Chapter 6: How Can I Say

938 117 9
                                    

Sepanjang perjalan menuju ke bandara, Jimin dan Jeongyeon hanya diam. Manajernya hanya menatap mereka dalam diam melalui kaca spion. Dia tidak habis pikir dengan artisnya yang satu ini, jelas-jelas ia menyaksikan sendiri betapa kekehnya Jimin ingin membawa Jeongyeon. Namun setelah gadis itu sudah ada di sampingnya, ia justru hanya diam saja.

Jimin sesekali menoleh pada jeongyeon yang menangis sambil menatap ke luar jendela. Lidahnya serasa kelu karena rasa bersalahnya pada jeongyeon. Pertama, karena kejadian berbulan-bulan lalu yang membuatnya menangis. Kedua, kebohongannya tentang penyakit nenek yang lagi-lagi membuat gadis itu menangis.

Dia mengacak-ngacak kasar rambutnya karena tidak bisa melakukan apapun. Dia tidak bisa jujur sekarang, karena kalau dia jujur bahwa nenek hanya sakit maag maka jeongyeon akan kabur meninggalkannya.

Dan jimin tidak mau mengambil resiko itu. Ia akan mengambil kesempatan ini untuk minta maaf pada jeong dan meminta maaf lagi untuk kebohongan hari ini. Ya, meski itu pasti akan membuatku sangat terlihat brengsek. Apapun makiannya nanti akan aku terima.

Manajer Jimin yang mengurus seluruh tiket pesawat termasuk milik jeong. Untung saja tadi jeong membawa tas dan pasportnya jadi tidak perlu kembali ke hotel. Sedangkan barang-barangnya yang lain akan diurus oleh manajer twice.

Jimin dan manajernya berbicara berdua menyingkir dari Jeong yang terduduk di kursi tunggu bandara. Tampak dari wajah Jeong yang sangat mengkhawatirkan nenek, namun tidak hanya itu yang ia khawatirkan.

Kejadian tadi pasti akan menjadi buah bibir di anatara artis-artis Jype, secara itu terjadi di depan mata mereka. Ya meski Jb sudah meminta mereka tidak menonoton dan pergi ke restoran lebih dulu. Tapi jeong yakin mereka pasti akan bertanya, kenapa dirinya tidak bersama mereka.

Jeongyeon menghela nafas lelah, ia merasa bersalah pada Brian oppa dan Jb oppa. Mereka pasti akan mendapat masalah dan menanggung pertanyaan dari teman-teman, itu pasti sangat melalelahkan.

"Jeong, ini aku membeli jus untukmu." Jimin menyodorkan jus strobery pada jeong dan sekotak sandwich membuat gadis itu mendongak, "Kau belum makan malamkan?"

Jeongyeon hanya menerimanya, "Terimakasih." Ucapnya lirih dan kembali menunduk.

Sebenarnya Jimin tidak tahu jus apa yang Jeong suka, mereka sudah lama tidak berhubungan sebagai teman, bertemu karena acara keluargapun hampir tidak pernah. Kalau saat kecil, Jimin ingat kalau Jeong menyukai stroberi. Ia menanamnya banyak dihalam ruamah. Tapi untuk saat ini, ia tidak tahu apa yang Jeong suka.

Mereka menunggu beberapa saat sampai manajernya menghampiri mereka, "Kalian sudah diperbolehkan naik, akan ada yang menjemput kalian setibanya di Korea." Ucapnya memberi peringatan terutama pada Jimin. "Jaga sikap kalian, aku tidak ingin ada skandal."

Jimin sudah memberitahu hubungannya dengan jeong pada manajernya. Ya, meski tak yakin hubungan seperti apa diantara mereka saat ini. Namun manajernya tidak begitu mempermasalahkan dan mengijinkan mereka pergi bersama. Dia hanya berpesan untuk tidak membuat skandal karena itu akan berdampak pada karir BTS dan Twice ke depan. Jadi mereka harus berhati-hati.

*****

Jimin Pov

Sekitar pukul 23.35 waktu korea, kami sudah sampai di bandara incheon. Seseorang dari perusahaan ku sudah menunggu di sana dan meminta kami untuk segera masuk ke dalam mobil sebelum ada yang mengenali.

Aku dan Jeong mengikutinya untuk segera masuk ke dalam mobil, kemudian aku memintanya untuk mengantar kami ke rumah sakit Universitas Hwamin milik keluargaku.

Aku menatap jeong yang diam, tapi raut khawatir dari wajahnya tidak bisa menipuku. Air matanya sudah tidak menetes lagi, hanya tersisa warna kemerahan di matanya yang baru ku sadari itu sangat cantik.

She is a Pandora ^Jimin x Jeongyeon x Brian^ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang