beautiful treasure

9.5K 1.2K 61
                                    

Tidak ada hal di dunia yang mampu kalahkan kebahagiaan Taehyung waktu Jeongguk pulang di satu Jumat malam.

Sementara Taehyung ribut bertanya ada acara apa? Ini dalam rangka apa? Mas Jeongguk nggak salah makan kan? Yang ditanya cuma geleng pelan dan katakan alasan di baliknya semudah hitung satu tambah satu sama dengan dua.

"Nggak gitu ...." Taehyung balik merajuk lantaran Jeongguk anggap hal ini sepele. "Aku nggak tahu mesti bilang terima kasih pakai cara apa."

"Hush, Taehyung." Langkahkan kaki pelan, duduk di sebelah pasangannya di sofa—yang kala itu sibuk dengan buntal kecil pomeranian di pangkuan. Pertemuan pertama—dan si makhluk kecil sudah sebegini dekat serta nyaman. Jeongguk bahagia pilihannya tak salah. "Besok kita ke luar dan cari perlengkapan buat dia, oke?"

"Yeontan."

Alis Jeongguk terangkat. "Hm?"

Tolehkan kepala, berikan senyum lebar. Sungguh. Jeongguk ingin memori seperti ini bisa ia abadikan. "Namanya Yeontan."

"Up to you, Sayang," gumam Jeongguk—tinggalkan satu hadiah kecil lagi di pelipis Taehyung.

"Taehyung, kamu beneran nggak apa-apa saya tinggal seminggu?" Jeongguk utarakan pertanyaan ketika mereka tengah siapkan makan malam. Sabtu siang dihabiskan berkeliling cari kebutuhan memelihara seekor anjing pomeranian. "Atau kamu mau saya anter ke rumah Mama? Atau mau ke orang tua kamu? Saya nggak tenang kalo kamu sendirian."

Taehyung—yang sibuk aduk pasta, lempar tawa kecil. Di kakinya, Yeontan tak berhenti lari ke sana kemari. "Kan ada Tan. Mas Jeongguk fokus ke urusan mas Jeongguk dulu. Aku pasti ngabarin kalau ada apa-apa."

"Yeontan buka pintu aja nggak bisa, Tae, gimana saya bisa tenang."

"Sumpah, aku nggak apa-apa." Taehyung bersikeras; agak merasa geli juga. Hubungan mereka yang kikuk di awal bisa menjadi seperti sekarang. "Mas Jeongguk udah packing atau belum? Biar aku aja yang masak, oke? Hush, hush."

Sebenarnya Jeongguk masih tidak yakin, tapi lihat Taehyung yang saat itu lantas meraup Yeontan dan menggendongnya, perlahan ia coba. Walaupun sejak sekarang pun Jeongguk tahu, seminggu ke depan, justru dia sendiri yang tidak akan baik-baik saja.

Ketika akhirnya Yeontan dimasukkan ke kandang dan Taehyung serta Jeongguk masing-masing nyaman dalam piyama, kantuk belum juga menyapa.

Biar Jeongguk dan entitas lain yang menyaksikan bagaimana sang putra Jeon masih terjaga sementara Taehyung sudah lebih dulu lelap. Manuver tubuh; bawa Taehyung dalam pelukannya.

Nyaman. Taehyung bahkan bergerak mendekat.

"Mas Jeongguk ...?"

Desiskan pengantar tidur, Jeongguk sematkan sapa malamnya. "Tidur, Sayang."

Angguk pelan—antara sadar dan tak sadar, Jeongguk tak peduli. Dia hanya ingin abadikan momen ini untuk temani dirinya seminggu ke depan.

Hari pertama, notifikasi Taehyung diokupasi oleh chat dari Jeongguk—kadang ada nama Jimin, Bunda dan Ayah, lalu Mama.

Sudah makan?

Gimana di rumah?

Aku lihat update kamu. Semangat, Sayang. Kita buat galeri dekat agenda Natal, oke?

Dan Taehyung bohong kalau ia tak merasa hangat tiap kali membaca pesan-pesan singkat dari Jeongguk. Walaupun kadang terdengar tak penting, tapi tetap ada gelitik kecil di perutnya. Thank God, Taehyung punya Yeontan sekarang untuk ia ajak menggila sendirian.

"Tan, sini. Mas Jeongguk mau lihat kamu yang dipakai pita ungu!"

Iya. Jimin kiriminya foto pomeranian dari screenshot aplikasi di hari ketiga. Mirip sekali Yeontan; dipakaikan pita di area bulu di kepala yang diikat jadi satu. Taehyung tertawa—lantas cari ikat serupa di sepanjang pouch penyimpanannya.

Kirim ke Jeongguk; yang langsung dibalas tak lama kemudian.

Kamu nggak mau coba pakai juga? ketiknya; lantas Taehyung menggeleng walaupun ia tahu Jeongguk tak akan melihat.

Notifikasi panggilan FaceTime masuk kemudian; yang langsung diterima tanpa pikir panjang. Sesorean itu Taehyung habiskan dengan mengobrol panjang dengan Jeongguk—membicarakan rencana venue untuk pameran Taehyung selanjutnya, klien yang meminta draft kasar lukisan yang akan dipajang, resep baru dari Bunda, dan banyak lagi.

Walaupun Jeongguk hanya menjadi pihak pasif, namun Taehyung tak habis pikir. Sang putra Jeon jarang berbicara tentang pekerjaannya—kecuali tentang kekesalannya pada Namjoon, kadang, dan seringkali hal demikian berupa anekdot.

Hari kelima, pesan singkat Taehyung baru dibaca sekitar tengah hari. Pun Jeongguk baru membalas menuju sore.

Taehyung tak ambil pusing. Teleponnya benar-benar sibuk sejak pagi. Yeontan ia masukkan ke area khusus sementara ruang tengah disulap menjadi studio sementara. Butuh pemandangan baru—ia beralasan.

Balasan Jeongguk singkat—dan Taehyung berusaha singkirkan pikiran negatif yang kadang menyeruak.

Hari keenam, nomor Jeongguk tak dapat dihubungi.

[✓]  11:11 • KOOKVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang