D U A B E L A S

655 63 15
                                    

"Siapa yang ngehamilin kamu?"

Pertanyaan datar dan bernada dingin itu sontak membulatkan mata Una. Tatapan matanya beralih menatap kebawah tepat diperutnya. Tangannya reflek mengelus perut tersebut.

"A-aku hamil?" Tanya Una terbata tak percaya.

Jeka mendengus mendengar itu, tangannya tergepal menahan amarah. Tidak habis pikir olehnya akan kejadian seperti ini. Demi Allah!

"Ck, kamu selingkuh Aluna? Sebegitu tidak inginnya dirimu dengan pernikahan ini, sehingga kamu bermain sampai sejauh ini?" Jeka menatap Una dingin, namun jika ditatap dalam, mata pria itu memancarkan kesedihan dan luka.

Una menatap Jeka gugup, "Kamu ngomong apasih, mas? I-inikan anak kamu. Bukan anak siapa-siapa." Kilah Una dengan meremat selimut menahan gugup.

Jeka terkekeh sinis, "Aluna, apakah kamu berpikir aku ini bodoh?!" Gertak Jeka membuat Una menunduk dalam. "Kita hanya melakukannya dua kali. Satu kali untuk malam pertama kita, dan kedua kalinya saat tadi malam. Apa menurutmu kau hamil saat aku menyentuhmu tadi malam?! Kamu sudah hamil 2 minggu, Aluna! Dan itu berarti kamu melakukannya saat aku pergi!" Jelas Jeka geram.

Una hanya semakin menunduk dalam mendengar semua perkataan Jeka. Wanita itu tidak tau harus apa. Janin ini, hasil dari hubungan antara dirinya dan Jaegar. Tidak menyangka jika bisa membuatnya hamil.

"Aluna.." Panggil Jeka dalam.

"M-mas, m-maaf.." Lirih Una menangis dalam diam. Dia benar-benar merasa bersalah dan hina sekarang.

Jeka mengacak rambutnya kasar, matanya masih menyorot Una tajam. "Aluna kamu tahu apa hukum berzina bagi wanita yang sudah bersuami? Kamu harus dicambuk 100kali ataupun dilempari batu hingga mati! Itu baru hukuman di dunia saja, hukuman di akhirat lebih berat dari pada itu, Aluna!"

Una hanya menunduk dan terisak mendengar itu. Kepalanya menggeleng tidak ingin itu semua terjadi padanya. "Akhu minta ma-af, mas. Maafin aku.."

Jeka maju dan duduk disisi kanan Una. Matanya terpejam sebelum menarik sang istri kedalam pelukan. "Aku benar-benar kecewa, Aluna. Kamu tahu, dalam Q.S Al- Isra : 32 yang artinya; Jangan lah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. Dan kamu, sekarang udah ngelakuin itu. " Jeka terdiam sejenak saat Una memeluk erat dirinya. "Aku tahu, pernikahan kita memang bukan kemauan kita. Tapi, bukan begini caranya kamu ingin lepas dari aku, Aluna. Kalau kamu benar-benar mau lepas dari aku, aku akan menerimanya. Dari pada kamu melakukan perbuatan hina seperti ini." Lanjut Jeka mendongkak menahan air mata.

2 bulan menikah dengan Una sudah bisa membuat lelaki itu menyukainya. Wanita ini bisa membuatnya tidak lagi mengharapkan Yuna lagi. Setiap dalam selesai sholat, Jeka akan berdoa pada sang kuasa agar dia dan istrinya dapat selalu bersama hingga menua. Sebelum meninggal, Jeka sangat berharap agar dia dan Una dapat berkunjung ke rumah Allah, MEKKAH.

1 bulan dia pergi karena projek besar kantornya, membuatnya rindu pada Una. Namun, karena tidak ingin selalu menghubungi Una, Jeka hanya berdoa agar Una dirumah mereka baik-baik saja. Tapi kenyataannya, dia mendapatkan kejutan yang sangat-sangat membuatnya kecewa dan merasa berasalah serta berdosa.

