TWO

175 13 3
                                    


Saat tersadar, Taeyong mendapati dirinya terbaring di ranjang king bed dengan seukujur badannya yang pegal. Lampu padam, cahaya lampu jalan yang masuk dari sela-sela jendela dengan gorden yang terbuka menerangi kamar. Dia hanya memakai celana dalam abu-abu. Tubuhnya berantakan di bawah cahaya lampu berwarna kuning. Ia melirik tempat di sebelahnya. Putihnya kulit Bae Irene senada dengan miliknya. Irene tak tertutup sehelai benangpun. Ia bahkan meringkuk kedinginan karena tak tertutup selimut yang telah jatuh di samping ranjang.

Meski berbaring di ranjang bersama mahasiswa semester 4 itu, Taeyong tak merasakan gejolak aneh.

Jam berapa sekarang? Taeyong mengangkat kepala untuk melihat jam, namun tak ada jam dimana-mana. Bae Irene terbangun karena pergerakan besar Taeyong. Lalu merangkul leher Taeyong dengan kedua tangannya. Tubuhnya lengket, mengandung benih kehidupan di sekujur tubuh sepasang kekasih itu.

Bae Irene mengeliat di atas tubuh Taeyong. Taeyong dapat merasakan sesuatu yang privat menggesek pahanya, membuat sensasi geli pada permukaan kulit Taeyong.

"Aku harus pergi dari sini pagi-pagi, Irene," Taeyong berkata menatap wajah Irene yang terlihat sedih, "Bisa gawat jika orang rumah tak menemukanku dikamar."

Irene sekali lagi menggesekkan bulu kemaluannya pada paha Taeyong, seakan-akan merangsang kembali laki-laki yang menggagahinya lima jam lalu.

Irene menggeggam erat tangan Taeyong. Taeyong merasakan denyut enak di bagian bawah tubuhnya. Tetapi ia tidak ereksi. Penisnya sedikit mengeras karena pergerakan sensual dari Irene.

Wajah Irene sedikit mengeras. Ia menempelakan hidungnya dan mengendus bau badan Taeyong yang menurutnya memabukkan sembari menciumi basah bahu Taeyong. Ia menyungginkan seringai ketika kepala Taeyong tampak bereaksi menggerakkan ke belakang.

"Tidak apa-apa kalau jadi keras," Irene membisikkan, seolah-olah membaca isi hati Taeyong. Kedua tangan Irene yang sedari tadi memeluk Taeyong kini memainkan reaksi tubuh Taeyong dengan mengelus paha bagian dalam milik Taeyong. Ia menarik celana dalam milik Taeyong secara kasar. Tangan Taeyong mengelus pinggang Irene di belakangnya.

Dengan satu gerakan, tubuh Irene berada di atas tubuh Taeyong yang sedang terduduk. Ia berkali menggesekkan benda kepemilikkannya pada bawah pusar Taeyong dengan perlahan. Bibir tebal Taeyong mencium bibir Irene tanpa pergerakan, sedetik kemudian, ia membuka bibirnya, mengijinkan lidah Irene untuk mengabsen setiap deret giginya. Bunyi kecipak pada kedua bibir itu memenuhi kamar Irene. Tak cukup dengan memasukkan lidah, tangan Taeyong menahan kedua pipi Irene kemudian menyedot udara yang ada di dalam mulut Irene dan menciumnya dengan rakus.

"Ahh..."

Bibir Irene membentuk kata-kata yang tidak bisa dibahasakan. Irene memejamkan mata terpesona.

Taeyong terbaring terlentang di atas ranjang, wajahnya menghadap langit-langit. Irene melebarkan kedua kakinya di atas tubuhnya. Ereksi Taeyong masih bertahan.

"Tak apa," kata Irene. Dia mengangkang dan menempelkan alat kelaminnya pada perut Taeyong. Dia tampak tak merasa malu, "Mengeras bukan hal yang buruk di pagi buta."

Tubuh Taeyong tak bisa bergerak, bahkan usahanya untuk bangkit sia-sia. Dia dapat merasakan berat tubuh Irene dan juga dapat merasakan bahwa penisnya mengeras.

Kemudian, perempuan itu menggeser badannya ke arah kaki Taeyong. Sudah jelas apa arti gerakan itu.

.

.

.

.

Hari sudah gelap ketika Lee Minwoo dan Kim Doyoung tiba di Seoul. Deretan jendela bercahaya dan jalan-jalan raya berlampu lisrik terletak di kawasan Gangnam. Doyoung tak begitu mengenali kota-kota besar selain Guri. Jalan tepi sungai Han mengantar mereka ke selatan. Mereka melewati beberapa pertokoan dan gedung-gedung yang menjulang tinggi. Akhirnya, setelah memasuki kawasan perumahan dengan keamanan yang ketat, mereka melihan papan nama yang menempel di tembok penghubung pintu gerbang yang menjulang tinggi; "Lee Minwoo – Lee Yoonah". Setelah pintu gerbang masuk yang bergaya kuno menjulang tinggi di hadapan mereka terbuka, mobil yang mereka tumpangi memasuki halaman luas sebuah bangunan yang tidak bisa dibilang biasa.

Ai ajuns la finalul capitolelor publicate.

⏰ Ultima actualizare: Nov 25, 2019 ⏰

Adaugă această povestire la Biblioteca ta pentru a primi notificări despre capitolele noi!

UNLUCKY MEUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum