BAGIAN 4

205 12 0
                                    

Sudah lewat 4 hari sejak jadwal seharusnya Bobby pulang. Dan sampai sekarang, aku belum juga mendapat kabar tentangnya. Bagaimana kabarnya disana? Sudahkah dia makan? Apa yang sedang dia kerjakan, pergi kemana saja dia selama disana, apa air mancur dengan patung ikan berkepala singa itu benar-benar indah? Atau bagaimana dengan makanan disana?

Semua itu sudah ku tanyakan lewat pesan yang sampai sekarang tak dibaca sama sekali. Seminar apa yang membuat waktunya tersita seperti ini?

Apa saja yang dia makan hari ini? Aku sangat ingin tahu jawabannya. Aku kembali mengetikkan sesuatu di ponselku.

Raniamita : "Bobby, kamu dimana?"

Pesan itu terkirim. Namun sama seperti sebelum-sebelummya. Tak terbaca apalagi berbalas. Pikiran negatif memenuhi kepalaku. Apa ada hal buruk yang menimpanya?

Sebenarnya ini bukan hal baru. Dari tahun lalu, Bobby terkadang sering menghilang tanpa kabar seperti ini. Terkadang menghilang 4 hari atau 5 hari. Dan ini yang paling lama. Walaupun setidaknya sekarang aku tahu dia ada dimana.

Sebenarnya memang setahun belakangan ini dia sedikit bertingkah aneh. Aku terlalu fokus dengan masa-masa manisku sampai aku melewatkan yang satu ini. Seperti dia terkadang marah padaku saat aku tak sengaja melakukan kesalahan. Bahkan kesalahan kecil, seperti lupa meletakkan kunci kamarku dimana. Semua itu berawal saat dia sering mengeluh pusing mengurusi skripsinya. Tapi aku tidak mempermasalahkannya. Dia masih menjadi Bobby yang dulu. Yang tulus menyayangiku.

Kembali aku mengiriminya pesan.

Raniamita :
"Bob, kamu baik-baik aja, kan?"
"Seenggaknya balas sebagai formalitas, Bob."
"Kasih aku kejelasan, seenggaknya kamu disana baik-baik aja."

Semuanya terkirim. Kali ini aku terkejut tapi juga senang saat akhirnya semua pesan-pesanku dibaca. Tertulis dibawah namanya bahwa dia tengah mengetik. Aku menunggu dengan sabar.

Bobby Wijaya : "Saya baik-baik aja, Rani. Besok saya pulang. Tunggu saya, oke?"

Senyumku seketika mengembang. Rasa kesal dan khawatir lenyap begitu sama. Melebur bersama rasa lega yang melingkupi hati ini.

Raniamita : "Aku jemput, ya."

Bobby Wijaya : "Jangan."

Dahiku mengkerut.

Raniamita : "Kenapa?"

Sepuluh menit menunggu namun balasan tak kunjung datang. Dia menghilang lagi?

Raniamita :
"Bobby?"

"Bobby bales."

"Kenapa aku nggak boleh jemput kamu?"

"Bobby, jangan buat aku khawatir!"

"Bobby bales!!"

Ini bahkan sudah lewat 30 menit. Namun balasan lagi-lagi belum juga masuk. Bahkan pesanku kembali tak terbaca. Aku baru mau membomnya dengan rentetan pesan saat satu pesan masuk. Dari Bobby.

Bobby Wijaya : "Pokoknya jangan. Jangan jemput saya. Tunggu aja dirumah. Saya pasti pulang. Saya sayang kamu."

Aku kembali membombandirnya dengan belasan pesan setelah membaca pesan terakhirnya. Lebih gila lagi, pesan yang biasanya terkirim, kini hanya centang satu. Aku benar-benar bingung. Apa yang harus aku lakukan?

Aku menenggelamkan kepalaku di bantal. Mencoba bersabar sebentar lagi. Besok. Bobby pulang besok. Dia bilang akan kembali besok dan datang menemuiku.

CERITA TENTANG KAMUWhere stories live. Discover now