6 Tahun Kedua bag IV

9K 533 52
                                    

Harry mengikuti Griphook melewati lorong-lorong batu penuh stalaktit. Obor-obor yang menancap di dinding, berjejer memberikan cahaya kemerahan untuk menerangi jalan mereka. Harry merapatkan jubahnya, tangan kecilnya mencengkeram lengan Marcus, sementara pemuda itu melayangkan pandangan waspada pada tiap sudut bayangan gelap yang bergoyang. Kereta mereka menunggu 1 km di atas puncak kepala mereka, sementara mereka berjalan lebih jauh ke bawah tanah, masuk ke bagian paling dalam dari bank Gringotts.

Griphook berhenti pada lorong bercabang yang gelap. Ia memberi isyarat pada Harry untuk maju dan mendorongnya masuk pada salah satunya. Tak habis pikir bagaimana cara goblin mengenali lorong satu dengan yang lain, karena menurut Harry semuanya terlihat sama. Mungkin mereka membedakannya dengan hidung mereka.

Saat kakinya menjejak ke lorong gelap itu, seketika api pada obor-obor yang terpasang di kedua sisi dindingnya menyala dengan api putih yang ajaib. Beriringan, obor itu menyala hingga ujung lorong, tempat pintu batu berdiri empat meter di depan mereka.

Pintu batu itu berukir segitiga dengan Phoenix di tengahnya. Phoenix itu membentangkan sayapnya seolah sedang menyambut, atau malah menakut-nakuti musuh. Harry mengamati ceruk sebesar telapak tangan; sama persis seperti kunci vault keluarga Potter. Melayangkan pandangan sekali pada sang goblin, ia lalu meletakkan telapaknya disana. Sedetik terasa tusukan saat vault itu mengambil darahnya; salah satu pengamanan milik goblin untuk memastikan apakah ia layak membuka ruang penyimpanan rahasia itu, atau tidak. Tak lama, dari celah pintunya, muncul sinar terang dan pintu batu itu pun berderak terbuka.

Yang pertama terpikir oleh Harry adalah tumpukan uang disana cukup banyak untuk sebuah vault kuno. Ia bersyukur Voldemort tidak bisa mendapatkan vault itu. Ia tidak bisa membayangkan apa yang bisa pria ular itu lakukan dengannya, karena meskipun uang disini tidak banyak, tapi buku-buku yang tersimpan dalam rak-rak tinggi hingga menyentuh langit-langit itu pastilah menyimpan informasi yang jauh lebih berharga dibandingkan semua uang di muka bumi.

Sama seperti Potter, disini pun tidak tersisa lukisan keluarga. Tapi perhatian Harry tertarik pada salah satu sudut, tempat tembok dan lemarinya dipenuhi koleksi senjata. Dengan dorongan impulsif dan mata mengawang-awang, ia melangkah menyusuri celah antara emas dan rak-rak buku dan berdiri pada deretan pedang yang di pajang. Kelopaknya bergerak cepat pada tiap-tiap senjata itu, sementara langkahnya terhuyung seperti orang mabuk. Seandainya tangan Marcus tidak diam-diam menyangga kedua lengannya, mungkin Harry sudah terjungkal beberapa saat yang lalu.

Griphook memandangi sang Heir Potter itu dengan penasaran. Saat ia berhasil melihat wajahnya, apa yang dilihatnya membuatnya terbelalak; pupil mata sang pewaris Potter itu hanya menyisakan warna putihnya saja. Dan bocah itu bergerak seperti boneka, digerakkan oleh sesuatu diluar akal sehat. Goblin itu memperhatikan bagaimana jemarinya menyapu satu senti di atas sebuah pedang dengan sepuhan emas pada gagang hitam dengan sarung warna senada.

Pedang yang familier untuk bangsa goblin!

Tiba-tiba, tangannya melesat, menyentak keluar pedang dari sarungnya, menunjukkan bilah peraknya yang panjang dan berkilau. Harry menatap tanpa ekspresi, masih dengan pupil putihnya, sungguh pemandangan yang membuat siapapun menelan ludah. Suaranya yang monoton menggema bersama sihir pada gua yang hening itu, berkata pada Marcus, "Miles, da manum tuam,"—kesatria, berikan tanganmu.

Syukurlah, Marcus fasih bahasa latin, sehingga tanpa ragu, ia menyodorkan tangannya. Ekspresi pemuda itu berbanding terbalik dengan Harry, penuh dengan konsentrasi. Dahi berkerutnya menyadari seserius apa situasi ini.

Mengejutkan saat Harry meletakkan gagang pedangnya di telapak Marcus. Sedetik kemudian, pada bilahnya muncul rangkaian rune kuno bagai kilat biru yang bersinar sangat terang, sebelum akhirnya menghilang dalam sekejap. Marcus mengamati pedang itu dengan ekspresi takjub. Merasakan energi sihir menguar dari sana, menyentuh pusat jiwanya.

Courting DestinyWhere stories live. Discover now