43. Midnight Healing

1.1K 153 25
                                    

Karena Loui sudah lebih dulu tidur di waktu sore setibanya dia di apartemen Seungyoun, Loui jadi tidak bisa tidur sampai sekarang. Bahkan ketika jarum jam berdenting di angka sebelas malam pun, kedua matanya seakan tak kenal lelah terjaga--- sekalipun sekujur tubuh Loui terasa dingin dan butuh istirahat yang cukup.

Benar memang Seungyoun tadi sempat menyarankan pindah ke kamarnya saja, tapi tenang!! Tidak ada yang terjadi. Loui justru telah berpakaian lengkap saat ini, mengenakan kaos lengan panjang, celana training dan juga kaos kaki. Dan semua pakaian itu milik Seungyoun, hehe.

Loui duduk bersila di atas kasur, ia menggulung habis tubuh kecilnya dengan selimut tebal beraroma khas pewangi pakaian Seungyoun yang memenangkan dan bikin rileks. Gadis itu sibuk bermain ponsel, jemarinya luwes mengetik beragam balasan pesan di Line sambil cekikikan tertawa seolah dia tengah membaca lelucon terlucu sedunia.

"Nath!!" Seungyoun melompat ke atas tempat tidur, duduk bersebelahan di samping Loui dan dengan jahilnya tiba-tiba saja menciumi helaian rambut perempuan itu seraya menghirup aroma apel yang masih terendus pekat dari sana. "Chattingan sama siapa?"

"Dinda.." jawab Loui tanpa berpaling dari layar ponsel.

"Bukan.... Seungwoo kan?"

"Ih geli.." Loui terasa tergelitik begitu sebelah pipi Seungyoun bergantian mengalihkan atensi dengan mengelus-elus pipi kirinya. "Bukan. Tadi udah aku bales kok chat kak Seungwoo jam sembilan kayaknya, terus dia nggak bales lagi. Mungkin kak Seungwoo udah tidur atau bisa juga sibuk hehe. Entahlah, aku enggak mau kepo juga."

Jawaban yang polos.

"Lo sama sekali nggak mau dengerin omongan gue ya?"

Loui menoleh. "Yang mana?"

"Nath.. Beberapa hari kemarin kayaknya kita abis berantem deh? Kamu amnesia ya?"

Loui memalingkan wajah ke kanan, memperhatikan pajangan lukisan kontemporer di kamar Seungyoun dengan pandangan kosong. "Kamu masih mau marah?"

"Bukan marah lagi, mau ngamuk malah." Seungyoun merengkuh Loui dalam pelukan dengan memposisikan kedua lengannya melingkari perut si perempuan dan ikut bernafas teratur di sela ceruk leher. "Jangan terlalu deket, nanti kamu baper. Gue lebih dari sadar kalau muka gue dan Seungwoo bisa dibilang sebelas dua belas. Ya.. walaupun gue jauh lebih ganteng sih. Tapi tetep aja, gue nggak yakin lo bisa tahan di samping dia terus-terusan dan nggak kebawa perasaan. Gue belum siap kehilangan lo, sumpah!! sayang banget gue sama lo Nath, nggak ngerti lagi. Jangan berpikir mau berpaling dari gue, ngertiin gue sekali aja. Gue nggak nuntut banyak, gue cuma mau lo tahu diri aja kalau lo punya gue, bukan Seungwoo."

"Aku kayak kepemilikan gitu ya.. buat kamu?"

Di sela dengusan pelan hidungnya yang bertemu langsung dengan aroma parfum yang menempel di kerah kaus lengan panjang gadis itu, Seungyoun mengernyitkan dahi dan menjawab. "I'm not your owner, Natha. I didnt called you mine just because those shitty word. I love you and its quite hard to tell, you didn't listen to me as well as i do. Thats the problem."

Loui menggigit bibir bawahnya, menunduk dalam-dalam. "Maaf ya."

Tak sengaja Seungyoun menarik napas, rasanya kata maaf itu bisa saja mengartikan secercah keletihan Loui yang telah mencapai puncaknya. Seungyoun semakin mengeratkan pelukan, tak kuasa ia menahan gejolak kekhawatiran yang menguraikan dengan jelas bagaimana dia tidak bisa begitu mudah membiarkan Loui pergi, apapun alasannya. "Jangan bilang gitu kenapa sih? Lo keras kepala banget, heran gue. Nggak bisa apa sekali aja lo kasih gue kesempatan ngebuktiin kalau gue ini cowok baik yang sayang sama lo tulus dari hati. Sekalipun gue brengsek, gue juga punya hak untuk memiliki apa yang pengen gue miliki."

RUMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang