak kepala Bella penuh perhatian, hal itu sukses buat Bella menahan tangisnya karena tiba-tiba teringat masa kecil mereka dimana Hanan selalu mengelus puncak kepalanya dengan lembut seperti sekarang.

Hanan menengok kearah Bella sambil tersenyum tepat saat mobil yang keduanya tumpangi berhenti di lampu merah perempatan jalan.

"Gue anggap lo adik kecil gue, Bel. Selamanya gitu. Jadi lo penting buat gue, dan kerena itu juga gue gak bisa terima rencana pertunangan kita. Lo harusnya paham?"

Tangis Bella kembali pecah saat Hanan berhenti mengelus kepalanya dan fokus lagi menyetir karena lampu jalan udah berubah hijau.

"Gue bisa ngerasain kok kalau lo gak bener-bener cinta sama gue. Lo bisa dapet yang lebih baik, Bel."

"Kenapa lo ngomog gitu? Gue tau kok kalau gue cinta sama lo. Gue yang ngerasain--"

"Lo inget boneka kelinci biru hadiah dari Papa gue dulu?" potong Hanan yang membuat dahi Bella berkerut. Ingatan cewek itu melayang kebelasan tahun yang lalu. Boneka kelinci berwarna biru dengan pita ungu dibagian lehernya, jelas Bella masih ingat itu, benda itu sekarang masih ada di kamarnya, terselip diantar boneka-bonekanya yang lain. Tapi yang Bella gak tau kenapa Hanan ngomongin itu sekarang?

Masih sambil sesegukan, Bella natap Hanan, nunggu cowok itu lanjutin kalimatnya karena jujur aja Bella gak paham.

"Gue tau lo sebenernya gak mau boneka itu. Lo gak suka warna biru." lanjut Hanan, dalam hati Bella mengiyakan hal itu.

Dulu dia emang gak sepenuhnya mau boneka itu. Ya, boneka itu bagus dan lucu tapi warnanya biru. Bella gak suka biru karena dulu buat dia warna biru itu identik sama anak cowok, sedangkan Bella itu cewek jadi gak sepantasnya dia pakai warna itu. Namanya juga anak kecil, masih polos. Dan Bella waktu kecil juga sama kayak anak perempuan pada umumnya yang kalau ditanya suka warna apa bakalan jawab 'pink' dan kalau ditanya cita-citanya apa bakalan jawab 'dokter' dengan semangatnya.

Tapi sekarang hubungannya apa sampai Hanan ungkit-ungkit soal boneka itu?

"Tapi karena lo gak mau boneka itu dikasih ke orang lain, akhirnya lo bilang kalau lo suka dan mau boneka itu." tambah Hanan dan lagi-lagi Bella membenarkan hal itu. Tapi cewek itu masih belum paham, terus kenapa kalau Bella gitu? 

Namanya juga anak kecil.

"Terus kenapa?" tanya Bella di sela-sela isakanya

Hanan tersenyum miring, meski cuma sebentar tapi Bella bisa lihat jelas sanyuman itu tadi. "Sadar gak sih, Bel, gue buat lo juga kayak boneka itu"

DEG. Jantung Bella seakan dihantam benda keras. Tiba-tiba rasanya aneh. Masa dia gitu sih?























Menurut kalian enaknya ini cepet tamat atau gak?

(Ta)HananWhere stories live. Discover now