15

19.3K 913 52
                                    

Rani turun dari mobil yang dikemudikan Rafiq. Matanya memandang takjub rumah di hadapannya. Rumah yang berbahan kayu itu tampak asri dengan halaman yang luas dan ditanami banyak tumbuh-tumbuhan.

Rani langsung jatuh cinta.

Rumah itu tidak sebesar rumah yang ditempati kakaknya. Tapi Rani menyukainya.

"Gimana? Kamu suka?" Ucapan Rfaiq membuat Rani tersadar dari kekagumannya.

Rani tersenyum lebar. "Ya. Suka banget, Kak. Ini indah."

"Bagus. Aku harap kau betah di sini."

"Tapi, Rani takut kalau sendirian di sini."

"Kamu gak akan sendiri. Di sini ada Mang Abdullah dan Bik Ningsih. Mereka suami istri yang tinggal di sini untuk mengurus villa ini."

Rani tersenyum lega. Karena dia tidak akan kesepian.

"Ayo, masuk ke dalam." Rafiq memegang lengan Rani dan membimbingnya masuk ke dalam villa. "Biar Mang Abdullah yang membawa barang-barangmu."

Rani di bawa berkeliling ke semua ruangan. Rumah ini terdiri dari empat kamar tidur dengan masing-masing kamar mandi di dalamnya, ruang tamu yang cukup luas, serta ruang keluarga yang sangat luas karena menyatu dengan pantry dan ruang makan. Rani sangat menyukai ruang keluarga itu.

Kamar Rani terletak didekat ruang tv dan merupakan kamar yang paling luas diantara kamar yang lain. Dan memang itu adalah kamar utamanya. Kamarnya juga glamour, semua terbuat dari bahan kayu jati dengan tempat tidur empat tiang yang sangat besar, terletak di tengah ruangan. Tirai serba putih menambah kesan klasik keseluruhan ruang ini. Rani sampai tercengang melihatnya.

"Ku harap kau menyukai kamarmu."

Mata Rani terbelalak memandang Rafiq. "Kamar ini sangat mewah, Kak. Aku cukup kamar biasa saja."

"Tidak ada yang biasa-biasa saja untuk perempuan yang akan melahirkan anakku." Ujar Rafiq dan memandang Rani dengan tajam. Rani sampai salah tingkah ditatap Rafiq sedalam itu.

"Ta....tapi Kak....."

"Sudahlah. Lebih baik kau beristirahat dulu. Nanti setelah itu akan kubawa lagi kau berkeliling melihat kebun-kebun di sini." Tanpa menunggu jawaban Rani, Rafiq langsung keluar dari kamar.

Rani bernafas lega. Karena mendapati Rafiq berada dalam satu kamar dengannya sungguh membuat jantungnya berdebar keras dan dadanya sesak.

Rani berjalan ke kamar mandi. Setelah membersihkan diri dan mengenakan baju hamil model babydoll yang berbahan katun, Rani baru merasa kalau dia kelelahan setelah menempuh perjalanan selama dua jam. Rani naik ke tempat tidur, menarik selimut yang selembut sutra, kemudian memejamkan mata. Tak butuh waktu lama membuatnya terlelap.

Rafiq masuk ke kamar Rani kemudian membaringkan tubuhnya di belakang Rani yang tidur miring. Rafiq membelai pipi, rambut dan perut Rani yang membuncit. Rani merasakan kedamaian dan tersenyum. Rani membalikkan badan dan Rafiq mencium bibir ranum Rani yang tersenyum. Sungguh sangat manis perlakuan Rafiq kepadanya, batin Rani. Rani ingin seperti ini selamanya. Tapi tiba-tiba bayangan wajah Nabila yang menatapnya marah muncul dan membuat Rani tersentak dengan nafas memburu.

Rani terbangun dan duduk di tempat tidur. Wajahnya memandang ke sekeliling kamar, namun dia tidak menemukan Rafiq di sana. Rani memegang bibirnya yang terasa hangat seakan benar-benar dikecup Rafiq. Dia pasti sudah gila mendambakan Kakak Iparnya sendiri. Oh Tuhan.

Rani mendesah, karena ternyata semua itu hanya mimpi. Tapi rasanya sungguh-sungguh seperti nyata. Rani meraba semua tempat yang tadi dibelai Rafiq walau dalam mimpi. Dan dia masih merasakan kehangatan tangan Rafiq di sana.

SURROGATE MOTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang