CHAPTER 11. Show Time

767 62 0
                                    

Sky yang melangkah paling depan dengan cekatan membidik targetnya. Begitu pula Felix, Roy, Nami, dan Ran. Mereka benar-benar terlatih. Dalam waktu sepersekian detik mereka berhasil melumpuhkan penjagaan yang sangat ketat. Aku tahu ada 10 orang tergeletak disana. Apa mereka mati? Dan masih ada banyak orang di dalam sana. Mereka berpencar agar misi cepat terselesaikan.

Sky memokuskan penglihatannya ke sekitar, dua target yang memburunya dari belakang bersiap membidiknya dengan glock 36. Namun, mereka kalah cepat karena Sky lebih dulu tau posisi mereka. Ia berbalik kilat dan shoot! Satu detik kemudian dua orang itu jatuh tergeletak ke lantai. Satu orang lainnya datang tiba-tiba dan melayangkan tendangan ke arah wajah Sky. Namun Sky berhasil menangkisnya dan memberi serangan balasan. Dan orang itu pun tumbang.

Ran membidik tujuh orang targetnya dengan menggunakan pistol di tangan kiri dan kanannya tanpa kompromi. Sebuah kecepatan adalah skillnya yang terbaik. Tak ada yang meragukan itu.

Sementara Nami dan Roy menghadapi  delapan orang kekar dan berwajah sangar yang mengelilingi mereka. Mereka tak tertarik menggunakan pistol rupanya. Dan tak butuh waktu lama, enam orang itu tampak seperti nyamuk yang dibasmi dengan raket nyamuk sekaligus. Sempurna! Aku melihat semua aksi mereka tanpa terkecuali karena aku... seorang klervoyan.

Felix akan menyusup ke atas melewati tangga kayu setinggi 8 meter. Aku lebih tertarik mengikutinya.

Ada tujuh orang di dalam sana. Dua orang duduk berhadapan dihalangi sebuah meja kayu khas Bali. Lima orang berdiri mengitari meja. Aku mendengarkan semua yang mereka katakan. Sky juga menuju kesana. Bedanya ia tidak menaiki tangga seperti aku dan Felix. Ia rupanya lebih suka bergerak dengan kombinasi ala spiderman dan ahli parkour.

30 detik sebelumnya...

Di dalam sana pria nyentrik bergaya ala rapper memberikan sesuatu pada pria pirang dihadapannya. Sesuatu yang kecil sekali, 1 mm. Pria pirang memperhatikan benda itu lekat-lekat, menerimanya kemudian memasukkan benda kecil itu ke kotak logam berukuran 0,5 cm.

"Selesaikan sisanya. Mereka akan menuju kemari." Pria pirang tiba-tiba berdiri dan akan segera keluar melewati pintu rahasia.

Tiba-tiba pria pirang itu berbalik. Lalu bicara.

"Dan Drax, kau bilang tim kalian adalah yang terbaik. Kau lihat kan anak buahmu payah. Menghadapi lima bedebah itu saja mereka tidak sanggup." Ucapnya seraya pergi diikuti dua orang lainnya.

"Hah Sky! Kalian benar-benar..." Kata-kata pria nyentrik bernama Drax itu terpotong karena terdengar suara tendangan pada pintu ruangan itu keras sekali.

"Aku benar-benar kedatangan sahabat lama rupanya..." Drax bicara. Tiga orang berdiri dibelakangnya.

Sky masuk dan tanpa banyak bicara mengikuti pria pirang tadi yang keluar lewat pintu rahasia. Sebagai klervoyan bukan hal sulit baginya menemukan pintu itu. Felix menahan Drax dan tiga anak buahnya mengejar Sky. Lalu aku... Tentu melihat saja. Aku bisa apa? Saat itulah aku merasa aku benar-benar payah.

"Ran, Nami! Kejar William Fley arah utara! Aku segera menyusul! Roy segera ke lantai 4 bantu Felix disini!" Ucap Sky sambil terus berlari mengejar pria bernama William Fley dan dua orang lainnya.

"Baik!" Ran, Nami, dan Roy bergegas mengikuti perintah Sky.

"Siapa dia?! Orang baru ya..." Drax mengarahkan pandangannya padaku sesaat setelah ia mundur karena Felix terus menyerangnya dan anak buahnya.

"Bukan urusanmu!" Balas Felix bersiap lagi dengan serangannya. Drax pun sudah sangat siap kali ini. Dan aku tetap berdiri di sudut ruangan itu melihat Felix menghadapi empat orang yang sangat ahli bertarung.

Rupanya Drax adalah orang yang sangat kuat. Giliran Felix diserang bertubi-tubi. Namun ia masih bertahan. Tiba-tiba Roy masuk ke ruangan dan langsung mengambil alih pertarungan. Ia dan Felix menghadapi 4 orang itu.

"Biar aku saja menghadapi mereka." Ucap Roy di sela-sela pertarungan.

"Baiklah." Felix mundur dan menemuiku di sudut ruangan. Ia tampak cukup lelah.

"Kenapa kau tak memanipulasi pikiran mereka semua saja?" Tanyaku pada Felix.

"Tak semudah itu. Aku tak bisa masuk ke pikiran mereka jika mata mereka bergerak sangat cepat."

"Begitu ya..."

Roy tampak berhasil mengalahkan mereka. Bukan hal sulit baginya. Satu orang melarikan diri, dua tergeletak di lantai. Dan Drax akan segera tersungkur ke lantai ruangan itu.

"Katakan kemana William Fley!?" Desak Felix kemudian.

"Kau pikir aku akan beritahu hahh!?" Jawabnya sambil memejamkan matanya. Ia benar-benar tak ingin membiarkan isi pikirannya diketahui oleh Felix.

"Tak ada gunanya bicara denganmu! Enyahlah kau sekarang juga!" Roy yang tak suka basa-basi pun mengakhirinya.

"It's over." Lanjutnya.

Kami pun berdiri dan segera pergi dari ruangan itu melewati pintu rahasia yang tadi Sky lewati.

"Kami menyusul!" Roy bergerak cepat mengambil sebuah mobil secara acak di halaman gedung yang bernama Grand Coya itu.

"Nami! Sky! Ran bicaralah!" Felix masuk ke mobil itu. Begitu pula aku.

"Mereka tak terlacak!" Balas Ryuji dari markas.

"Apa!?" Roy seolah tak percaya yang ia dengar. Apa sebenarnya yang terjadi.

"Katakan kemana arahnya!" Roy melihat kearahku yang duduk di kursi belakangnya.

"Lewat jalan pintas lebih cepat! Keluar dari sini belok kiri! Di perempatan nanti lurus saja! Jarak target 5,6 km." Jawabku. Roy langsung membawa mobil itu melesat sesuai arahanku.

Kali ini aku merasa berguna. Entah sejak kapan aku bisa melihat lebih jauh dari biasanya.

Felix tersenyum perlahan.

"Rupanya makanan itu bekerja..."

"Apa maksudmu?" Tanyaku pada Felix.

"Aku menciptakan zat yang mampu mengoptimalkan kemampuan seorang indigo agar sesuai yang seharusnya." Jelas Felix.

"Be... Begitu ya..." Aku baru menyadari bahwa makanan berlendir yang kumakan pagi tadi itu memang berguna.

SANG INDIGO (Completed)Where stories live. Discover now