Day 7 : Angst & Last Breath

3.7K 333 30
                                    

WARNING! SPOILER MANGA CHAP 184 TERBARU YANG SUDAH AKU MODIFIKASI. Bagi yg belum membaca manganya silakan membaca manganya terlebih dahulu. Terima kasih.
.
.
.
.
.
.
.
Keadaan semakin genting.

Menurut Ubuyashiki Kiriya, penerus Oyakata-sama, berkat usaha Yushiro, Muzan berhasil di bawa keluar dari dimensi labirin. Namun tanpa diduga, Mereka saat ini berada di tengah-tengah kota. Tinggal 30 menit sebelum matahari terbit dan sudah begitu banyak anggota Kisatsutai mengorbankan nyawa demi melindungi para pilar yang tersisa. Kiriya lalu memutuskan untuk mengirim sang mantan pilar suara, Uzui Tengen untuk memberikan bantuan, menyerahkan tugas melindungi markas ini kepada Rengoku Shinjuro.

Tanpa membuang waktu lagi, Uzui segera melesat menuju medan perang. Di pertengahan jalan ia mendapat kabar dari gagak, bahwa saat ini Kamado Tanjirou sedang sekarat dikarenakan luka di mata kanannya terdapat racun darah dari Muzan. Mendengar hal tersebut membuat sang mantan pilar mempercepat laju larinya. Di dalam hatinya ia berharap, bocah pirang di sana baik-baik saja, walau pun ia tau kemungkinan itu terlalu kecil tapi ia tetap mengharap bahwa bocah itu akan baik-baik saja.

Namun nasib sepertinya ingin bermain-main dengannya. Begitu ia tiba, yang tersaji di depan matanya adalah pemandangan yang membuat punggungnya terasa dingin.

Awalnya Zenitsu yang terluka parah dari pertarungan melawan mantan seniornya, Kaigaku, sudah tidak mampu bertarung lagi. Bahkan ia harus di gendong Murata untuk keluar dari ruang labirin milik Nakime. Tapi begitu ia melihat sahabatnya yang saat ini terbaring sekarat, ia tak dapat menahan amarahnya lagi, langsung melesat menuju Muzan berada.

Tentu saja Muzan memperhatikan hal tersebut dan bersiap menyerang. Sebelum Uzui dapat berteriak memanggil nama Zenitsu, mencoba menyadarkan anak itu akan bahaya, pemuda pirang itu telah tertusuk cambuk Muzan di bagian perutnya.

Darah segar mewarnai haori kuning itu dengan merah darah. Zenitsu memuntahkan seteguk darah, sedikit menyiprati cambuk yang tertanam pada dirinya. Pemuda petir itu mencengkram pedang nichirinnya dengan susah payah, setidaknya berusaha memberikan luka pada Muzan walaupun cuma goresan, tetapi sebelum ia dapat menggerakkan pedangnya, Muzan sudah melemparnya.

Uzui segera menangkap tubuh penuh luka itu sebelum menabrak tanah. Ia lalu membaringkan tubuh Zenitsu di tempat yang aman dari jangkauan serangan Muzan, berusaha menghentikan pendarahannya.

"U—Uzui...san..., mengapa..."

"Aku datang ke sini untuk memberikan bantuan. Kau lebih baik jangan berbicara dulu. Aku akan menghentikan pendarahanmu." ucap Uzui, memotong ucapan pemuda yang saat ini benar-benar gawat.

"K—kau harus...., menolong...., yang lainnya. Hah...., Ti—tinggalkan saja...., aku," ucap Zenitsu terbata-bata.

Mendengar perkataan pemuda pirang tersebut, tentu saja mantan pilar ini keberatan. Sebelum ia bisa mengutarakan protesnya, Zenitsu memegang tangan kanan Uzui yang masih utuh.

"Kau harus pergi. Tinggal...., sedikit lagi...., kita bisa mengalahkan...., Muzan. A—aku...., berjanji padamu. Aku akan...., baik-baik saja. Aku akan...., menunggumu di sini. Jadi...., pergilah. Bawakan kami kemenangan."

Uzui sebenarnya tak ingin meninggalkan Zenitsu, tapi ia tau bahwa ia harus pergi. Jangan sampai ia menyia-nyiakan pengorbanan semua orang untuk mencapai sejauh ini.

"Baiklah, aku akan pergi. Akan kubawakan kita kemenangan yang elok, jadi kau harus menepati janjimu, kau mengerti bocah." Balas Uzui yang di jawab Zenitsu dengan anggukkan kepalanya. Uzui lantas menitipkan Zenitsu pada Murata dan Kanao, sebelum akhirnya terjun ke medan perang.

Waktu tinggal 5 menit sebelum matahari terbit, Uzui berusaha mati-matian menahan Muzan agar tidak bisa kabur kemana pun. Ia bahkan sempat berusaha menyadarkan Giyuu yang tampaknya terlalu larut dalam penyesalannya, tak bisa melindungi adik seperguruannya itu. Ia mencoba meyakinkan pilar air itu, bahwa mereka masih ada kesempatan menyelamatkan Tanjirou, selama mereka mengalahkan Muzan terlebih dahulu. Akhirnya Giyuu pun tersadar dan mulai bergabung dalam pertarungan.

UZen WeekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang