Sembilan

3.5K 300 15
                                    


Di tengah malam yang sepi, Devano terbangun dari mimpi buruknya. Setelah insiden pemukulan yang dilakukannya terhadap Laura, wajah kesakitan dan penuh luka dari wanita yang dicintainya itu tak bisa dienyahkannya dari tidurnya hampir setiap malam. Tangisan, teriakan minta tolong, bahkan penyiksaan yang dilakukannya terhadap Laura terus berputar-putar di kepalanya hingga membuatnya tersiksa.

Prang....

Devano melemparkan gelasnya frustasi. Dirinya berhasil berubah dari seorang manusia menjadi seorang monster mengerikan. Sekarang Devano bertanya dalam hati, benarkah kelakuannya ini untuk menyelamatkan Laura?

Karena semakin hari, Devano merasa hanya luka dan kesakitan yang diberikannya kepada Laura. Apakah dirinya sudah mulai gila? Tidak tahu lagi membedakan yang baik dan yang jahat.

"ARGHH...!"

Devano berteriak meluapkan kemarahannya.

Dirinya sudah tak sanggup lagi menanggung ini semua. Sampai kapan dia berubah menjadi setan di hadapan malaikatnya? Sungguh, Devano hampir menyerah dengan semua ini.

"Aku takut aku bisa gila. Aku tak sanggup lagi menanggung ini sendirian, Laura. Bagaimana ini, sayang? Aku bisa gila merindukanmu, Laura..." lirih Devano sendu. "Kenapa hidupku harus serumit ini? Bahkan untuk bernafas sesukaku pun aku tidak punya kuasa. Beritahu aku Laura, aku harus bagaimana?"

Seperti orang gila Devano terus bicara sendiri. Sebentar menangis, lalu kemudian bicara lagi menggumamkan penyesalannya. Hingga tak terasa, dirinya kelelahan lalu jatuh tertidur sampai pagi. Kini, tak ada lagi waktu yang membahagiakan bagi pria yang menjadi pemilik hatinya Laura tersebut. Semuanya semakin membuatnya tersiksa dalam kehampaan.

***

Malam ini, Devano bersiap-siap untuk menghadiri pesta ulang tahun paman dan bibinya. Mamanya menyuruh Devano datang dengan Maya, yang kini telah resmi menjadi tunangannya.

Maya tersenyum manis melihat kedatangan Devano menjemputnya. Maya merasa, semenjak insiden beberapa hari lalu, yang dilakukan oleh mantan kekasih Devano, mengubah kelakuan Devano menjadi sangat protektif kepada dirinya.

Bahkan calon ibu mertuanya yang mengetahui insiden itu, memberikan pengamanan ekstra terhadap dirinya. Kini, Maya mempunyai pengawal pribadi.

Maya tak pernah bermimpi kehidupannya seperti ini. Bersama pria tampan yang nyaris sempurna. Ditambah lagi keluarga Atmadja menerimanya dengan tangan terbuka, membuat Maya merasa kehidupannya sangat beruntung akhir-akhir ini. Maya bagai cinderella zaman sekarang. Seorang gadis miskin yang bertemu dengan seorang pangeran kuda putih.

Mengenakan gaun pemberian Riana, calon adik iparnya, membuat Maya semakin terlihat cantik

"Sudah siap?" Tanya Devano kepada Maya.

Maya yang selalu grogi bila bersama Devano mengangukkan kepalanya cepat. "Sudah, mas." Jawabnya malu.

Devano tersenyum kepada Maya. Namun terlihat tidak sampai ke matanya. "Bisa kita berangkat sekarang?" Tanyanya datar.

Maya menganggukkan kepalanya cepat.

Mendapat jawaban dari Maya, Devano langsung berjalan meninggalkan wanita itu menuju mobilnya. Bahkan ia tidak mau menoleh ke belakang melihat Maya yang sedikit kesulitan untuk mengikutinya akibat gaunnya yang panjang.

Maya yang sedikit sedih melihat Devano meninggalkannya, langsung berubah senang saat calon suaminya itu membukakan pintu mobil untuknya. Ternyata Devano tak seburuk dugaannya. Hanya dirinya saja yang terlalu cepat menilai kelakuan calon suaminya itu.

Begitu tiba di hotel, tempat acara berlangsung, Devano langsung menggandeng Maya berjalan di sisinya. Tepat seperti dugaannya kilatan lampu kamera wartawan langsung mengambil gambar mereka.

LAURA & DEVANO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang