0.1

26.3K 5.7K 1K
                                    

Semua orang perlahan menjauhi. Bukan 'menjauhi' dalam arti yang sebenarnya. Maksudnya memberi Jisung waktu itu menenangkan diri setelah kepergian Felix.

Bahkan Hyunjin yang notabenenya adalah sahabatnya sendiri tidak didengarkan.

Sebentar lagi bel masuk berbunyi. Jisung setia memandang langit mendung yang tampaknya sama seperti dirinya.

"Selamat pagi anak-anak!"

"Pagi pak!"

Jisung menoleh dengan malas dan menghadap ke depan, ke arah wali kelasnya yang datang bersama seorang laki-laki yang memiliki aura yang aneh.

Jisung memiringkan kepalanya bingung. Apalagi laki-laki itu menatapnya datar, terkesan sinis dan dingin.

"Hari ini kita kedatangan murid baru, ayo perkenalkan nama kamu."

Laki-laki itu terus menatap Jisung hingga membuatnya risih.

"Kim Seungmin."

"Hanya itu saja?"

Dia mengangguk singkat, membuat seisi kelas berbisik satu sama lain, heran karenanya.

Tapi anehnya, laki-laki bernama Seungmin tersebut terus menatap Jisung tanpa henti, bahkan tak berkedip.

"Seharusnya dia masuk kemarin, kamu kenapa tidak masuk?"

"Urusan pribadi."

Sang wali kelas mengangguk. "Oke, silahkan duduk."

Seungmin mengangguk singkat lalu berjalan ke kursi kosong yang ada di samping Jisung.

Seketika Jisung mengumpat, kenapa kursi sebelahnya yang kosong? Kenapa bukan kursi yang lain saja, sih!

"Jisung, berbuat baik lah pada teman barumu," ucap sang wali kelas mengingatkan.

Jisung kesal, sangat kesal sampai tak sadar memukul mejanya sendiri. Akhir-akhir ini Jisung memang sensitif setelah kematian Felix.

"Lo kenapa ngeliatin gue terus? Suka?" Tanya Jisung asal ceplos dan tak suka ketika Seungmin duduk di kursinya.

Seungmin hanya diam.

"Orang nanya tuh dijawab, lo punya mulut, kan? Lo gak bisu, kan?"











































































"Lo ngapain bawa arwah orang lain kesini, Han Jisung? Lo bawa arwah siapa, huh?"

[ii] Monday | Han Jisung ✓حيث تعيش القصص. اكتشف الآن