Una menggeleng dalam pelukan itu, "E-nggak mas, jangan bilang begitu. Aku minta maaf, hiks.." Una melepaskan pelukannya, perempuan itu menangkup wajah Jeka. Memaksa Jeka menatap dirinya. "Mas, aku minta maaf. Aku janji mau berubah, tapi jangan pisah sama aku. Aku mohon.." pinta Una dengan sorot melas dan air mata yang terus mengalir.

Jeka hanya diam dengan mata memerah, tidak tau apa yang akan dia lakukan. Dia cemburu, tentu saja! Memang, bisa saja dia menceraikan Una, namun bisa pula juga dia mempertahankan Una, asalkan Una benar-benar ber-taubat.

"Mas.. ayo jawab... aku janji akan berubah. Jangan lepasin aku.." rengek Una masih dengan menangis.

"Kamu yakin mau berubah? Kamu siap menuruti semua perintah aku?" Pertanyaan itu akhirnya keluar dari mulut Jeka.

Dengan mantap Una menangguk, "Iya, mas. Aku janji akan berubah. Aku akan bertaubat dan menuruti semua perintah suami aku, yaitu kamu. Aku minta maaf.." Una berucap pasti dan menempelkan tangan Jeka dipipi dan tetap menangis terisak.

Dengan ragu Jeka mengelus rambut Una, bismillah. "Baiklah, aku tidak akan melepaskan kamu, Aluna. Aku kasih kamu kesempatan, tapi jika kamu tidak bisa berubah juga, aku minta maaf." Una mengangguk antusias dan mulai menghapus air mata walaunpun masih segukan.

"Anak ini?" Tanya Una pelan, dan tangannya perlahan mengelus perutnya lagi. "Apa aku harus menggugurkannya, mas? Biar kamu ngg--"

"Tidak!" Potong Jeka tajam. "Tidak boleh kamu menggugurkannya! Dia tidak berdosa!" Bentak Jeka.

Una terdiam mendengar itu, hanya mengangguk dan meminta maaf lirih. Jeka mengusap wajahnya kasar, mengucap istigfar saat suara kerasnya membuat sang istri takut.

"Maaf. Jangan pernah berpikir melakukan hal hina lagi, Aluna. Jangan pernah menggugurkan bayi itu." Jeka ikut mengusapkan tangan besarnya pada perut Una. Una terkesiap dan menahan geli. Namun, dilubuk hatinya dia merasa perasaan senang.

Tidak bisa ia tutupi lagi, jika dia benar sudah jatuh hati dengan Jeka. Pria yang sudah berstatus sebagai suaminya dari hasil perjodohan, mampu membuatnya tertarik. Perasaannya terbagi dua, antara Jae dan Jeka.

Sebulan Jeka pergi saat itu, Una benar-benar merasa sepi. Ya, walapun Jae datang menemani dirinya. Dan saat kejadian 'itu' terjadi, sebenarnya Una ingin menolak. Namun, ia tidak dapat melakukannya. Ia pasrah saat itu. Didalam hatinya, ia merasa bersalah dan berdosa kepada Jeka. Dan rasa bersalah itu semakin muncul saat ia mengetahui dirinya hamil.

"T-tapi, bagaimana dengan orangtua kita? I-ini bukan anak kamu, mas." Ucap Una dengan tercekat.

Jeka menghembuskan napas berat, "Ini anak kamu, dan otomatis juga jadi anak aku, Aluna. Sudah, jangan terlalu berpikir berat, kasian dedek bayinya." Canda Jeka lembut.

Una menangis lagi, ia menghambur memeluk Jeka lagi. "Terima kasih, mas, terima kasih. Aku janji mau bertaubat dan mengikuti semua kemauan kamu. Aku akan berhijab dan melaksanakan sholat tanpa disuruh lagi."

Jeka mengangguk mendengarnya, "Aku senang, Aluna. Tapi, aku mau kamu melakukan ini karena Allah, bukan karena aku."

"Aku melakukan ini karena Allah, mas. Aku merasa malu sama Allah, Allah sudah memberi aku orang seperti kamu, tapi aku nggak bersyukur pada-Nya."

Jeka tersenyum tipis mendengar perkataan itu. Kecupan dia berikan pada Una.

+_+_+

Tbc➡

Jika ada yang salah, mohon dikoreksi.

JJK - JEB (TIGA) ✔Where stories live. Discover now