Gesshoku

1K 165 20
                                    

Hyuga Hiashi sudah melupakan Toneri, sampai pemuda itu muncul secara tiba-tiba di hadapannya. Penampakkannya masih sama seperti terakhir kali mereka bertemu hampir dua puluh tahun silam.

"Aku datang untuk mengambil sesuatu yang merupakan milikku," kata pemuda berambut perak itu.

Hiashi tentu saja tidak tahu-menahu tentang maksud perkataan Toneri. Seingatnya, dia tidak pernah mengambil hak orang lain. Harga diri seorang bangsawan tidak akan pernah mengizinkannya, terpikirkan saja tidak, apalagi melakukannya.

Di masa lampau, dia dan saudaranya---Hizashi, hanya berinteraksi singkat. Normal, cenderung biasa, hingga terhapus dengan cepat di memori otaknya. Hiashi menanggapinya dengan tenang. "Apa yang Anda maksudkan?"

"Hinata, tentu saja," jawab Toneri cepat. "Saya kecewa, bagaimana anda bisa melupakannya."

Sekarang Hiashi benar-benar bingung. Dengan otaknya yang jenius, bahkan selama beberapa menit, dia tidak bisa menemukan korelasi antara; pertemuan singkat itu, dengan putri sulungnya, Hinata.

"Kalian mendapatkan Hinata sembilan bulan setelah itu, kan?" Darah Hamura mengalir langsung di semua urat nadinya." kata Toneri takzim. "Kebangkitan keturunan Otsutsuki Hamura sudah di depan mata. Hogoromo dan semua chakra di dunia akan segera menghilang," lanjutnya, bola matanya bersinar biru terang dalam kegelapan.

Kepala klan Hyuga itu hanya mengerti sedikit pembicaraan searah Toneri. Yang dia tangkap dari penjelasan panjang itu adalah, Hinata putrinya merupakan 'titipan' yang akan digunakan oleh orang gila abadi dari antah berantah untuk memusnahkan dunia shinobi.

"Itu tidak akan terjadi," balas Hiashi, orang tua itu masih tenang sama seperti sebelumnya. Meskipun bagitu, pembuluh darah di kepalanya berdenyut keras. Putrinya, meskipun tidak sekuat keponakannya---Neji, namun, dia adalah kebanggaannya. Didikannya yang keras semata-mata adalah karena dirinya tidak pandai menunjukkan perasaan dan demi kepentingan klan.

"Sayang sekali," ucap Toneri. Sejurus kemudian langit mendadak terang benderang. Sebuah batu besar melintasi di atas kepala mereka.

Tanpa memberi peringatan terlebih dahulu, dengan telapak tangannya, jyuuken Hiashi menerjang ke arah dada Toneri. Pengalaman berpuluh-puluh tahun di medan perang, membuat matanya sangat jeli, hanya dengan mengamati saja, Hiashi tahu, dirinya bukan tandingan Toneri. Namun, dia seorang shinobi dan yang terpenting, seorang ayah. Dia harus menghentikan, atau setidaknya, menghambat, niat pemuda yang sekarang melayang di hadapannya.

Seperti sudah bisa diduga, sekonyong-konyong Hiashi kehilangan semua chakranya. Boneka-boneka kayu mencul dari udara kosong dan menembaki Hiashi dengan sinar peledak. Tidak ada yang bisa dilakukan ayah dua orang putri itu dengan hanya mengandalkan taijutsu. Perlawanannya tidak berarti apa-apa. Hyuga Hiashi tumbang kehilangan kesadaran.

...

Mengamati Hyuga Hinata selama bertahun-tahun, menumbuhkan 'sesuatu' di hatinya. Simpati, empati, kasihan, kasih sayang, Toneri tidak tahu yang mana. Belum pernah dia memberikan hati dan perasaannya seperti itu kepada makhluk lain.

Melihat Hinata kecil yang lembut, namun kuat, berubah menjadi gadis tegar yang pemberani. Otsutsuki Toneri sangat menginginkannya, seseorang yang sangat tulus, setia dan perhatian. Sejak lama dia berkeinginan membawa Hinata ke istananya. Namun, niat itu terhalang oleh agenda besarnya yang belum sempurna.

Darah Hamura dan byakugan akan menciptakan tenseigan yang sangat kuat. Orang yang semula dia rencanakan untuk diambil byakugannya, kini beralih sebagai calon teman hidup. Toneri mau gadis itu sebagai pendampingnya, pengantinnya. Hinata adalah kandidat yang sempurna.  Setelah dunia hancur, maka lengkaplah kehidupannya. Hanya mereka berdua, di tempat yang tidak ada seorangpun yang bisa mencapai mereka. Kehidupan yang sempurna.

The MoonWhere stories live. Discover now